Dalam berbagai kesibukan aktivitas kemasyarakatan, ternyata Nina masih menyempatkan diri aktif di berbagai olahraga yang bagi kebanyakan wanita mungkin dianggap terlalu keras.
Miss Indonesia Tak Selalu Identik dengan Kehidupan Glamour
Selama ini bila mendengar kata, "Miss Kecantikan" pikiran kita langsung ter connecting dengan kehidupan yang glamour dan kehidupan yang penuh dengan hura hura dan gemerlapan.
Walaupun Kerenina sempat memanfaatkan waktu luangnya dengan mengisi berbagai acara TV Komersial, modeling, fashion show, dan menjadi cover berbagai majalah wanita, namun dalam kesehariannya kehidupan Nina jauh dari bayangan hidup Glamour.
Seperti paradigma yang selama ini, terdapat dalam gambaran masyarakat Indonesia secara umum. Setidaknya, Miss indonesia 2009 ini menjadi saksi hidup yang mematahkan paradigma yang tercipta selama ini bahwa, "Miss kecantikan" identik dengan "kehidupan glamour ".
Wanita kelahiran Jakarta pada tanggal 13 Juni, tahun 1986 ini akrab disapa dengan panggilan :"Nina'" Karena nama lengkapnya cukup panjang, yakni Kerenina Sunny Halim. Kerenina dikenal juga dengan nama Karenina. Apa yang menyebabkan terdapat perbedaan namanya"Kerenina " dan "Karenina", rasanya tidak perlu terlalu mendetail ditanyakan.
Suka Duka Mempersiapkan Diri dalam Ajang Pemilihan Miss Indonesia
Menurut penuturan Nina, untuk meraih gelar Miss Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan wajah bening saja. Karena harus mampu membekali diri dengan berbagai pengetahuan umum, antara lain mengenai Character Building dan Child Psychology.
Di usia 21 tahun, Nina tidak ingin membebani orang tuanya lagi dan mulai belajar mandiri. Ia mengontrak rumah sendiri dan mengisi waktu dengan mengajar di SD Sekolah Mentari.
Nina merupakan anak ke 4 dari total 6 orang bersaudara. Ayahnya yang sudah almarhum, bernama Denny Halim yang domisili di Bandung, sedangkan ibunda Nina adalah wanita asal Montana Amerika Serikat.
Ia meraih gelar sebagai Miss indonesia pada tahun 2009, menurut Nina tidak mudah bagi dirinya untuk meraih gelar Miss Indonesia 2009 ini karena harus mampu mengalahkan peserta lainnya, yang berjumlah 33 orang.
Sebelum hari "H"nya, dirinya bersama dengan para Peserta lainnya di Karantina selama dua minggu. Akan tetapi berdasarkan rasa kepercayaan diri yang tinggi dan dilengkapi dengan berbagai latar belakang pendidikan, baik formal maupun melalui distance learning, akhirnya Nina terpilih sebagai Miss Indonesia 2009 tepatnya pada tanggal 5 Juni, 2009.
Dan pada tahun yang sama, Nina dipercaya untuk menjadi utusan DKI jakarta dalam keikutsertaan di Ajang Miss World 2009 yang diselenggarakan di Afrika Selatan.
Selalu Tampil Ceria dan Sederhana
Dalam kesehariannya Nina aktif dalam berbagai kegiatan sosial, antara lain :
Mendirikan PAUD bersama Seadoo Club Indonesia Peduli di Pulau Panggang Kepulauan Seribu.
Mendirikan PAUD di Sumba Barat'.
Mengunjungi Panti Jompo dan difabel mental,autis dan yatim piatu.
Kegiatan kemasyarakatan dan peduli lingkungan hidup'.
Founder Yayasan Let;s Share , khusus memberikan edukaSi dan medikal bantuan ,khusus bagi anak kurang mampu di DKI dan Kepulauan Seribu.
Dan dalam berbagai kesibukan aktivitas kemasyarakatan, ternyata Nina masih menyempatkan diri aktif di berbagai olahraga yang bagi kebanyakan wanita mungkin dianggap terlalu keras. Tekadnya adalah menunjukan kepada dunia bahwa sebagai seorang wanita dirinya siap membaktikan hidupnya demi bangsa dan negara Indonesia.
Sepintas rasanya kita tidak akan percaya, bahwa wanita yang pernah meraih Mahkota Miss Indonesia mau terjun langsung mengunjungi anak anak yatim piatu dan anak anak yang mengalami keterbelakangan mental. Tetapi bagi Nina, sejak dulu sudah mempersiapkan diri dengan keterampilan di bidang Psikologi anak-anak.
Semoga apa yang dilakukan Nina, dapat menginspirasi dan memotivasi wanita muda Indonesia !
Tjiptadinata Effendi
***
Keterangan: Tulisan dengan judul yang sama sebelumnya telah ditayangkan di Kompasiana.com
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews