Castles banyak menghabiskan waktunya di Indonesia. Dia pernah mengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Salah satu perintis studi politik Indonesia di Australia, Lance Castles (83 tahun), meninggal dunia hari ini. Memang mungkin nama Castles tidak sepopuler koleganya para Indonesianist dari Australia, misalnya Herbert Feith, Richard Robison, dan lainnya.
Nama Castles memang lebih dikenal bersama Herb Feith lewat buku suntingan mereka berdua yang sangat dikenal di sini, INDONESIAN POLITICAL THINKING 1945-1966 (Cornell University, 1970).
Buku klasik itu sudah diterjemahkan, PEMIKIRAN POLITIK INDONESIA 1945-1966 (LP3ES, 1988).
Melalui buku ini, terutama Kata Pengantar (Introduction) yang ditulis Herbet Feith, kita lebih memahami peta ideologi atau aliran-aliran politik utama di Indonesia periode 1945-1966.
Dengan mengembangkan konsep awal 'politik aliran' dari Clifford Geertz, Feith dan Castles kemudian mengidentifikasikan lima aliran politik utama masa itu. Kelimanya adalah Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam, Sosialisme-Demokratik, dan Komunisme.
Memang sudah banyak kritik diberikan kepada pemetaan lima aliran politik ini. Feith sendiri pada edisi baru buku itu (1988) mengakui bahwa perubahan politik pasca Orde Baru telah ikut mengubah pemetaan di atas.
Terlepas dari itu, harus diakui sebagian pemetaan aliran politik itu masih tetap relevan. Beberapa aliran itu memang ada yang sudah 'mati', ada yang tetap hidup tapi dalam posisi marjinal, atau bermodifikasi.
Salah satu karyanya adalah 'RELIGION, POLITICS, and ECONOMIC BEHAVIOUR in JAVA: THE KUDUS CIGARETTE INDUSTRY'. Juga karyanya yang sudah diterjemahkan, 'KEHIDUPAN POLITIK suatu KERESIDENAN di SUMATRA: TAPANULI, 1915-1940'. Castles juga menerbitkan buku 'PROFIL ETNIK JAKARTA'.
Castles banyak menghabiskan waktunya di Indonesia. Dia pernah mengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Selamat jalan pak Lance Castles, RIP.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews