Setan Makhluk yang Teraniaya

Setan itu bukan mahluk independen! Setan adalah sifat, keinginan atau niat jahat yang ada pada manusia.

Jumat, 23 Agustus 2019 | 10:36 WIB
0
394
Setan Makhluk yang Teraniaya
Ilustrasi setan (Foto: nun-media.com)

Setan sering disebut-sebut dalam berbagai ceramah, dan diposisikan sebagai pihak yang bersalah, penyebab kesalahan, kerusakan, dan kehancuran. Setan divonis: terbukti bersalah atas semua bencana manusia dan kemanusiaan dengan sangat meyakinkan. Gile, Setan diadili secara in absentia! Saya selalu terheran-heran, “Apa kesalahan Setan?” Pertanyaan lebih mendasar, “Setan itu apa?” 

Kalau Setan itu mahluk independen seperti halnya manusia, memiliki ruh, jati diri, punya kesadaran, punya nafsu, punya akal, (kan untuk bisa menggoda, menipu, dll. itu harus pakai strategi, pakai akal), betapa hebatnya Setan yang diposisikan sebagai musuh Tuhan? Betapa hebatnya Setan sampai-sampai Tuhan memusuhinya. Karena dua pihak yang bermusuhan umumnya memiliki kekuatan setara, minimal posisinya setara. Dengan kata lain, jika Setan adalah dimusuhi Tuhan betapa kekanak-kanakannya Tuhan: bermusuhan dengan ciptaan-Nya sendiri. Aneh kan? 

Lalu, apakah Setan itu berregenerasi (berkembang biak)? Kalau ‘tugasnya’ menggoda manusia, dan manusia terus beranak pinak, maka populasi Setan pun seharusnya bertambah. Artinya, ada bayi Setan atau Setan baru (yang diciptakan Tuhan). Nah, bayi Setan lahir atau Setan baru muncul, apakah atas keinginan Setan sendiri? Tidak. Mereka lahir atau muncul atas kehendak Tuhan. 

Terus, kalau Setan diciptakan untuk menjalankan ‘tugas’ (dari Tuhan) untuk menggoda manusia, berarti Setan menjalankan perintah Tuhan. Setan taat sama Tuhan. Tapi, di banyak ceramah ditegaskan, kelak Setan akan disiksa (oleh Tuhan) di Neraka, the Future City. Jadi betapa tidak adilnya Tuhan menciptakan sejenis mahluk, yang selama hidupnya menjalankan tugas dari Tuhan, namun sejak awal diproyeksikan akan dimasukkan ke Neraka. (Nah loh, kayak apa pula itu Neraka?).

Iya dong. Kasihan sekali bayi-bayi Setan itu. Dia lahir bukan karena keinginannya, tapi apa daya: kelak akan dimasukkan ke Neraka. Kacau sekali Tuhan kalo begitu. Jadi, kalau Setan dipahami sebagai ‘mahluk independen’ yang bermusuhan dan dimusuhi Tuhan, akibat paling buruk bagi manusia adalah rusaknya akal sehat. 

Kemungkinan yang masuk koridor akal, kalau semua mahluk di alam ini (termasuk Setan) berada di bawah kekuasaan Tuhan, maka Setan itu adalah instrumen Tuhan bagi kehidupan manusia. Dapat dipastikan, Setan itu bukan mahluk independen! Setan adalah sifat, keinginan atau niat jahat yang ada pada manusia.

Jadi, kalau manusia melakukan kesalahan, mau dia itu pedagang, wartawan, pegawai BUMN, pejabat, ustadz, dosen, atau siapapun, tidak boleh menyalahkan Setan! Yang salah manusianya itu! Ini seperti sepele. 

Selama ini banyak orang (terutama orang terhormat dan kalangan agamawan) ketika dia sadar atau ketahuan oleh orang lain, melakukan kesalahan, karena tidak mau atau malu untuk mengakui kesalahannya, lalu memanfaatkan Setan sebagai pihak yang bersalah. Salah satu ciri-ciri Setan adalah suka ngeles, nyalahin pihak lain. 

Kalau dalam konteks urusan publik, kalau ada persoalan akibat kesalahan pejabat publik, yang paling gampang disalahin adalah media. Emang sih, antara Setan dengan media itu beda-beda tipis (saya orang media). Jadi, kalau kita melakukan kesalahan, janganlah menyalahkan Setan (pihak lain). Kalau memang kita salah, akui saja.

Jangan ngeles ato kabur.

***