"Happy Ending" Didi Kempot

Menikmati kejayaan di akhir usia, melakukan banyak kebaikan menjelang kematian, serta mampu membuat sedih jutaan orang yang merasa kehilangan saat dia meninggal.

Kamis, 7 Mei 2020 | 17:04 WIB
1
445
"Happy Ending" Didi Kempot
Didi Kempot (Foto: tribunnews.com)

‪Meski saya yakin Ashraf Sinclair adalah orang baik, saya bukan termasuk yang merasa sedih saat almarhum meninggal. Biasa saja, mungkin karena tak banyak bersinggungan dengan karyanya.‬

‪Namun saat Glenn Fredly meninggal, saya merasa sangat sedih. Benar-benar sedih yang sampai mengganggu pikiran. Seseorang yang masih muda dan punya karya-karya luar biasa itu harus meninggalkan kita.‬

Dan Selasa kemarin, rasa sedih itu begitu berlipat saat mendengar kabar Didi Kempot meninggal. Sedih hingga saya tak mampu mengungkapkan itu di medsos. Kalimat-kalimat kesedihan yang ingin saya sampaikan tampaknya sudah terwakili oleh status banyak orang.

Sampai hari ini tadi pun, saya masih membaca obituari-obituari tentang Didi Kempot yang semakin membuat saya sedih.

Salah satu kalimat yang menyentuh adalah ucapan Jaya Suprana yang dikutip Dahlan Iskan di blognya. "Saya lebih pantas meninggal lebih dulu," kata Jaya Suprana.

Selain media elektronik dan digital yang full memberitakan kematian Didi Kempot, dua koran terbesar di Indonesia pun memberi porsi yang sangat istimewa di halaman pertamanya kemarin. Hampir tak pernah ada seniman yang mendapat keistimewaan seperti itu.

Namun, meski kehidupannya jauh dari politik sekalipun, masih ada saja yang sempat menyebarkan fitnah kepadanya. Ada yang menyebarkan foto jenazah dalam peti yang nyatakan Didi bukanlah muslim. Fitnah yang luar biasa bangsat!

Cuma setahun dia menikmati masa kejayaan. Namun itu bukan kebetulan, dia sudah punya pondasi berkarya dan totalitas selama puluhan tahun untuk akhirnya mendapatkan gelar The Lord atau Raja atau legenda atau gelar hebat lainnya.

Baca Juga: Selamat Jalan Lord Didi Kempot

Kematian Didi Kempot membuat saya sedih sekaligus iri. Iya, iri terhadap happy ending-nya Didi Kempot. Bagaimana bukan happy ending? Coba lihat, di akhir hayat dia mampu kumpulkan donasi saat pandemi senilai 7,6M!

‪Menyalurkan sumbangan melalui NU dan Muhammadiyah masing-masing senilai 2M di akhir hayat! Saya yakin orang yang memfitnah dan sebut dia bukan muslim, tak bisa punya kebaikan seperti itu.‬

‪Bawa-bawa agama untuk memfitnah orang. Sungguh memalukan agama Islam!‬

‪Kebaikan Didi yang lain? Coba baca di berbagai obituari, salah satunya dari Gofar Hilman yang dimuat di Jawa Pos kemarin (6/5). Di situ Gofar banyak sekali ungkap kebaikan Didi sekaligus dengan rendah hati bilang bahwa tanpa dia, Didi akan bangkit, padahal jelas Gofar adalah tokoh penting dari meledaknya Didi Kempot tahun lalu.‬

Menikmati kejayaan di akhir usia, melakukan banyak kebaikan menjelang kematian, serta mampu membuat sedih jutaan orang yang merasa kehilangan saat dia meninggal. Jelas, dia adalah manusia yang mendapat karunia happy ending. Husnul khotimah. Aamiin...

***