Habibie adalah orang yang merdeka. Dia adalah seorang yang visioner yang paham nasib bangsanya di puluhan tahun kedepan.
Tanpa Habibie, Papua sudah pasti lepas dan Indonesia pecah berkeping-keping. Dia melepas benalu politik yang segera menyergap dan melilit Indonesia ditahun 1999, saat jatuh tersungkur dihajar krisis moneter. Benalu itu adalah Timor Leste.
Tidak Mau Jadi Paman yang Baik
John Howard, Perdana Menteri Australia kala itu suatu waktu menelepon Habibie menyodorkan opsi Timor Leste tetap menjadi bagian Indonesia dengan status otonomi khusus yang memberi kebebasan bagi wilayah itu untuk memilih Gubernur dan DPR-nya sendiri.
Sementara, Ramos Horta di New York mengatakan otonomi itu adalah persiapan bagi Timor Leste untuk merdeka. Sama dengan langkah Perancis memberi bantuan untuk Kaledonia menuju persiapan merdeka. Pasalnya Timor Leste bersama Kaledonia masuk dalam daftar negara-negara yang harus di dekolonisasi PBB.
Habibie menolak tegas opsi itu. Dia bilang "Indonesia tidak akan menjadi paman yang baik hati buat Timor Leste merdeka". Referendum adalah opsi terbaik. Ikut atau lepas dari Indonesia.
Ini adalah ciri Habibie sebagai orang merdeka. Selama bersama Suharto, Habibie lepas merdeka berbuat apa yang dia mau tanpa mengotori dirinya dengan lumpur politik dan uang.
Jati dirinya "as a free man" makin kentara ketika dia menjadi Presiden. Dia memerdekakan media dan mendorong berdirinya partai politik.
Dia melepaskan Timor Leste agar Indonesia merdeka dari cengkeraman pihak asing yang mencoba melakukan Balkanisasi di Indonesia.
Cegah Balkanisasi
Sebagai seorang jenius, Habibie melihat masa depan Indonesia jika Timor Leste tetap dipertahankan. Negara ini akan terus diserang oleh isu-isu HAM dan bakal tersungkur dalam jurang kehancuran. Indonesia di tahun 1999 bak rumah orang kaya yang sedang dijarah. Baik oleh bangsanya sendiri dan tangan-tangan asing yang menginginkan Indonesia pecah belah berantakan.
Karenanya dia lepaskan Timor Leste yang membuat terkejut dunia internasional. Tak terkecuali rakyat Timor Leste sendiri yang kaget setengah mati, kemerdekaan itu tiba-tiba ada di hadapan mereka.
Sebagai orang yang merdeka, Habibie tahu bahwa Timor Leste akan lepas. Cepat atau lambat. Karena tidak ada niatan sedikitpun dari para pemimpin Timor Leste untuk bergabung dengan Indonesia.
Orang boleh bilang Timor Leste adalah bagian dari strategi Habibie agar terpilih sebagai Presiden dalam pemilihan umum yang dipercepat. Tapi Habibie bukan orang yang gila kekuasaan.
Karenanya, Habibie santai saja ketika dicerca oleh mereka yang ada di MPR saat dia memberikan pidato pertanggungjawaban. Sorakan bernada cemooh dan hinaan mengiringi langkahnya ke podium. Termasuk ketika MPR tidak mempercayai untuk menjadi Presiden lagi. Habibie dengan lapang dada menerima kenyataan sebagai Presiden Indonesia tersingkat. Hanya satu tahun. Dan itu dia hadapi dengan senyum.
Berbuat Manis
Dua puluh tahun berlalu baru terasa dampak keputusan Habibie melepaskan Timor Leste. Tudingan HAM langsung reda. Padahal isu ini ditujukan untuk membuat Papua lepas dari Indonesia atas dasar sentimen rumpun Melanesia. Jika Timor Leste tetap dipertahankan, Papua dalam konteks ini bisa lepas dengan berbagai cara yang dirancang oleh para sutradara asing. Timor Leste akan menjadi kuda Troyanya.
Kuatnya posisi Indonesia mempertahankan Papua sekarang ini disebabkan karena Timor Leste tidak berani menggunakan sentimen Melanesia untuk menekan Indonesia. Sebab takdirnya dia harus bergantung pada Indonesia. Dia harus menunjukkan sikap baik baik agar Jakarta tidak marah. Jadi cara kemerdekaan Timor Leste yang sarat dengan provokasi HAM tidak bisa dipakai di Papua.
Jalan merdeka yang menjadi ciri Habibie berbuat manis. Para pemimpin Indonesia sesudah Habibie mendekati Timor Leste untuk menjadi tetangga yang baik. Bahkan Indonesia adalah negara yang paling aktif mendorong ASEAN menerima Timor Leste sebagai anggota. Dan ini dilontarkan oleh Presiden Abdurahman Wahid dan baru akan terjadi di 2020 nanti.
Habibie dan Papua
Mengapa Indonesia tidak dendam dengan Timor Leste?
Karena ingin mempertahankan Papua.
Jakarta mampu memainkan diplomasi mereka untuk mendekati kawasan Pasifik Selatan, Australia dan Selandia Baru agar jangan utak utik Papua. Dan jalan mulus itu tidak akan mungkin terjadi jika Habibie tidak melepas Timor Leste.
Habibie adalah orang yang merdeka. Dia adalah seorang yang visioner yang paham nasib bangsanya di puluhan tahun ke depan. Dia tahu apa yang terjadi di negaranya jika benalu Timor Leste tidak ditebas. Meski dia harus sendirian karena keputusannya.
Terbang
Tapi itu tidak masalah bagi Habibie. Termasuk juga ketika ajal menjemput.
Seperti penggalan bait tembang Fly Away, dari Queen , Habibie sekarang mengepakkan sayap kecilnya dan terbang.
Terbang jauh dari kita yang berlinang air mata menangisi kepergian sang Bapak Bangsa.
Habibie yang kita kenang dengan segenap kekuatannya yang tersisa telah meninggalkan kita.
Setelah dia bekerja keras untuk yang terbaik bagi bangsanya..
Sebagai orang yang merdeka.
Spread your little wings and fly away
Fly away far away
Pull yourself together
'Cause you know you should do better
That's because you're a free man.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews