Sketsa Harian [1] Jagoan Medsos

Kalau kamu pernah terkencing-kencing karena postinganmu diperkarakan orang, lalu dimaafkan hanya karena kamu mengiba-iba mohon ampun, ya tahan-tahanlah untuk jadi jagoan di medsos.

Sabtu, 19 Oktober 2019 | 11:49 WIB
0
381
Sketsa Harian [1] Jagoan Medsos
Jejak digital (Foto: inibaru.id)

Mau jadi jagoan di medsos karena merasa follower-mu bejibun, karena setiap omonganmu dipercaya, diamini dan diyakini kebenarannya?

Fine!

Tapi, sering-seringlah mengingat masa lalumu di mana jejak digital menjadi saksi bisu atas apa yang sudah kamu lakukan. Catatan sejarah dan perjalanan bermedsosmu tertabalkan di sana.

Jadi, mau jadi jagoan, mau jadi orang suci, mau jadi orang sempurna, mau jadi orang... apalah, sebut saja sendiri, tinggal pilih saja, terserah apa maumu. Tapi bokya ingat-ingat dulu jejak digital yang pernah kamu bikin.

Menghapus jejak okay, tapi kadang orang lain sudah mencetak jejakmu. Contoh dengan gagahnya kamu menyatakan Golput di Pilpres kemarin, tapi status-statusmu tetap aja ngomongin Jokowi atau Prabowo. Golput baiknya ya ga usah usili output Pilpres kemarin, toh?

Salahkah menghapus jejak digital di Internet? Ga sih. Cuma ya itu tadi, tergantung seberapa besar kamu punya kemaluan.

Terus, kamu jadi jagoan medsos yang bisa asyik labrak sana labrak sini seolah-olah semua orang penakut atau minimal ga seberani kamu, ya boleh juga.

Tapi ingat jejak masa lalumu. Kalau kamu pernah terkencing-kencing karena postinganmu diperkarakan orang di muka hukum, lalu dimaafkan hanya karena kamu mengiba-iba mohon ampun, ya tahan-tahanlah untuk jadi jagoan di medsos.

Salahkah jadi jagoan di medsos? Ga ada yang salah. Tapi itu tadi, raba-rabalah kemaluanmu, siapa tahu kamu masih punya.

Sebelum menutup ini postingan, jangan kamu tersinggung, sebab postingan ini bukan ditujukan buatmu, kecuali kalau GR-mu selangit dan sudah benar-benar ga punya kemaluan.

Apa mau dibilang, kodoooong...

#PepihNugraha

***