Pak Hoegeng dan "The Hawaiian Seniors" di TVRI

Minggu, 25 November 2018 | 18:27 WIB
1
686
Pak Hoegeng dan "The Hawaiian Seniors" di TVRI
Hoegeng paling kanan (Foto: Ensiklopopindonesia.com)

Hoegeng Imam Santoso adalah jenderal polisi yang pada masa Orde Baru memegang jabatan paling prestisius di tubuh Polri, yaitu Kapolri. Ia pegang jabatan itu antara 1968 hingga 1971.

Tetapi, di tahun 1970-an sampai awal tahun 1980 itu, orang lebih mengenal Hoegeng karena Irama Lautan Teduh-nya di TVRI bersama kelompok musik The Hawaiian Seniors.

Namanya juga Lautan Teduh (Pacific) yang adanya di sebelah timur Indonesia, terus ke timur sampai ketemu Hawaii, sebuah pulau yang kini masuk negara bagian ke-51 Amerika Serikat. Nah, di pulau yang lekat dengan pantai dan matahari inilah musik Irama Lautan Teduh berasal.

Bayangkan tubuhmu sedang berayun-ayun di ayunan jaring yang diikatkan pada dua batang pohon kelapa di tepi pantai Kahalu'u, Kauna'oa, atau Punalu'u di Hawaii. Jangan Pantai Waikiki yang sudah bising. Lalu angin semilir menebak dengan matahari yang bersinar terang di atas kepala. Dijamin kamu bakal terantuk kantuk.

Tambah lagi ini, saat itulah terdengar alunan nada dari dawai Hawaiian Guitar yang tampilannya mirip kecapi itu, tapi senarnya terus digesek-gesek mengggunakan "cincin logam" saat dawai berbunyi. Mirip sitar di India, setidak-tidaknya bunyi mengalun yang dihasilkannya.

Nah, pada tahun-tahun itu kamu tidak perlu bepergian ke Hawaii hanya untuk mendengarkan gitar Hawaii yang mengalun indah itu, cukup nonton TVRI saja yang secara berkala menampilkan The Hawaiin Seniors yang dipimpin Hoegeng ini.

Berdirinya kelompok musik ini digagas Soejoso Karsono (Mas Jos), seorang perwira TNI AU (dulu namanya AURI), yang mendirikan perusahaan rekaman Irama tahun 1951. Kalian yang pada belum tahun, Mas Jos ini adalah pendiri Radio Elshinta, yang bersama Hoegeng sama-sama menyukai musik Hawaii yang adem itu.

Menurut sejarahnya, Hoegeng dan Mas Jos bersama The Hawaiian Seniornya pertama tampil tahun 1968 di TVRI lewat acara "Irama Lautan Teduh". Tahu sendiri tahun itu televisi belum berkelir seperti sekarang ini, kebanyakan hitam-putih (BW), mungkin hanya orang-orang superkaya saja yang sudah punya televisi berkelir di tahun itu.

Selain Mas Yos yang menjadi vokalis dan Hoegeng yang pegang ukulele, juga ada George De Fretes yang jagonya gitar Hawaii, Rooselani Hoegeng yang tidak lain istri Hoegeng yang sesekali menjadi vokal, Mang Udel yang juga pegang ukulele, Bram Titaley vokalis yang suaranya "melot-leot" dan Ferry Berhitoe yang mainkan gitar akustik. Kalau tidak salah ingat Bram Titaley ini kakek dari penyanyi Harvey Malaiholo.

Hoegeng adalah jenderal polisi pecintai musik, maka ia dikenal di kalangan media asing sebagai "The Singing General". Kalau mau ditambahkan, sebagai "The Singing General" ia hidup di zaman "The Smiling General" sedang berada di puncak kekuasaannya.

Tak disangka tak dinyana, Pak Hoegeng dengan The Hawaiian Senior-nya harus pamit (kasarnya diusir) dari TVRI yang milik pemerintah itu untuk selama-lamanya. Terutama setelah Pak Hoegeng menandatangani "Petisi 50", sebuah petisi yang secara kritis mempertanyakan kepemimpinan Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI.

Namanya juga "Petisi 50", ditandatangani oleh 50 tokoh, Hoegeng salah satunya. Ada nama AM Fatwa dan HR Dharsono di dalamnya, yang kelak akan saya ceritakan juga.

Dalam sekejap, Hoegeng hilang dari pandangan mata pemirsa tanpa alasan jelas, sebagaimana lumrah terjadi pada masa Orde Baru. Alasan penguasa yang muncul kemudian karena The Hawaiian Seniors dianggap tidak mencerminkan musik asli Indonesia.

Lha, bukankah gurup musik itu sudah mengudara sejak selama 12 tahun? Bagaimana tiba-tiba dibilang tidak mencerminkan musik asli Indonesia? Ya, ini alasan konyol memang, tetapi itulah argumen dodol yang keluar untuk konsumsi publik.

Percuma juga Hoegeng berargumen kalau musik pop atau dangdut saja bukan berasal dari Indonesia dan toh tidak dilarang di TVRI. Mengapa musik Hawaii dilarang?

Sampai tutup usianya pada 14 Juli 2004 saat berusia 82 tahun, Jenderal Hoegeng pasti belum mendapat jawaban jelas, pokoknya breidel del...

"The Singing General" pada akhirnya paham tabiat buruk dari "The Smiling General" yang telah menunjuknya sebagai Kapolri itu. Hanya saja di mata Soeharto sang "The Smiling General", Hoegeng tidak tahu berterima kasih karena menandatangani "petisi laknat" itu.

***