Pelatihan di Saat Covid dan Dampak Bisnisnya

Namun tentu saja hal ini hanya menguntungkan perusahaan teknologi webinar dan ironisnya stakeholders bisnis pelatihan banyak yang terpangkas rejekinya.

Sabtu, 9 Mei 2020 | 07:38 WIB
0
378
Pelatihan di Saat Covid dan Dampak Bisnisnya
Photo by Brusk Dede on Unsplash

Nah ini adalah topik saya. Karena profesi saya memang di bidang corporate training. Sejak beberapa tahun silam, tepatnya 10 tahun yang lalu, pelatihan sebagai profesi, sebagai bisnis, sebagai industri maupun sebagai sarana networking  ternyata tidak kalah menarik dengan bidang lain. Bahkan bisa memberikan kebebasan finansial dan kebebasan waktu untuk sebagian orang.

Mata rantai jasa di bidang pelatihan cukup sederhana. Serangkaian jalinan instan  antara kebutuhan <-> penyelenggaraan <-> pembicara. Hal ini terus berulang hingga bertahun-tahun sehingga kita lupa dengan hal-hal lain, keasikan dengan dinamika ini.

Sebelum covid-19 menggempur, bisnis pelatihan adalah sinergi alami antara fasilitator MICE (meeting, incentives, conferences, exhibitions) termasuk hotel, co-working space dan ruang pameran kemudian bisnis kuliner dan catering, fotokopi, percetakan, sourvenir bahkan para juru foto traditional cukup banyak yang mengandalkan hidupnya dari bisnis ini. Di samping tentunya para pemasar, penyelenggara (EO), dan pembicaranya. Bahkan cukup banyak anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pelatihan.

Di awal masa corona sekitar bulan Maret 2020 masih ada kegiatan pelatihan yang konvensional classical sifatnya tatap muka, bersalaman dan bertukar pikiran dalam ruang-ruang pelatihan tanpa masker. Bahkan cukup banyak yang dengan menginap beberapa malam di sebuah resort atau learning center.

Nah silahkan anda bayangkan berapa banyak orang yang terbantu dengan kegiatan seperti ini. Terlebih bila event sejenis berlangsung paralel dalam jumlah yang banyak dan variatif dibeberapa lokasi diseluruh negeri kita.

Oya kalau boleh jujur industri perhotelan sebenarnya tidak saja bergantung pada tamu yang menginap namun juga pada mereka yang menyelenggarakan pelatihan, seminar dan sejenisnya.

Sejak akhir Maret hingga pertengahan April 2020 terjadi disrupsi, hingga saat ini. Sangat banyak stakeholders bisnis pelatihan yang belum siap dengan kondisi pandemik dan aturan social distancing. Di sela-sela pelatihan prakerja online dan sudah dipegang oleh mereka yang punya network elite dan ecosystem canggih, di tengah-tengah ambruknya bisnis secara masif, dan di tengah-tengah kebingungan yang ada, pelan-pelan terjadi gejala baru timbul jamur jamur baru di musim hujan.

Bisnis seminar saat ini lebih tepat disebut zoominar atau webinar, karena menggunakan perangkat zoom, google meet, skype, umeetme dari Telkom dan sebagainya. Ternyata manusia yang butuh panggung dan butuh ilmu bertemu melalui teknologi yang sudah diciptakan sang Pencipta (melalui manusia) sebelum Covid-10 menyerbu. Ratusan zoominar dan webinar terselenggara secara cuma-cuma ! 

Namun tentu saja hal ini hanya menguntungkan perusahaan teknologi webinar dan ironisnya stakeholders bisnis pelatihan banyak yang terpangkas rejekinya. Hotel sepi, penyelenggara nihil pendapatan, tukang foto freelance sedang bingung. Belum lagi berbicara kualitas dan efekfitas webinar, yang apabila hanya bersifat diskusi online interaktif tentu kurang nendang. 

Memang ini sebuah takdir, mungkin juga akan menjadi normal baru. Kita lihat saja perkembangannya.

***