Kamu Pilih Dokter Reisa atau Tante Ernie

Artinya kesalahan bukan pada juru bicara, mungkin kesalahan ada pada pendengaran atau pengelihatan atau selera pemirsa.

Kamis, 11 Juni 2020 | 11:33 WIB
0
609
Kamu Pilih Dokter Reisa atau Tante Ernie
Reisa Broto Asmoro (Foto: fajar.co.id)

Dokter Reisa Broto Asmoro sudah tiga hari ini menjadi juru bicara pemerintah terkait wabah virus Corona mendampingi juru bicara sebelumnya yaitu dr. Achmad Yurianto. Tentu ada pemandangan lain-yang sebelumnya juru bicaranya laki-laki yang mungkin bagi masyarakat dianggap membosankan, sekarang ada sosok wanita yang cantik dengan rambut tergerai.

Masyarakat pun menyambut gembira atau merespon positif atas terpilihnya dr. Reisa sebagai juru bicara pemerintah terkait wabah virus Corona. Terutama kalangan publik laki-laki. Banyak yang memuji. Tentu yang dipuji kecantikannya yang bisa meredakan ketegangan atau kepanikan masyarakat di tengah-tengah wabah virus corona yang belum mereda. Sepertinya pemerintah menangkap keresahan masyarakat.

Apalagi juru bicara sebelumnya dr. Achmad Yurianto pernah selip lidah yaitu antara kaya dan miskin yang seolah-olah orang miskin menjadi sumber penularan virus Corona. Publik medsos terutama kalangan laki-laki sempat memprotes ucapan juru bicara tersebut.Sekalipun selip lidah semacam itu adalah hal yang wajar. Karena setiap hari harus menyampaiakan atau update terkait penambahan atau hal-hal terkait virus Corona.

Semakin sering bicara, maka kemungkinan selip lidah atau salah ucap semakin tinggi. Sedikit bicara, maka juga semakin sedikit tingkat terjadi kesalahannya. Dan tidak bicara, maka tidak akan terjadi kesalahan sama sekali.

Mungkin publik atau masyarakat pada tingkat kejenuhan yang setiap hari juru bicara dr. Achmad Yurianto menyampaikan atau update terkait virus Corona yang dianggap membosankan.

Terkadang masyarakat itu juga sedikit aneh, ada menteri kesehatan yang sifat pembawaannya tenang dan cenderung rileks dianggap tidak serius dan dianggap menyepelekan terkait virus Corona. Dikasih juru bicara yang kompeten dan tegas atau tidak cengengesan masyarakat atau publik juga tidak suka. Karena terlalu serius dan garing. Baru setelah dikasih juru bicara wanita yang bening atau cantik-seketika mata masyarakat langsung terbuka dari rasa kantuk. Memangnya obat ngantuk?

Artinya kesalahan bukan pada juru bicara, mungkin kesalahan ada pada pendengaran atau pengelihatan atau selera pemirsa.

Sebagai juru bicara yang baru, dr. Reisa dalam dua hari ini masih kelihatan kaku dan canggung dalam menyampaikan perkembangan atau himbuan kepada masyarakat terkait virus Corona. Akan tetapi masyarakat bisa memaklumi karena masih baru sebagai juru bicara. Tetapi minimal masyarakat atau publik tidak resah atau panik, terutama kalangan laki-laki.

Seperti kita ketahui jumlah penderita Corona lebih banyak didominasi laki-laki. Nyatanya di hari kedua  dan ketiga sebagai juru bicara, justru jumlah penambahan positif Corona mencapai tertinggi harian yaitu ada tambahan 1.043 dan 1,241. Dan alhamdulilah masyarakat tidak panik atau resah dengan jumlah tambahan tersebut.

Mudah-mudahan dengan masuknya dr. Reisa menjadi juru bicara Corona masyarakat lebih mudah patuh dan taat apa yang disampaikan dan tidak "ngeyelan" lagi.

Mudah-mudahan dr. Reisa atau Tante Ernie bisa menjadi pemersatu dunia medsos dan bisa meredakan ketegangan atau keresahan.

"Jiwa-jiwa yang resah dan gundah dr. Resia dan Tante Ernie sudah punya pasangan, tetapi tidak menghalangimu untuk sekedar memuja dan memuji-itu hal yang wajar dan bukan suatu yang kurangajar".

Terimakasih dr. Reisa kami sekarang tidak panik lagi dan keresahan seketika hilang!

Tapi kok jadi gelisah.

***