Kembalilah ke kehidupan utamamu, yaitu dunia nyata dengan orang-orang yang nyata di hadapanmu, di sekelilingmu. Hadapi kenyataan dengan kasih sayang, bukan dengan bayang-bayang.
Tulisan sederhana ini akan mengena kepada mereka yang pernah diberi surat cinta mesin Facebook: "Anda kami setrap selama sekian hari karena melanggar standar komunitas". Lalu kita pun dibuatnya mati gaya karena tidak bisa eksis di Facebook.
Mati gaya? Ya, karena gaya itu harus dilihat orang. Facebook adalah cermin raksasa yang membuat ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang melihat ke satu titik; apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, apa yang kamu lakukan. Sungguh, ia merupakan cermim reflector raksasa yang seakan-akan tidak menyembunyikan sedikitpun rahasiamu.
Zaman memang berubah. Standar lama yang dipegang ratusan tahun menjadi hancur lebur berantakan karena datangnya hujan (eh, itu Koes Plus), maksud saya... datangnya Facebook. Dulu semasa menginjak remaja saya menulis catatan harian dalam sebuah buku yang berkunci. Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh buku itu, bahkan orangtua sendiri.
Sekarang, catatan harian yang sifatnya private bisa diumbar di Facebook secara "openbaar". Bahkan, pertengkaran antara anak versus orangtua, suami versus istri, pendukung makan bubur diaduk versus makan bubur tidak diaduk, bisa dibaca siapa saja secara telanjang di Facebook atau media sosial sejenis lainnya.
Facebook hanyalah mainan orang-orang berkuota internet yang telah menjadi mesin reflektor raksasa. Orang harus senantiasa bercermin agar bayangannya dilihat dunia tanpa batas. Gayamu menunjukkan kamu masih hidup dan semua orang harus tahu apa yang sedang dan akan kamu lakukan.
Bagaimana menghadapi ancaman Facebook yang akan menutup akunmu karena kamu -seperti yang saya alami- dianggap melanggar standar komunitas yang kamu tidak tahu macam apa standarnya? Nyantai aja... kamu bisa bikin akun baru dan coba "memulai hidup baru" di akun barumu kalau kamu masih butuh "second living".
Ya, "second living", kamu harus selalu ingat ini. Facebook atau media sosial lainnya bukanlah "prime living" di alam nyata, melainkan alam maya, virtual, simulacra (kata Jean Beaudillard), sekadar simulasi kehidupan maya. Kamu bisa menjadi apa saja di Facebook, yang boleh jadi keluar dari sifat aslimu. Kamu bisa seperti tampak sebagai seorang pengasih di Facebook padahal sejatinya kamu bengis, misalnya. Demikian sebaliknya.
Sulit untuk menjadi kamu sebagaimana kamu adanya di dunia bayang-bayang semacam Facebook. Kamu ingin menampilkan sesuatu yang lain yang tidak ada padamu atau bahkan bertentangan dengan nuranimu sendiri. Facebook menyediakan ruang untuk itu.
Jadi apa yang harus kamu lakukan? Tidak ada, kecuali kamu anggap saja Facebook sekadar mainan, yang ketika mainan kamu itu hilang (baca: akun Facebook diberangus pemiliknya), ya sudah, kamu bikin cermin lainnya, di tempat yang sama atau di tempat lain.
Kembalilah ke kehidupan utamamu, "first living", yaitu dunia nyata dengan orang-orang yang nyata di hadapanmu, di sekelilingmu. Hadapi kenyataan dengan kasih sayang, bukan dengan bayang-bayang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews