Gus Yaqut

Dengan tiga rencana besar yang tak mudah itu, Gus Yaqut meminta dukungan dan doa seluruh rakyat untuk melaksanakannya.

Selasa, 22 Desember 2020 | 23:29 WIB
0
659
Gus Yaqut
Gus Yaqut (Foto: Facebook/Tomi Lebang)

Lebih sebulan yang lalu, pada 18 November, Yaqut Cholil Qoumas ikut latah memainkan permainan SuperSeed di akun Facebook pribadinya. Permainan ini berupa tebak-tebakan: "Apa pekerjaanmu di tahun 2021?" Jawaban yang muncul berupa seuntai kartu nama bertuliskan "Yaqut, Menteri Agama" lengkap dengan nomor kartu pegawai.

Melihat jawaban yang dianggapnya jenaka itu, sang sahibul akun yang karib dipanggil Gus Yaqut ini, menulis caption dengan emotikon tawa: "Hahahaha.. Iri bilang boss...!!"

Hanya berselang sebulan lebih tiga hari, ramalan iseng itu menjadi kenyataan. Yaqut Cholil Qoumas ditunjuk jadi menteri agama dalam reshufle kabinet yang diumumkan Presiden, sore tadi.

“Dalam mimpi saya yang paling liar pun, tak pernah terlintas saya akan menjadi menteri agama,” kata Gus Yaqut saat mengenalkan dirinya di Istana Merdeka, sore tadi.

Tak urung ketika menerima penyampaian itu, ia mengucapkan bacaan istirja, innalillahi wa inna ilaihi rajiun -- sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.

Sejenak kemudian, ia segera meluruskan tekad: “mewakafkan seluruh hidup dan apa yang saya miliki untuk bangsa dan negara.” Terdengar muluk-muluk, tapi itulah tekadnya yang ia sampaikan di hadapan manusia dan janjinya kepada Allah SWT.

Gus Yaqut adalah tokoh muda Nahdlatul Ulama, Ketua GP Ansor dan sampai hari ini masih duduk sebagai anggota DPR RI. Ia putra dari pasangan Kiai Muhammad Cholil Bisri, atau cucu dari Kiai Bisri Mustofa. Ia lahir dan besar dalam lingkungan pesantren, di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang yang diasuh sang ayah.
Lalu, bagaimana kelak Kementerian Agama di tangan lelaki muda kelahiran 1975 ini?

Pertama, kata Gus Yaqut, “saya akan melakukan, bagaimana menjadikan agama itu sebagai inspirasi. Bukan aspirasi. Artinya, agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan sebagai alat politik baik untuk menentang pemerintah, maupun untuk merebut kekuasaan. Atau untuk tujuan-tujuan lain. Biarlah agama itu menjadi inspirasi, membawa nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kedamaian dalam berbangsa dan bernegara.”

Kedua, bukan tugas yang ringan. Gus Yaqut bertekad meningkatkan ukhuwah Islamiyah di negeri berpenduduk mayoritas beragama Islam ini. “Negara ini akan damai dan tenteram jika sesama muslim atau umat Islam di negeri ini memiliki persatuan di antara mereka,” katanya.

Lalu ukhuwah wathoniyah, persaudaraan sesama warga bangsa. Alasannya, karena Indonesia ini meraih kemerdekaan karena perjuangan oleh semua pemeluk agama. Tidak satu pun kaum pemeluk agama berhak mengklaim sebagai satu-satunya yang berjuang untuk melepaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah.

Gus Yaqut juga bertekad meningkatkan ukhuwah basyariyah, persatuan sesama umat manusia. Ia mengutip ucapan sahabat Nabi SAW, Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib karrama Allah wajhahu yang terkenal, bahwa: ”Mereka yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan”.

Ketiga, kata Gus Yaqut, tidak kalah pentingnya adalah bagaimana memajukan pendidikan agama di lingkup kerja Kementerian Agama. Salah satunya adalah mendorong pondok-pondok pesantren agar lebih mandiri dan pada akhirnya akan melahirkan kader-kader terbaik bangsa.

Dengan tiga rencana besar yang tak mudah itu, Gus Yaqut meminta dukungan dan doa seluruh rakyat untuk melaksanakannya.

Selamat bekerja Gus.

***