Saya sedang dalam perjalanan menuju Bandung dengan flight Lion JT-0911 SUB-BDO. Tapi ternyata Bandara Bandung sedang berkabut dan kami tdk bisa mendarat di sana. Kami muter-muter di atas sampai hampir sejam. Akhirnya diputuskan didaratkan di Cengkareng. Saat ini kami sedang ada di Cengkareng sambil menunggu clearance dari Bandung. Oleh sebab itu saya terusin kisah Hikayat Si Joni ini ya...
Fasten your seatbelt!
Mari kita berandai-andai...
Seandainya Anda seorang laki-laki normal (sebut saja namanya Ahmad Rizali), barusan saja selesai menyelesaikan tugas bekerja di pertambangan Papua selama dua minggu dan tidak sempat bertemu dengan seekor pun betina di sana (sedang garang-garangnya kalau lihat lawan jenis), bawa uang banyak, grafik iman anjlog tapi suhu imron meningkat, dan begitu mendarat di Depok tiba-tiba mendapat SMS ngeres. Bunyi SMS-nya : “Ass met pagi pak Joni. Pak sy indah temen nya sari. Sy mau tidur sm bpk. Sy butuh uang buat ayah sy pak. Sy dah ikhlas pak, wass”.
Apa yang kira-kira akan Anda lakukan?
Jangankan Cak Nanang yang tidak pernah mondok di pesantren sehingga agak diragukan bacaan Alfatekahnya, lha wong Ustad Aad yang pernah dua belas tahun di SD, SMP, dan SMA aja sempat keder mendapatkan proposal menggiurkan seperti itu.
Haah...! Mau tidur sm bpk...?! Sudah ikhlas...?! Apa hubungan antara 'tidur' dengan 'ikhlas'? Bukankah ikhlas itu sebuah sikap hidup yang dekat dengan sifat tawakkal? Tawakkal alallah atau tawakkal al Joni? Inilah sesungguhnya ujian bagi keimanan (dan keimronan). Innalloha maas shobirin...
Jadi saya membayangkan Cak Nanang yang sedang lapar dan haus ini tiba-tiba mendapat SMS yang berisi proposal 'mau tidur sama bapak' ini.
Saya berani taruhan cetio bahwa beliau pasti ngglundhung bertekuk lutut di sudut kerling wanita seperti di lagu-lagu itu.
Jangankan diminta cari hotel bintang lima di Surabaya, semunggo'o ditawari berangkat ke Haiti pun dia pasti ladub. Padahal kalau sekedar haus dan lapar kan semestinya bisa diobati dengan segelas Alokakok dan se porsi Etas Ngimbak (bagi yang tidak paham sila tanya sama Kera Ngalam apa itu Alokakok dan Etas Ngimbak).
Oke, mari kita berhenti membuli beliau. Biarkan dia ngurusi Gernas Tastakanya dulu.
Ketika saya mendapat SMS yang seolah kesasar ini alarm peringatan 'trap warning' saya sudah berdering. Tring...tring...!
Insting saya mengatakan bahwa ini bukan SMS yang genuine tapi awu-awu alias dibuat dan direkayasa. Ini bukan SMS yang salah kirim tapi sebuah jebakan yang dikirim secara random. Ini adalah jurus 'Lempar Jala Jerat Kunyuk' dari perguruan Dolly Pay yang telengas. Kalau kamu kunyuk ya bakal kena jerat. Lha kamu kunyuk apa bukan? Untungnya Mas Nanang dan saya bukan jenis kunyuk tapi sudah agak modern dan biasanya disebut "Sapien" sama Noval Harari.
Sebagai seorang mantan pendekar Gobi Pay saya tentu perlu menguji seberapa tinggi ilmu Indah Lihiap ini. Jurus harus dibalas dengan jurus. Empat kali empat sama dengan enam belas. Sempat tidak sempat harap dibalas. Saya juga segera lempar jurus. SMS tersebut saya balas dengan sebuah kalimat singkat, "Saya bukan Pak Joni."
Meski kelihatan remeh tapi kalimat ini mengandung 4/11 lwekang yang beratnya puluhan kati (sakjane 1 kati iku pirang kilo se, Cak? Kho Ping Ho iki kok senengane nggawe ukuran 'kati').
Apa kira-kira jurus yang akan dilepas oleh Indah Lihiap setelah mendapatkan sodokan jurus "Saya bukan Pak Joni." ini?
Semula Cak Nanang menduga bahwa Indah Lihiap akan mengeluarkan jurus kalimat, "Masiyo bukan Pak Joni gak popo, Pak. Mau Joni, mau Budi, mau Wardoyo, gak jadi masalah. Sampeyan mau tidur sama saya gak? Ojok kakehan cangkem."
Tapi tidak Moeldoko. Tidak...! Indah Lihiap bukanlah seorang pendekar anyaran newbie yang mudah ditangkap begitu saja.
Sebaliknya dia dengan lihainya menekuk lututnya, mengayunkan kedua belah tangannya ke kiri dan ke kanan, berputar mengegos sambil membungkukkan tubuhnya 90 derajat. Sungguh indah...
"Maaf, Pak,. Maaf saya sudah tidak sopan sama bapak." demikian jawabnya.
Jreeeng...!
Ternyata Lihiap ini tidak mudah dijebak. Ia malah lempar jurus yang lebih lihai. Ckckck...! Dengan mengatakan demikian maka kita akan menduga bahwa dia benar-benar nyata, salah kirim SMS, anak baik-baik yang sopan dan santun, dan...mau tidur sama Pak Joni asal dapat uang untuk ayahnya! Hiks...!
Sungguh dahsyat jurus ini. Ia menyerang empat titik jalan darah sekaligus, utamanya titik-titik noda.
Apa yang akan Anda lakukan jika Indah ini membalas demikian? Jurus apa yang akan Anda keluarkan?
Tolong jangan panggil Mas Nanang. Kasihan program Gernas Tastakanya kalau dia selalu diganggu oleh urusan perkodewan. Gak jalan-jalan programnya nantinya. Sebaiknya kita panggil Pak Joni saja supaya urusan ndang mari. Lha wong ini SMS untuk Pak Joni kok kamu sama saya yang membahas ini sampai beberapa seri. Karepmu iku opo...?!
Ayo sana cuci muka dulu...!
***
NB:
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews