Suaminya, Mwangi Mathai, menceraikannya karena alasan istrinya "terlalu pintar, terlalu kuat, dan terlalu berhasil".
Wangari Maathai Ph.D, adalah perempuan Afrika pertama penerima Hadiah Nobel tahun 2004 atas perjuangannya dalam bidang pembangunan berkelanjutan, demokrasi, dan perdamaian.
Wangari dikenal dunia karena perjuangannya menggerakan kaum perempuan di Kenya memanfaatkan hasil hutan tanpa merusak lingkungan melalui Gerakan Sabuk Hijau (Green Belt Movement). Gerakan ini telah menanam lebih 30 juta pohon. Karena perjuangannya itu, dia dijuluki Mama Miti (bahasa Swahli: "ibu semua pohon").
Penyandang gelar Ph.D di bidang kedokteran hewan ini juga aktif di bidang politik. Pernah menjadi Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan SDA, juga pernah menjadi anggota parlemen.
Maathai mendapat pengakuan dan penghargaan internasional atas kapasitas dan perjuangannya.
Pernah menjadi anggota Dewan Penasihat Perlucutan Senjata PBB, Maathai juga penerima "Right Liveyhood Award" (1983), "Woman of the Year" (1983), "Woman of the World Award" (1989), "Africa Prize" (1991).
Pernah juga menjadi Visiting Fellow di Institut Global untuk Kehutanan Berkelanjutan, Universitas Yale, dia juga pemegang 3 gelar Doktor HC dari Amerika dan Norwegia.
Ironisnya, perempuan hebat ini gagal dalam kehidupan rumahtangganya. Suaminya, Mwangi Mathai, menceraikannya karena alasan istrinya "terlalu PINTAR, terlalu KUAT, dan terlalu BERHASIL".
Memang iya.....!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews