Ada adagium yang berbunyi "Beauty is in the eyes of the beholder". Artinya kecantikan itu relatif, tergantung dari persepsi masing-masing orang.
Seberapa besar faktor ketampanan dan kecantikan mempengaruhi pribadi seseorang?
Menurut saya, sangat besar.
Secara naluriah, hal pertama yang tercetus dalam benak kita apabila melihat seseorang adalah apakah wajahnya "good-looking" atau "ugly".
Tentu saja tidak semua penilaian kita itu boleh diucapkan. Kalo penilaian itu cantik/ganteng, itu aman-aman saja untuk diujarkan. Tapi kalo penilaian itu ugly alias jelek kita harus betul-betul menjaga lidah. Artinya harus melihat sikon dengan siapa kita mengomentari bahwa si A itu mukanya jelek.
Pada perbincangan (chatting) di group WA alumni SD, saya mengejek diri sendiri bahwa di usia kepala 7 ini saya sudah jelek. Tapi anggota group yang tentu sepantaran dengan saya ini, tidak sependapat dengan ucapan saya itu. Kata dia, usia tua tidak membuat seseorang menjadi jelek, karena ada istilah "inner beauty".
Saya tidak memperpanjang debat tentang ketampanan seseorang, karena ini masalah yang cukup sensitif.
Tapi kalo saya boleh berpendapat secara jujur dan private, tidak ada orang yang sudah menginjak usia 70 bisa dibilang cantik atau ganteng. Teman-teman kuliah yang dulunya cantik sekarang sudah punah kecantikannya.
Yang saya perhatikan, kenapa ya orang yang sudah tua kok hidungnya menjadi besar. Padahal beberapa teman yang waktu mudanya saya nilai cantik/ganteng hidung mereka mancung. Tapi sudah tua ini kok hidungnya membesar. Mirip jambu monyet.
Ini berlaku juga untuk saya yang kalo saya amati di foto-foto hidung saya membesar.
Jadi, kalo orang sudah tua apakah sudah pasti menjadi jelek wajahnya?
Menurut saya, 99 persen memang demikian adanya.
Dari pengamatan saya, cuma ada dua pria yang tetap ganteng di masa tuanya. Yaitu Presiden Ronald Reagan dan Presiden Soeharto. Dari tokoh wanita malah tidak ada yang tetap cantik di masa usia senjanya.
Sudah beberapa lama ini di timeline saya, berseliweran foto-foto bintang film Marilyn Monroe. Dari dulu saya tahu bahwa MM adalah aktris yang cantik dan sexy. Tapi semakin banyak saya disuguhi foto-foto MM semakin teguh penilaian saya bahwa dia adalah wanita tercantik yang dilahirkan di muka bumi.
Tapi (selalu ada tapinya), kenapa dua suaminya kok "ugly" bener. Namanya Joe DiMaggio dan Arthur Miller. Keduanya orang beken di zamannya. Tapi, ya itu, kalo disanding dengan Marilyn Monroe kebanting bener. Seperti "beauty and the beast". Dan kedua perkawinan itu berakhir dengan perceraian, karena suami-suami tersebut kalah pamor dengan istrinya.
Ada adagium yang berbunyi "Beauty is in the eyes of the beholder". Artinya kecantikan itu relatif, tergantung dari persepsi masing-masing orang.
Kalo saya mengatakan Maudy Ayunda itu cantik, pasti ada orang lain yang akan berkata sebaliknya. Entah karena sirik atau memang standar kecantikannya berbeda.
Tapi adagium di atas bisa menjadi sebuah sarkasme. Anda tentu pernah mengalami di sebuah perbincangan (chatting) di WA, seseorang memposting foto cucunya. Dan terus membanjir komen dari teman-temannya "Wah, cantik sekali cucunya". Dan saya menatap foto cucunya itu dan bergumam "Mosok kayak gini dibilang cantik". In my mind's eyes malah cenderung ugly.
Apa temen-temen itu sakit mata atau butuh kacamata? Tentu saja tidak. Ini kan cuma unggah ungguh dalam pergaulan. Basa basi, kasarnya.
But anyway, ini meneguhkan keyakinan saya bahwa kecantikan/kegantengan ini sangat dominan dalam mindset manusia.
***
0
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews