Bumi yang Utuh, Bukan yang Terkotak-kotak

Mike Collins menyebutkan bahwa dia pernah menjadi manusia yang dia sebut berada di luar frame

Senin, 17 Mei 2021 | 08:19 WIB
0
184
Bumi yang Utuh, Bukan yang Terkotak-kotak
Pendaratan manusia di Bulan (Foto: Detik.com)

Menarik melihat film ”Confession from Space Apollo” di saluran televisi berbayar Discovery. Film itu mengumpulkan beberapa astronot pesawat ruang angkasa Apollo, dan seorang penjelajah terkemuka.

Tahun 2019, film itu dibuat dalam rangka memperingati 50 tahun pendaratan manusia yang pertama di bulan, 20 Juli 1969. Dari Apollo 11 hadir Buzz Aldrin (astronot kedua yang berjalan di bulan) dan Michael Collins (astronot yang mengelilingi orbit bulan, yang bertugas mengantar Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat di bulan dan membawanya kembali ke bumi).

Sayang Neil Armstrong, astronot pertama yang berjalan di bulan, telah meninggal dunia pada tahun 2012 sehingga tidak bisa dihadirkan. Kemudian ada Walter Cunningham (Apollo 7), Charles Duke (Apollo 16), Russel Schweickart (Apollo 9), Alfred Worden (Apollo 15), dan penjelajah Richard Garriott yang pernah menyelam ke titik terendah di bumi, di Palung Mariana.

Dalam film itu dikisahkan perjalanan proyek Apollo dari menjelang pendaratan di bulan, hingga mendarat di bulan, dan sampai proyek itu berakhir dengan Apollo 17.

Sebanyak 12 astronot pernah berjalan di bulan, masing-masing dari Apollo 11, 12, 14, 15, 16, dan 17.

Apollo 13 gagal sampai ke bulan karena mengalami kerusakan pada jarak 330.000 km dari bumi. Namun, awaknya, dengan bantuan kru di bumi, berhasil membawa Apollo 13 ke bumi.

Awalnya, saya tertarik ketika mengetahui bahwa kendaraan pertama yang dikemudikan di bulan, Lunar Roving Vehicle, yang dibawa Apollo 15, kecepatannya 17 kilometer per jam. Sama dengan kecepatan mobil pertama di bumi, Benz Patent Motorwagen yang dibuat Karl Benz pada tahun 1885, dan mendapatkan surat patennya pada tahun 1886.

Tapi setelah mendengar kata-kata Charlie Duke dan Mike Collins saya menjadi lebih tertarik lagi. Apalagi proyek Apollo itu dilangsungkan pada Perang Dingin, di mana waktu itu dunia terbagi menjadi dua, Barat dan Timur. Keduanya menganggap Barat dan Timur itu pasti akan dapat didamaikan.

Oleh karena ketika keduanya terbang ke luar angkasa, yang ditinggalkan adalah bumi yang utuh, bukan Eropa, Asia dan Amerika Utara.

Yang ingin mereka sampaikan adalah bumi adalah tempat kehidupan segenap umat manusia, dan semua umat manusia bertanggung jawab untuk melestarikan bumi dengan memelihara perdamaian. 

Perdamaian Barat dan Timur akhirnya dicapai pada tahun 1989, 20 tahun setelah Apollo 11 mendarat di bulan. Adalah Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen dan Pemimpin Tertinggi Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang memungkinkan hal itu terjadi. 

Collins juga menyampaikan, setelah sukses ke bulan dengan Apollo 11, ia keliling dunia dan mengunjungi 29 negara. Dan, yang paling menggembirakan pada saat itu adalah sukses Apollo 11 itu tidak hanya dilihat sebagai sukses Amerika Serikat, melainkan sebagai sukses kita semua, umat manusia.

Dalam kaitan itulah ucapan Neil Armstrong, saat melangkahkan kaki di permukaan bulan, harus dipahami;

”Satu langkah kecil bagi (seorang) manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia.”

Bukan hanya itu, Mike Collins menyebutkan bahwa dia pernah menjadi manusia yang dia sebut berada di luar frame. Yakni ketika dia dari jendela roket yang membawanya mengelilingi orbit bulan, memotret roket pendarat ke bulan yang berisi Neil Armstrong dan Buzz Aldrin dan bumi yang berpenduduk 3 miliar manusia sebagai latar belakang.

Dengan kata lain, pada saat itu, dia menjadi satu-satunya manusia yang dapat melakukan itu.

***