Setan itu bukan mahluk independen! Setan adalah sifat, keinginan atau niat jahat yang ada pada manusia.
Setan sering disebut-sebut dalam berbagai ceramah, dan diposisikan sebagai pihak yang bersalah, penyebab kesalahan, kerusakan, dan kehancuran. Setan divonis: terbukti bersalah atas semua bencana manusia dan kemanusiaan dengan sangat meyakinkan. Gile, Setan diadili secara in absentia! Saya selalu terheran-heran, “Apa kesalahan Setan?” Pertanyaan lebih mendasar, “Setan itu apa?”
Kalau Setan itu mahluk independen seperti halnya manusia, memiliki ruh, jati diri, punya kesadaran, punya nafsu, punya akal, (kan untuk bisa menggoda, menipu, dll. itu harus pakai strategi, pakai akal), betapa hebatnya Setan yang diposisikan sebagai musuh Tuhan? Betapa hebatnya Setan sampai-sampai Tuhan memusuhinya. Karena dua pihak yang bermusuhan umumnya memiliki kekuatan setara, minimal posisinya setara. Dengan kata lain, jika Setan adalah dimusuhi Tuhan betapa kekanak-kanakannya Tuhan: bermusuhan dengan ciptaan-Nya sendiri. Aneh kan?
Lalu, apakah Setan itu berregenerasi (berkembang biak)? Kalau ‘tugasnya’ menggoda manusia, dan manusia terus beranak pinak, maka populasi Setan pun seharusnya bertambah. Artinya, ada bayi Setan atau Setan baru (yang diciptakan Tuhan). Nah, bayi Setan lahir atau Setan baru muncul, apakah atas keinginan Setan sendiri? Tidak. Mereka lahir atau muncul atas kehendak Tuhan.
Terus, kalau Setan diciptakan untuk menjalankan ‘tugas’ (dari Tuhan) untuk menggoda manusia, berarti Setan menjalankan perintah Tuhan. Setan taat sama Tuhan. Tapi, di banyak ceramah ditegaskan, kelak Setan akan disiksa (oleh Tuhan) di Neraka, the Future City. Jadi betapa tidak adilnya Tuhan menciptakan sejenis mahluk, yang selama hidupnya menjalankan tugas dari Tuhan, namun sejak awal diproyeksikan akan dimasukkan ke Neraka. (Nah loh, kayak apa pula itu Neraka?).
Iya dong. Kasihan sekali bayi-bayi Setan itu. Dia lahir bukan karena keinginannya, tapi apa daya: kelak akan dimasukkan ke Neraka. Kacau sekali Tuhan kalo begitu. Jadi, kalau Setan dipahami sebagai ‘mahluk independen’ yang bermusuhan dan dimusuhi Tuhan, akibat paling buruk bagi manusia adalah rusaknya akal sehat.
Kemungkinan yang masuk koridor akal, kalau semua mahluk di alam ini (termasuk Setan) berada di bawah kekuasaan Tuhan, maka Setan itu adalah instrumen Tuhan bagi kehidupan manusia. Dapat dipastikan, Setan itu bukan mahluk independen! Setan adalah sifat, keinginan atau niat jahat yang ada pada manusia.
Jadi, kalau manusia melakukan kesalahan, mau dia itu pedagang, wartawan, pegawai BUMN, pejabat, ustadz, dosen, atau siapapun, tidak boleh menyalahkan Setan! Yang salah manusianya itu! Ini seperti sepele.
Selama ini banyak orang (terutama orang terhormat dan kalangan agamawan) ketika dia sadar atau ketahuan oleh orang lain, melakukan kesalahan, karena tidak mau atau malu untuk mengakui kesalahannya, lalu memanfaatkan Setan sebagai pihak yang bersalah. Salah satu ciri-ciri Setan adalah suka ngeles, nyalahin pihak lain.
Kalau dalam konteks urusan publik, kalau ada persoalan akibat kesalahan pejabat publik, yang paling gampang disalahin adalah media. Emang sih, antara Setan dengan media itu beda-beda tipis (saya orang media). Jadi, kalau kita melakukan kesalahan, janganlah menyalahkan Setan (pihak lain). Kalau memang kita salah, akui saja.
Jangan ngeles ato kabur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews