Tokohmu Tidak Selalu Tokohku, Tapi Kita Sama -sama Takut Pada Makhluk Ini

Mari tetap berdebat, asal dalam kehidupan sehari - hari sama sepikiran, panik saat hujan turun karena yakin sedikit deras saja air akan membuncah di lantai rumah kita.

Jumat, 25 September 2020 | 13:48 WIB
0
237
Tokohmu Tidak Selalu Tokohku, Tapi Kita Sama -sama Takut Pada Makhluk Ini
Ilustrasi debat (Foto: liputan6.com)

Kadangkala aku berbeda pandangan denganmu. Seringkali berbeda pandangan saat menilai tokoh yang pas untuk masa kini. Entah tokoh politik, entah pejabat publik, entah tokoh spiritual.

Kita selalu melihat dengan sudut pandang berbeda, kau condong ke kiri saat melihat permasalahan, dan aku lebih ke tengah tetapi lebih sering bablas ke kanan.

Barangkali aku lebih banyak memandang ke dalam, semua dipikirkan dengan catatan moral dan bahasa agama. Sedangkan kamu lebih sering melihat dalam sudut pandang struktur masyarakat. Piramida sosial, pandangan pandangan tentang solidaritas dan kepedulian pada yang sering tidak pernah menerima keadilan.

Itulah tokohmu tidak selalu tokohmu. Yang alim adalah idolaku, sedangkan kamu cenderung menyukai spontanitas dan kadang lebih menyukai tokoh bergaya brutal. Maka diskusi kita sangat seru dan kita ngotot pada satu titik pandang.

Kadang aku ingin menamparmu, ingin menggamparmu saat kau emosi memandang tokohku dengan sudut pandang lain, seakan- akan memandang rendah atas kejujuran dan kepolosan yang dibuat buat menurutmu, sedangkan aku melihat itulah yang harus dibela, manusia manusia tenang yang sabar mendengar cacian. Kau lebih suka tokoh dengan mulut brutal namun bagimu itulah mereka yang jujur. Sedangkan yang tenang dan sabar cenderung kamuflase.

Sepanjang hari aku akan menulis tentang tokoh tokoh yang tidak kau suka dan sepanjang hari pula kau akan mengkritisi dan mengecam pola pikirmu. Lalu siapakah di antara kita sih yang antagonis. Kau terlihat kejam karena mempertahan idealisme, aku kalem meskipun bagimu kamu menganggapku munafik.

Ada jutaan orang yang berbeda pandangan di negeri ini dengan sudut pandang pikiran yang berbeda. Maka ketika seorang pemimpin datang ia akan dipuja oleh sebagian orang, disisi lain banyak pengumpat dan penghujat yang selalu memandang rendah gaya kepemimpinannya.

Karena negara ini demokratis tidak mungkin bisa membungkam mulut pengumpat dan penghujat maka setiap orang di negeri ini harus sabar jika di media sosial sepanjang hari ada pengumpat yang rajin mengkritisi pemimpinnya.

Bagi pemujanya Rocky Gerung adalah pahlawan karena ia berani melawan kemapanan, disisi lain ada pemuja Ahok yang selalu membela atas apa yang dilakukannya, baik ketika gaya brutal atau sekedar mengeluarkan busa di mulutnya, sedangkan isi kata - kata dan umpatannya tidaklah berkualitas, itu menurut sudut pandang pembencinya.

Rocky Gerung, Fahri Hamzah, Fadli Zon, Andre Rosiade, Amien Rais, bekerja total sebagai galibnya seorang tokoh yang lebih nyaman jika ia dimaki - maki banyak orang, semakin banyak menghujatnya semakin banyak pembelanya. Semakin muncul kata - kata kontroversinya semakin melambunglah namanya, itu adalah trik bermakna pansos juga, promosi gratis.

Kau melambung atas pikiranmu yang ke kiri - kirian, aku diuntungkan dengan pola pikiranku yang cenderung ke kanan. Kau kencang di otak kanan, sedangkan aku lebih unggul di otak kiri.

Mari tetap berdebat, asal dalam kehidupan sehari - hari sama sepikiran, panik saat hujan turun karena yakin sedikit deras saja air akan membuncah di lantai rumah kita. Kita akan sama - sama mengumpat pada genangan yang semakin tinggi.  Kita akan berteriak saat tidak ada makanan di meja makan kita. Dan yang paling kompak lagi kita akan meloncat tinggi bila tiba – tiba ada tikus melintas dekat kaki kita.

Maaf tulisan receh saya semoga bermanfaat untuk direnungkan. Salam damai selalu.

***