Kesanggupannya menjadi menteri untuk meningkatkan kualias generasi muda menjadi bukti bahwa bangsa ini bergerak maju karena generasi muda mau dan sanggup memikul tanggung jawab besar.
Belum lama dipuji-puji sebagai generasi muda kreatif, inovatif, dan memberi harapan baru, Nadiem Makarim langsung mendapat banyak telunjuk.
Mana mungkin anak usia 35 tahun memimpin kementerian yang begitu besar? Bagaimana Nadiem akan berhadapan atau bahkan memberikan arahan pada rektor-rektor universitas ternama?
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memang lembaga yang sangat besar. Tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa juga tidak main-main. Mempersiapkan generasi muda menghadapi perubahan global juga bukan persoalan enteng. Tapi saya dukung Nadiem jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Saking besarnya kementerian itu, birokrasinya sangat lamban. Belum lama saya membantu guru-guru di Papua yang menjadi korban penyanderaan dan pemerkosaan. Hasilnya nol, kementerian tidak bisa membantu karena alasan birokrasi dan hambatan UU Otonomi Khusus.
Masih dari Papua, saya banyak bertemu dengan anak-anak yang tidak sekolah dan tidak bisa baca tulis. Dan ternyata, saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air... persoalan itu bukan tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Radikalisme merambah melalui pendidikan usia dini sampai ke perguruan tinggi, kementerian yang besar dan seharusnya menjadi tumpuan harapan, belum bergerak lincah mengeluarkan jurus-jurus strategis.
Saya berharap Nadiem yang masih muda, punya tenaga untuk membongkar beton birokrasi, menyelesaikan carut marut dunia pendidikan. Ingat... selain menyelesaikan masalah-masalah pendidikan yang sudah akut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mencetak generasi muda yang siap bertarung di kancah internasional global.
Soal memberi arahan pada para rektor yang gelarnya profesor doktor, tak harus dilakukan Nadiem. Banyak nama besar di kementerian itu. Soal kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan berbagai persoalan pelik pendidikan lainnya, saya yakin Nadiem tidak akan meninggalkan para pakar yang sudah puluhan tahun menekuni dunia pendidikan.
Lalu mengapa saya dukung Nadiem? Karena yang bisa memikirkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan paradigma berpikir baru adalah anak-anak muda, termasuk Nadiem. Ia telah mengimplementasikan kecerdasannya dalam melihat kebutuhan masa depan dengan go go go...
Saya yakin kecerdasannya bisa memberi manfaat buat peningkatan kualitas generasi muda di masa depan. Buat saya dan generasi sebelumnya yang mungkin masih perlu belajar unicorn, decacorn, dan corn corn lainnya, yang bisa dilakukan adalah memberi kepercayaan pada generasi muda untuk berkiprah, menunjukkan prestasinya.
Ingat... bangsa ini masuk ke alam kemerdekaan karena kiprah anak-anak muda.
Saya dukung Nadiem. Kesanggupannya menjadi menteri untuk meningkatkan kualias generasi muda menjadi bukti bahwa bangsa ini bergerak maju karena generasi muda mau dan sanggup memikul tanggung jawab besar. Selamat buat Nadiem Makarim. Selamat buat generasi muda Indonesia.
Kristin Samah
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews