Menikmati kejayaan di akhir usia, melakukan banyak kebaikan menjelang kematian, serta mampu membuat sedih jutaan orang yang merasa kehilangan saat dia meninggal.
Meski saya yakin Ashraf Sinclair adalah orang baik, saya bukan termasuk yang merasa sedih saat almarhum meninggal. Biasa saja, mungkin karena tak banyak bersinggungan dengan karyanya.
Namun saat Glenn Fredly meninggal, saya merasa sangat sedih. Benar-benar sedih yang sampai mengganggu pikiran. Seseorang yang masih muda dan punya karya-karya luar biasa itu harus meninggalkan kita.
Dan Selasa kemarin, rasa sedih itu begitu berlipat saat mendengar kabar Didi Kempot meninggal. Sedih hingga saya tak mampu mengungkapkan itu di medsos. Kalimat-kalimat kesedihan yang ingin saya sampaikan tampaknya sudah terwakili oleh status banyak orang.
Sampai hari ini tadi pun, saya masih membaca obituari-obituari tentang Didi Kempot yang semakin membuat saya sedih.
Salah satu kalimat yang menyentuh adalah ucapan Jaya Suprana yang dikutip Dahlan Iskan di blognya. "Saya lebih pantas meninggal lebih dulu," kata Jaya Suprana.
Selain media elektronik dan digital yang full memberitakan kematian Didi Kempot, dua koran terbesar di Indonesia pun memberi porsi yang sangat istimewa di halaman pertamanya kemarin. Hampir tak pernah ada seniman yang mendapat keistimewaan seperti itu.
Namun, meski kehidupannya jauh dari politik sekalipun, masih ada saja yang sempat menyebarkan fitnah kepadanya. Ada yang menyebarkan foto jenazah dalam peti yang nyatakan Didi bukanlah muslim. Fitnah yang luar biasa bangsat!
Cuma setahun dia menikmati masa kejayaan. Namun itu bukan kebetulan, dia sudah punya pondasi berkarya dan totalitas selama puluhan tahun untuk akhirnya mendapatkan gelar The Lord atau Raja atau legenda atau gelar hebat lainnya.
Baca Juga: Selamat Jalan Lord Didi Kempot
Kematian Didi Kempot membuat saya sedih sekaligus iri. Iya, iri terhadap happy ending-nya Didi Kempot. Bagaimana bukan happy ending? Coba lihat, di akhir hayat dia mampu kumpulkan donasi saat pandemi senilai 7,6M!
Menyalurkan sumbangan melalui NU dan Muhammadiyah masing-masing senilai 2M di akhir hayat! Saya yakin orang yang memfitnah dan sebut dia bukan muslim, tak bisa punya kebaikan seperti itu.
Bawa-bawa agama untuk memfitnah orang. Sungguh memalukan agama Islam!
Kebaikan Didi yang lain? Coba baca di berbagai obituari, salah satunya dari Gofar Hilman yang dimuat di Jawa Pos kemarin (6/5). Di situ Gofar banyak sekali ungkap kebaikan Didi sekaligus dengan rendah hati bilang bahwa tanpa dia, Didi akan bangkit, padahal jelas Gofar adalah tokoh penting dari meledaknya Didi Kempot tahun lalu.
Menikmati kejayaan di akhir usia, melakukan banyak kebaikan menjelang kematian, serta mampu membuat sedih jutaan orang yang merasa kehilangan saat dia meninggal. Jelas, dia adalah manusia yang mendapat karunia happy ending. Husnul khotimah. Aamiin...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews