Kalau kamu pernah terkencing-kencing karena postinganmu diperkarakan orang, lalu dimaafkan hanya karena kamu mengiba-iba mohon ampun, ya tahan-tahanlah untuk jadi jagoan di medsos.
Mau jadi jagoan di medsos karena merasa follower-mu bejibun, karena setiap omonganmu dipercaya, diamini dan diyakini kebenarannya?
Fine!
Tapi, sering-seringlah mengingat masa lalumu di mana jejak digital menjadi saksi bisu atas apa yang sudah kamu lakukan. Catatan sejarah dan perjalanan bermedsosmu tertabalkan di sana.
Jadi, mau jadi jagoan, mau jadi orang suci, mau jadi orang sempurna, mau jadi orang... apalah, sebut saja sendiri, tinggal pilih saja, terserah apa maumu. Tapi bokya ingat-ingat dulu jejak digital yang pernah kamu bikin.
Menghapus jejak okay, tapi kadang orang lain sudah mencetak jejakmu. Contoh dengan gagahnya kamu menyatakan Golput di Pilpres kemarin, tapi status-statusmu tetap aja ngomongin Jokowi atau Prabowo. Golput baiknya ya ga usah usili output Pilpres kemarin, toh?
Salahkah menghapus jejak digital di Internet? Ga sih. Cuma ya itu tadi, tergantung seberapa besar kamu punya kemaluan.
Terus, kamu jadi jagoan medsos yang bisa asyik labrak sana labrak sini seolah-olah semua orang penakut atau minimal ga seberani kamu, ya boleh juga.
Tapi ingat jejak masa lalumu. Kalau kamu pernah terkencing-kencing karena postinganmu diperkarakan orang di muka hukum, lalu dimaafkan hanya karena kamu mengiba-iba mohon ampun, ya tahan-tahanlah untuk jadi jagoan di medsos.
Salahkah jadi jagoan di medsos? Ga ada yang salah. Tapi itu tadi, raba-rabalah kemaluanmu, siapa tahu kamu masih punya.
Sebelum menutup ini postingan, jangan kamu tersinggung, sebab postingan ini bukan ditujukan buatmu, kecuali kalau GR-mu selangit dan sudah benar-benar ga punya kemaluan.
Apa mau dibilang, kodoooong...
#PepihNugraha
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews