Presiden yang Paling Sabar, Rendah Hati dan Sederhana

Kemajuan negeri ini tidak akan tercapai apabila hanya diisi oleh sebaran fitnah yang membuat resah rakyat.

Jumat, 31 Mei 2019 | 17:24 WIB
0
371
Presiden yang Paling Sabar, Rendah Hati dan Sederhana
ilustr: mercusuar

Tajuk tulisan dan ulasan berikut ini mungkin akan ditertawakan atau bahkan dicibir oleh orang-orang yang selama ini berseberangan politik atau membenci Presiden RI ke-7 Joko Widodo alias Jokowi. Tetapi bagi orang yang mengenal Jokowi, termasuk penulis, pasti akan setuju. Demikian pula bagi siapa pun yang berakal sehat pasti akan sepakat bahwa Joko Widodo adalah presiden yang paling sabar dan rendah hati serta sederhana.

Bagaimana tidak, selama dia mulai berkampanye untuk memenangkan pilgub DKI hingga dia menjadi presiden selama hampir 5 tahun, nyaris tiada hari tanpa fitnah dan penghinaan. Bahkan hingga saat ini sementara dia memenangkan real count KPU pada kisaran 56% dan Prabowo 44%, hinaan khususnya di medsos sungguh luar biasa semakin keji.

Mulai dari yang sejak awal Jokowi dianggap pencitraan, PKI, antek asing-aseng, hingga hujatan-hujatan vulgar yang selalu terpampang di medsos. Bagi penulis dan siapa pun yang berakal sehat pasti setuju bahwa Jokowi terlalu amat sabar, karena apa yang disampaikan oleh para pembencinya hampir  seratus persen mengada-ada dan fitnah keji.

Keberpihakan dan perhatian Jokowi kepada rakyat kecil sesungguhnya memang sebuah keniscayaan bagi seorang pemimpin sejati. Bagi siapa pun yang menilai itu sebuah pencitraan karena mereka tidak pernah mampu bersikap rendah hati seperti Jokowi dalam kapasitas peran mereka masing-masing.

Bagi yang menuduh PKI, antek asing atau aseng dan sebagainya itu sungguh tuduhan keji dan mengada-ada. Tidak memiliki bukti tapi 'asal njeplak' dan 'waton suloyo'. Para pembencinya yang sekaligus mengaku politisi sesungguhnya adalah para politisi busuk yang tidak mampu lagi berperan sebagai politisi yang sejati tetapi ingin mengembalikan negeri ini ke dalam situasi yang kacau balau serta membodohi rakyat.

Terlepas dari sedikit carut marut penyelenggaraannya, pilpres dan pileg 2019 ini terbilang sukses. Partisipasi rakyat sungguh luar biasa. Dan yang paling penting adalah dengan peran mereka dalam pesta demokrasi kemarin mereka akan tidak lama lagi menikmati kepemimpinan Jokowi untuk periode keduanya, 2019-2024.

Kesuksesan pemilu 2019 dan bisa dipastikan juga kemenangan Jokowi, menunjukkan bahwa sikap sabar dan rendah hati Jokowi sungguh berkenan bagi rakyat negeri ini. Segala caci-maki, fitnah, nyinyir tidak pernah ditanggapi secara emosi oleh Joko Widodo.

Dia sabar dan rela hati demi rakyat yang dicintainya. Bayangkan jika semua fitnah dan kekejian itu berlangsung di era orde baru, sudah berapa puluh atau bahkan ratus nyawa melayang atau dijebloskan ke dalam penjara karena menghina presiden?

Tulisan ini memang ungkapan kekaguman atas kesabaran dan kebesaran hati Jokowi kepada rakyat tetapi sekaligus keprihatinan atas moralitas mereka yang tak henti-hentinya menghina kepala negara ini. Jokowi adalah kepala negara yang berdaulat dan hasil pilihan langsung rakyat sesuai konstitusi, haruskah terus menerus dilecehkan? Apa salah dia? Korupsi? Manipulasi? Kolusi? Nepotist? Bukan watak Jokowi untuk melakukan itu semua. Silahkan diuji dan dibuktikan kebenarannya.

Oleh sebab itu dengan rendah hati, penulis mohon siapa pun yang masih dengan sengaja menghina kepala negara republik tercinta ini agar segera menghentikannya. Kita tidak sepantasnya menghina kepala negara kita sendiri.

Para aparat penegak hukum seharusnya segera menindak tegas para penghina presiden tersebut. Baik penghinaan di media sosial, di jalanan atau bahkan di forum talk show politik di televisi sekali pun. Kita wajib menghormati dan menjaga nama baik kepala negara kita.

Ketidaksetujuan atau kritik terhadap program pemerintahan Jokowi tetap bisa dilakukan dengan cara santun dan beradab. Kita semua tahu bahwa Jokowi bukan tipe pemimpin yang otoriter. Dia sangat terbuka dan bahkan menunggu untuk dikritik terhadap cara pemerintahannya, namun bukan dengan cara yang urakan untuk membunuh karakternya.

Sesungguhnya penulis malu terhadap kelakuan mereka para penghina presiden. Mari kita bersikap dewasa dan bermartabat dalam peran kita masing-masing. Kemajuan negeri ini tidak akan tercapai apabila hanya diisi oleh sebaran fitnah yang membuat resah rakyat.

Semoga tulisan ungkapan kekaguman kepada Jokowi dan sekaligus keprihatinan terhadap para penghinanya ini bisa menjadi bahan refleksi kita semua.

***
Solo, Jumat, 31 Mei 2019. 8:34 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko