Berhentilah menghakimi. Berdoa sajalah agar tidak diberi cobaan semacam itu. Kita juga belum tentu slamet kalau kena cobaan macam mereka.
Sumprit saya tidak seberapa tertarik dengan musik gambusnya Nissa Sabyan. Apalagi dengan kasusnya (meski saya membacanya karena begitu trendingnya beritanya). Saya tidak pernah nonton videonya, tidak pernah mengingat wajahnya dan saya yakin meski saya suatu kali makan di depannya saya juga tidak akan tahu bahwa itu Nissa Sabyan. I don't quite enjoy dakwah music much. Wajahnya juga biasa-biasa saja. Aura anak-anak di wajahnya belum hilang.
Saya mungkin bahkan akan langsung tahu jika bertemu dengan Nikita Mirzani.
Saking tidak tahunya saya sehingga semula saya menganggap bahwa Sabyan itu nama Nissa itu sendiri. Setelah kasusnya muncul barulah saya tahu ternyata itu nama grup musiknya. What the...!
Saya tidak akan menghakimi Nissa atau pun Ayus. Saya kasihan dengan mereka. Begitu juga kasus lain yang serupa dengan ini (even kasusnya Gisel). Never...! Bagi saya itu kasus yang sangat banyak terjadi di sekitar kita.
Manusia tergelincir oleh godaan nafsunya adalah peristiwa yang boleh dikata bisa kita lihat setiap hari di mana-mana. Hal itu juga bisa terjadi pada diri kita. Jangan pernah merasa kebal dengan kasus semacam ini. Nissa dan Ayus masih sama-sama sangat muda, terus menerus bertemu dalam situasi dan kondisi yang membuat mereka saling tertarik. Itu resep paling jitu untuk saling jatuh hati dan tertambat satu sama lain.
Jangankan Ayus. Saya sendiri kalau terus menerus bertemu dan main musik bersama dengan Raisa, Agnes Mo, atau Bunga Citra Lestari mungkin juga akan bernasib sama. Terus menerus bergaul dengan gadis muda yang cantik mempesona lalu jatuh cinta dan lupa punya istri dan anak itu sungguh cerita klasik. Nothing new in it.
Saya yakin mereka berdua sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak layak. Tapi apa daya cinta telah membelit ketat.
Jangankan mereka berdua anak muda yang masih menggebu-gebu gairahnya, lha wong Begawan Wisrawa pemilik ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu saja tak mampu menahan gairahnya ketika berdua dengan Dewi Sukesi. Itu kelas Begawan lho ya...!
Apalagi cuma sekelas Satria macam saya. Kalau diajak latihan musik terus menerus sama BCL berdua kemudian BCL ngglendhot ke bahu saya pas kecapekan sambil bilang, "Mas, aku agak capek. Pijitin dong...!" Apa kalian pikir saya akan bilang, "Baik...! Saya panggilkan tukang pijat top ya Dik BCL. Segera...!" Ya, nehi lha...! Minimal saya akan ambil minyak gosok lalu saya guyurkan ke kepala saya sendiri supaya saya cepat sadar. It's just a dream... it's just a dream...! kata saya pada diri sendiri.
Baca Juga: Nissa Sabyan yang Merebut Suami Orang, Nissa yang Tak Perlu Dibela
Setiap kali mendengar hal semacam ini saya hanya bisa menghela napas dan berharap pada Tuhan agar tidak diberi cobaan seperti MYD dan Ayus. Meski iman terus saya jaga tapi kadang-kadang imron bisa berulah. Begitu iman saya istirahat sebentar saja maka merajalelalah si imron. Dan begitu imron merajalela maka bahkan Begawan Wisrawa tak akan mampu mengendalikannya.
Kisah tentang perselingkuhan Begawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi itu jelas-jelas merupakan peringatan dalam bentuk kisah pewayangan.
Jadi....
Berhentilah menghakimi.
Berdoa sajalah agar tidak diberi cobaan semacam itu. Kita juga belum tentu slamet kalau kena cobaan macam mereka.
Kuwi nek awakmu pingin slamet dunyo akherat lho.
Sebagai penutup saya beri video musik gambus yang sangat saya nikmati baik musik mau pun liriknya. Soalnya gak bawa-bawa dakwah segala. Ngocol doang.
Surabaya, 21 Pebruari 2021
Satria Dharma
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews