Artinya kesalahan bukan pada juru bicara, mungkin kesalahan ada pada pendengaran atau pengelihatan atau selera pemirsa.
Dokter Reisa Broto Asmoro sudah tiga hari ini menjadi juru bicara pemerintah terkait wabah virus Corona mendampingi juru bicara sebelumnya yaitu dr. Achmad Yurianto. Tentu ada pemandangan lain-yang sebelumnya juru bicaranya laki-laki yang mungkin bagi masyarakat dianggap membosankan, sekarang ada sosok wanita yang cantik dengan rambut tergerai.
Masyarakat pun menyambut gembira atau merespon positif atas terpilihnya dr. Reisa sebagai juru bicara pemerintah terkait wabah virus Corona. Terutama kalangan publik laki-laki. Banyak yang memuji. Tentu yang dipuji kecantikannya yang bisa meredakan ketegangan atau kepanikan masyarakat di tengah-tengah wabah virus corona yang belum mereda. Sepertinya pemerintah menangkap keresahan masyarakat.
Apalagi juru bicara sebelumnya dr. Achmad Yurianto pernah selip lidah yaitu antara kaya dan miskin yang seolah-olah orang miskin menjadi sumber penularan virus Corona. Publik medsos terutama kalangan laki-laki sempat memprotes ucapan juru bicara tersebut.Sekalipun selip lidah semacam itu adalah hal yang wajar. Karena setiap hari harus menyampaiakan atau update terkait penambahan atau hal-hal terkait virus Corona.
Semakin sering bicara, maka kemungkinan selip lidah atau salah ucap semakin tinggi. Sedikit bicara, maka juga semakin sedikit tingkat terjadi kesalahannya. Dan tidak bicara, maka tidak akan terjadi kesalahan sama sekali.
Mungkin publik atau masyarakat pada tingkat kejenuhan yang setiap hari juru bicara dr. Achmad Yurianto menyampaikan atau update terkait virus Corona yang dianggap membosankan.
Terkadang masyarakat itu juga sedikit aneh, ada menteri kesehatan yang sifat pembawaannya tenang dan cenderung rileks dianggap tidak serius dan dianggap menyepelekan terkait virus Corona. Dikasih juru bicara yang kompeten dan tegas atau tidak cengengesan masyarakat atau publik juga tidak suka. Karena terlalu serius dan garing. Baru setelah dikasih juru bicara wanita yang bening atau cantik-seketika mata masyarakat langsung terbuka dari rasa kantuk. Memangnya obat ngantuk?
Artinya kesalahan bukan pada juru bicara, mungkin kesalahan ada pada pendengaran atau pengelihatan atau selera pemirsa.
Sebagai juru bicara yang baru, dr. Reisa dalam dua hari ini masih kelihatan kaku dan canggung dalam menyampaikan perkembangan atau himbuan kepada masyarakat terkait virus Corona. Akan tetapi masyarakat bisa memaklumi karena masih baru sebagai juru bicara. Tetapi minimal masyarakat atau publik tidak resah atau panik, terutama kalangan laki-laki.
Seperti kita ketahui jumlah penderita Corona lebih banyak didominasi laki-laki. Nyatanya di hari kedua dan ketiga sebagai juru bicara, justru jumlah penambahan positif Corona mencapai tertinggi harian yaitu ada tambahan 1.043 dan 1,241. Dan alhamdulilah masyarakat tidak panik atau resah dengan jumlah tambahan tersebut.
Mudah-mudahan dengan masuknya dr. Reisa menjadi juru bicara Corona masyarakat lebih mudah patuh dan taat apa yang disampaikan dan tidak "ngeyelan" lagi.
Mudah-mudahan dr. Reisa atau Tante Ernie bisa menjadi pemersatu dunia medsos dan bisa meredakan ketegangan atau keresahan.
"Jiwa-jiwa yang resah dan gundah dr. Resia dan Tante Ernie sudah punya pasangan, tetapi tidak menghalangimu untuk sekedar memuja dan memuji-itu hal yang wajar dan bukan suatu yang kurangajar".
Terimakasih dr. Reisa kami sekarang tidak panik lagi dan keresahan seketika hilang!
Tapi kok jadi gelisah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews