Sajak untuk Perempuan di Ujung Senja

Jumat, 30 Oktober 2020 | 07:26 WIB
0
394
Sajak untuk Perempuan di Ujung Senja
Perempuan dan Senja

Kita pernah memaknai arti kebahagiaan, juga kehilangan itu, disini, di ujung senja

Saat mentari rebah perlahan di batas cakrawala

menampilkan monolog tentang kesunyian dan separuh hati yang tertinggal entah dimana

pada cemerlang cahaya petang kemerahan, kau lantas berdiri tegak

dan kepala tengadah sembari membiarkan helai rambutmu dibelai angin petang dengan lembut

“Kita mesti segera membetulkan letak harapan, pada tempat yang seharusnya” katamu gusar

Waktu mungkin kerapkali mampu memudarkan luka

dan musim demi musim yang berlalu tak jua membuat kita lelah untuk mengakui

bahwa cinta dalam genggaman hanyalah semu adanya, tak berarti apa-apa

tak bernilai apa-apa..

Duhai Perempuan di ujung senja,

Narasi kegundahan yang kau ucapkan menguap begitu saja bersama kelam langit

Kita telah bercakap dalam aksara yang sama namun dalam makna berbeda

Sesungguhnya, masa lalu yang kita sesali itu hadir

Adalah bagian dari rencana masa depan yang tak pernah bisa terjadi

dan tak akan pernah terlupa, sampai kapanpun

Kenangan itu kita bangun bersama perih

yang kita sematkan diam-diam pada kilau mentari petang hari

dengan cahayanya yang perlahan meredup

lantas meringkuk pilu di bawah rimbun pohon trembesi

membingkai segalanya dengan pigura berwarna suram

sementara, ketika malam kian erat memeluk sang senja

kita berdua berusaha meraih tepiannya dengan mata basah

dan harapan yang akan kita letakkan di tempat yang seharusnya

tercecer satu-satu menjadi serpihan-serpihan kecil

di sepanjang perjalanan,

tak tergapai, tak tercapai

Cikarang, 22112013