Selamat Jalan Prof. Kamanto Sunarto

Pak Kamanto selalu mengajak rekan diskusi merenung, seperti tak tertarik pada provokasi dan kegenitan intelektual. Itu barangkali yang membuat banyak orang nyaman berdekatan dengannya.

Senin, 27 Desember 2021 | 08:28 WIB
0
190
Selamat Jalan Prof. Kamanto Sunarto
Kamanto Sunarto (Foto: satuharapan.com)

Pagi ini, saya terhentak mendengar kabar Pak Kamanto Sunarto wafat. Saya merebahkan tubuh memejamkan mata merasakan hempasan kepedihan. Saya teringat begitu banyak kenangan dengan Pak Kamanto yang sejak awal saya menjalani kuliah pertama kali di kampus FISIP-UI Rawanangun (kampus lama). Saya sedih tak dapat ikut mengantar Pak Kamanto di tempat peristirahatannya terakhir karena saya sedang berada di luar kota saat berita ini saya dengar.

Pak Kamanto adalah salah satu sosok yang selalu membayangi kehidupan saya di masa muda. Bagi saya, ia seorang guru, seorang teman, dan figur keteladanan. Mungkin banyak orang di luar kampus tak mengenal Pak Kamanto karena beliau bukanlah tipe akademisi aktivis yang suka bersuara lantang di layar kaca. Dalam kehidupan sehari hari, Pak Kamanto memang cenderung pendiam, tutur katanya halus, terukur, penuh pertimbangan dan bernada rendah. Beliau memang sangat hati hati dalam mengemukakan pendapat.

Banyak guru, dosen, ilmuwan kampus memberi jejak beragam pada murid muridnya.

Saya merasakan, jejak Pak Kamanto justru pada keteladanan sikap hidup. Ia sederhana, bicara apa adanya, tegak lurus dalam pikiran dan perilaku, penuh nilai-nilai kejujuran. Dalam kalimat singkat, Pak Kamanto memberi contoh, "hidup itu tak usah aneh aneh dalam bertingkah. Lurus lurus saja".

Saat saya menjalani bimbingan skripsi S1 dengan Pak Kamanto, catatan dan komentar bertinta merah selalu saya baca berkali kali. Goresan tulisan tangan pada lembaran-lembaran draft skripsi masih terasa melekat di pelupuk mata. Saat berdiskusi, saya terkesan pada pikiran pikiran beliau yang kritis tapi diungkapkan dalam nada menenangkan.

Pak Kamanto selalu mengajak rekan diskusinya merenung. Beliau seperti tak tertarik pada provokasi dan kegenitan intelektual. Itu barangkali yang membuat banyak orang nyaman berdekatan dengan Pak Kamanto.

Sungguh saya merasa kehilangan kepergian Prof. Kamanto Sunarto yang bagi saya adalah baromater moral kehidupan kampus kami.

Selamat jalan Pak Kamanto. Semoga engkau mendapat ketenangan abadi di alam baka.

Muridmu,

Imam B. Prasodjo