Saat itu saya bertugas di Timor Timor pada tahun 1983, sebagai Dokter Pasukan Bravo (Detasemen-81 Kopassus), di bawah Pimpinan Komandan Mayor Inf. Prabowo.
Suatu hari May. Prabowo bersama Let.Kol.Inf.FX.Sujasmin dan saya diajak juga, mengadakan Patroli Udara atau lebih tepat pengamatan pelaksanaan Operasi Sisir/Garu di Sektor Tengah di Timor Timur.
Kami terbang di atas hutan, ladang, kebun, di mana beberapa Batalion Tempur TNI AD, melaksanakan penyisiran atau menggiring gerilyawan Fretilin kearah Timur Timor Timur.
Saya melihat dari atas banyak prajurit bergerak di bawah seperti berjajar dan berjalan ke depan.
Kemudian Mayor Prabowo mengadakan kontak dengan Komandan Pasukan yang sedang melaksanakan Operasi Tempur Menyisir daerah musuh, yang saya ingat namanya: Mayor Inf. Ope Mustopa, Komandan Batalion 330 atau Kujang II di Karawang.
Saya duduk di depan May. Prabowo, sehingga saya mendengarkan dengan jelas Komunikasi yang terjadi dengan Komandan Pasukan di bawah. Yang saya dengar tentang situasi kekinian medan operasi pada saat dilakukan operasi penyisiran atau menggiring gerilyawan kesuatu daerah sehingga terjepit.
Kemudian Mayor Ope, yang memang suka bercanda, menanyakan: ”Sama siapa saja di atas (terbang pakai Helikopter)?”
Pak Prabowo menjawab, singkat: ”Dukun Bravo!”
Kemudian terdengar komunikasi radio dari May Ope: ”Saya juga bersama Dukun, ini di sebelah saya.”
Kemudian Mayor Ope memberikan Radio Handset-nya kepada Dukun (Dokter) Batalion 330 untuk berkomunikasi dengan saya di atas Helikopter. Pak Prabowo pun, memberikan Handset-nya kepada saya dan kami sesama Dokter yang bertugas di Timtim berkomunikasi.
Komunikasinya kurang lebih seperti ini: ”Boy, di sini Wahyu (Wahyu Karhiwikarta)”
Kemudian saya menjawab: ”Ditampi Yu 5-5 (Jelas Loud and Clear)
Kemudian Sahabat saya dengan menggunakan bahasa daerah Sunda, berkata:”Boy, kamu mah enak ikut Pak Prabowo naik helicopter terus. Saya mah sudah satu minggu jalan kaki lewat gunung hutan.”
Saya, tidak bisa menjawab! Langsung membalas dengan: ”Solo Bandung (Selamat Bertugas)”.
Pak Prabowo mengambil Handset radio dari tangan saya, dan saya liat matanya menatap saya yang sedang merenung, dibilang sejawat saya: ”Boy maneh mah ngeunah milu Pak Prabowo, hehelikopteran? Urang mah leumpang geus saminggu yeuh?”
Setelah Helicopter mendarat, dan May.Prabowo melaksanakan briefing penyerangan atau pencegatan bersama Letkol.Sudjasmin (Komandan Sektor Barat), di mana saat pasukan darat memasuki wilayah Sektor Barat, operasi ini disebut “Ambush”, penyerangan mendadak dengan cara mencegat pasukan musuh, yang dalam keadaan posisi terjebak atau terjepit.
Sesampainya di Posko Pasukan, mungkin May.Prabowo, melihat saya agak merenung dan diam (bukan galau ya?!), beliau memanggil saya dan meminta saya duduk: ”Sini, Dok!”
Prabowo yang saya tahu adalah sosok yang selalu tahu menempatkan diri, berkata berucap dan taat azas? Semisal kami saat di Posko, tidak pernah manggil Dukun, tapi memanggil dengan: ”Dok”
Kalau kami hanya berdua, tidak ada siapa-siapa, memanggil saya, cukup: ”Boy”.
Pak Prabowo berkata pada saya: ”Kamu, Saya dan kita semua ada disini untuk Apa dan Siapa Dok?”
Saya agak terdiam dan lebih baik tidak menjawab, dari pada salah banti ‘Asbun’ (Asal Bunyi).
Pak Prabowo, melihat saya diam, kemudian meneruskan: ”Kamu, Saya dan Kita semua ada disini bertugas dan berjuang demi Bangsa dan NKRI. Bukan untuk Prabowo atau Kopassus!”
Saya, hanya bisa berkata: ”Siap”, habis mo jawab apa dong? Karena saya waktu itu akan menjawab: ”Tugas TNI-AD”, jadi Siap ajalah.
Kemudian Pak Prabowo meneruskan: Kita bertugas di Kopassus dan kalau kamu harus jalan kaki, pada saat kita bergerak sebagai pasukan pemukul cepat, Dokter nya sudah lelah karena jalan kaki, gimana kalau ada prajurit kita yang terluka?
Tugas kamu kan: ”Sebagai Tim Medik atau Kesehatan Lapangan dalam Operasi Tempur.”
Ya, sekali lagi saya hanya bilang siap saja.
Akan tetapi Komandan cukup memberi pemahaman akan tugas saya sebagai Dokter di Kopassus.
Atau mungkin didalam hati beliau: ”Udah jangan dipikirin omongan teman kamu Dokter yang bertugas di sana?”
Akhirnya, Pasukan Bravo bersiap melaksanakan Pencegatan atau Ambush Gerilyawan yang sudah tergiring kearah Sektor Timur?
Seperti biasa, saya Solo Bandung(Standby) dititik aju dengan helicopter, apabila suatu saat diperlukan oleh pasukan depan.
Saya pantau saja dari radio dan mendengarkan suara tembakan satu satu, yang katanya: Ada puluhan musuh yang sedang mengundurkan diri dan dihadang oleh Pasukan Bravo.
Pasukan semua kembali selamat dengan membawa beberapa senjata rampasan dari musuh.
Sebagai penutup: Apa yg bisa saya ambil pelajaran dari seorang sosok yang bernama Prabowo Untuk NKRI?
Ya, kalau soal berani, tegas, keras dan paham betul apa yang menjadi tugas pokok dan apa yang harus dikerjakan, saya kira tidak usah didiskusikan atau diperdebatkan lagi.
Bukan dari hal kecil memanggil sebuah nama? Apa sih bedanya manggil: Boy, Boyke, Dok, Dukun? Tapi ternyata untuk beliau ini sepertinya prinsip juga? Mana nama Jabatan, panggilan Sandi (Dukun) atau bukan sekedar atasan bawahan, tapi lebih tepat mitra kerja dan mungkin panggilan nama saja cukup: ”Boy”
Saya ingat suatu hari di tahun 2017, saat kampanye Pilkada DKI, Putaran Kedua tahun 2017 Anies Sandi, Pak Prabowo, berkata tegas sambil arahkan telunjuknya ke arah saya: ”Boy, kamu sebagai Dokter Keliling, jangan sekali-kali kampanye! Kalian fokus tupoksi kalian; ‘Demi Kemanusiaan’! Itu saja arahan saya!”
Saya juga ingat, ketika Pak Prabowo, mengunjungi Kampus Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI), selaku Ketua Yayasan Pendidikan Kebangsaan, saat Pilkada Jabar sekitar bulan Februari’18, ketika foto selfi dengan para mahasiswa, bila ada yang mengangkat ‘Tiga Jari’, beliau turunkan sendiri tangan para mahasiswa UKRI.
Itulah sekelumit cerita terakhir pengalaman saya sebagai Dokter di Pasukan Khusus Kopassus maupun sebagai Prajurit Komando, yang pernah bertugas di Timor Leste, tiga puluh lima (35) tahun yang lalu🇲🇨
Terima kasih🙏
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews