Priyono Sobo Langit

Karena itu, saya yakin Mas Prie paham ditengah sakitnya, dia tidak begitu berharap mendapatkan kesempatan itu.. Melainkan berjuang keras untuk hidup.

Senin, 13 April 2020 | 21:43 WIB
0
421
Priyono Sobo Langit
AE Priyono alm. (Foto: Facebook/Budi Setiawan)

Entah dimana namun yang pasti saya pernah bertemu dengan mas Pri. Tapi saya lupa. Yang jelas ketika saya baru menggeluti dunia tulis menulis. Masih pentil. Mas Pri sudah jadi suhu. Tutur katanya lemah lembut dan runut.

Hanya terbilang empat tahunan saya bertemu beliau. Tapi lewat Facebook. Saya membaca artkelnya. Demikiian juga beliau. Kita saling mengomentari.

Saya dan Mas Pri ada di horison yang sama. Dalam memandang soal agama selalu dalam konteks keberagamaan dan kemanusiaan.

Membaca artikel mas Prie, kita diibawa menggembara pada alam surealis ketika agama bertemu dengan sains. Bahwasanya manusia moksa itu adalah sebuah peristiwa sains.

Mas Prie agaknya sama dengan saya bahwa neraka dan surga itu tidak seperti yang dijelaskan aneka kitab suci. Yang begitu kontras hingga tidak masuk akal. Seolah Tuhan seperti baterai. Yang diujung ada plus minusnya.

Mas Pri menolak ini. Tuhan bagi dia itu bagakan pelangi. Dia juga seperti spektrum cahaya yang gradasi warnanya tidak terbatas. Unlimited.

Dan manusia memahami Tuhan sejauh busur pengetahuan yang digali lewat sains. Itu sebabnya, dalam banyak artikelnya Mas Pri selalu berpesan bahwa manusia jangan jumawa. Seolah tahu Tuhan.

Mas Pri memahami Tuhan sebagaimana saya. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bukan Yang Maha Pemarah dan Maha Penghukum. Tuhan hanya bisa dipahami melalui perenungan yang sangat personal bahkan menuju sufiisme. Yang bisa disentuh manakala nurani kita bersih dari jelaga kebencian hingga bersinar laksana kristal. Disitulah , kata Mas Prie,kita MERASA menemukan Tuhan.

Saya sepakat dengan pemikiran Mas Prie itu. Dan saya paham mengapa Mas Prie selalu giat menebarkan ebook dan jurnal mengenai Ketuhanan dan Sains.

Bagi saya, Tuhan telah menciptakan sistem yang begitu presisi menuju perubahan sampai akhirnya fana. Hancur. Karenanya Dia tidak bisa memberikan mukjizat karena bisa mengubah berputarnya dunia ini.

Sistem yang Dia buat menciptakan kesempatan yang bersifat untung-untungan. Yang hanya muncul lewat probalitas berputarnya dunia ini. Dan ini bisa dijelaskan oleh sains.

Hingga ada orang miskin yang menang lotre hingga kaya raya.

Hingga ada orang yang sakit keras tiba tiba sembuh.

Dan orang mengatakan itu sebagai hidayah ,mukjizat dan berkah keajaiban Tuhan.

Karena itu, saya yakin Mas Prie paham ditengah sakitnya, dia tidak begitu berharap mendapatkan kesempatan itu.. Melainkan berjuang keras untuk hidup.

Dia gagal.

Tapi saya yakin Mas Prie tidak nenyesalinya karena dia tahu itu jalan hidup sudah begitu.

Dia sudah paham bahwa wajah Tuhan adalah wajah pengharapan kita manakala kita masih di dunia.

Dan sekarang pastinya Mas Prie tengah berbincang dengan Tuhan
Dengan gayengnya soal ribuan postulat yang dibuat manusia dalam penggembaraanya mencari Tuhan.

Namun sayangnya... Mas AE Priyono tidak bisa mengabarkannya kepada kita.

Tentang Ikhwal alam keabadian disana.

Sementara kita terasa makin sendirian.

Tanpa kehadiran Mas Pri selalu mengisi gelas pengetahuan tanpa kita minta.

Selamat bercanda dengan Tuhan,. Mas Prie

Jenengan sampun tindak sobo langit.

***