Bebek ternak yang dikandangkan dengan bebek ternak yang diangon juga berbeda dagingnya kalau dimasak dan warna kuning telornya juga berbeda.
Beberapa hari lalu Kang Pepih mengunggah video di akun facebook yaitu bebek rawa atau liar sedang bermain dengan anak-anaknya. Induk bebek itu menyelam dan muncul lagi dan anak-anaknya mencarinya atau mengikutinya dari belakang.
Bebek rawa atau hutan kalau bertelor di pohon yang besar dan tinggi yang ada rongganya. Artinya bebek rawa bisa terbang untuk menjangkau lubang atau rongga dalam pohon besar untuk menaruh telornya. Itu semua dilakukan dari ancaman predator lain atau diburu manusia.
Setelah mengerami atau dierami dalam waktu 28 hari atau empat minggu menetaslah telor-telor bebek itu. Saat-saat itulah waktu yang mendebarkan bagi anak-anak bebek ini harus keluar dari sarangnya yang diatas pohon dan harus melompat dari ketinggian untuk menuju atau mencari air di rawa.
Ketika sang induk bebek terbang turun ke bawah dari pohon menuju rawa, anak-anak bebek ini mengikutinya turun dengan melompat satu persatu sampai terguling-guling. Dan anehnya tidak ada yang patah tulang atau mati karena melompat dari ketinggian.
Bebek rawa masih memiliki sifat alamiah dalam bereproduksi atau ketika musim kawin. Maksudnya ketika betina kawin dan bertelor, maka yang mengerami hanya bebek betina saja.
Nah, bagaimana dengan bebek yang sering dipelihara atau dijadikan hewan ternak untuk diambil telornya oleh para peternak?
Bebek ternak yang sering dipelihara oleh sebagian masyarakat pedesaan adalah bebek yang sifat alamiahnya sudah hilang atau mengalami evolusi yang berbeda dengan bebek rawa.
Maksudnya yaitu bebek rawa betina ketika bertelor-bisa atau mau mengerami telornya. Sedangkan bebek ternak hanya bisa bertelor tetapi sudah tidak bisa atau mau mengerami telornya.
Terus bagaimana kalau ingin menetasnya telor bebek hasil ternakan?
Sekarang dengan kemajuan teknologi bisa dengan box listrik yang disusun dengan jumlah telor bisa mencapai ratusan telor. Tetapi sebelum ada listrik menetaskan telor bebek tentu dengan cara manual atau alami yaitu dengan menitipkan telor bebek pada ayam untuk dierami. Jadi mengganti telor ayam dengan telor bebek.
Padahal, kalau ayam mengerami telornya sendiri dibutuhkan waktu 21 hari atau tiga minggu untuk telor-telor itu menetas. Sedangkan untuk telor bebek butuh waktu 28 hari atau empat minggu untuk menetas. Artinya waktu ayam mengerami telor bebek diperlukan waktu tambahan 7 hari lagi atau satu minggu.
Dan kalau sudah menetas telor bebek itu, maka anakan itu diambil atau dipisahkan dari indukan ayam. Biasanya ada yang djual atau dipelihara sendiri. Yang betina harganya lebih mahal dibanding yang jantan.
Kalau di Jawa anakan bebek ini namanya "meri". Waktu SD sudah terbiasa menetaskan telor bebek pada indukan ayam kampung. Dan dari situlah saya bisa membedakan anakan bebek ini betina atau jantan sekalipun baru menetas.
Tingkat akurasinya 90%, yaitu dari warna paruhnya. Anakan bebek betina waktu baru menetas warnanya sedikit kemerahan atau cerah warnanya. Sedangkan yang jantan warnanya cenderung hitam pekat.
Bebek mempunyai ketangguan fisik yang kuat, terutama bebek yang diangon atau digembalakan. Sekalipun naik dan turun lereng sawah yang terjal dan terjatuh sampai terguling-guling dan tidak ada patah kaki atau pincang.
Berjalan ratusan meter atau kilometer pun tidak terseok-seok. Sedangkan bebek ternak yang dikandangkan tetapi tidak diangon, kalau berjalan beberapa meter saja biasanya ndeprok atau terseok-seoak dan berhenti sejenak. Dan jalan lagi dan terseok-seok lagi.
Bebek ternak yang dikandangkan dengan bebek ternak yang diangon juga berbeda dagingnya kalau dimasak dan warna kuning telornya juga berbeda. Bebek yang diangon warna kuning telornya merah dan warna kulitnya juga biru tua dan cangkangnya tebal.Ini semua dipengarui faktor makanan.
Telor bebek yang dikandangkan warna kuning telornya cenderung kuning atau tidak merah dan kulit telornya atau cangkangnya tipis, tetapi sekarang juga bisa merah kalau dikasih makanan yang mengandung protein tinggi, seperti kepala udang atau tepung ikan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews