Emil Salim

Emil Salim amat penurut di depan Pak Harto, beda dengan tokoh yang lebih muda Sarwono Kusumahatmadja yang bicara soal "cabut gigi" di SCTV dan langsung diblokir oleh Pak Harto.

Kamis, 10 Oktober 2019 | 16:17 WIB
0
1080
Emil Salim
Emil Salim dan Soeharto (Foto: Facebook/Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto)

Emil Salim adalah bagian terpenting rezim Suharto, dia merupakan anak didik Prof. Mitro generasi awal. Ia seangkatan dengan jaringan tokoh keuangan pro liberalisme yang menggantungkan diri pada modal asing utamanya Amerika Serikat macam Widjojo Nitisastro, Radius Prawiro, Ali Wardhana, JB Sumarlin dll kelak kelompok inilah yang membangun perbankan Indonesia dengan liberalisme dunia keuangan yang berujung pada bangkrutnya Indonesia.

Kelompok Mafia Berkeley dalam ring satu Suharto ditentang oleh BJ Habibie yang juga dekat dengan Ibnu Sutowo. Pertarungan antara Kelompok Widjojo melawan Kelompok Habibie adalah pertarungan legendaris di era pemerintahan Suharto utamanya dekade 80-an dan memuncak di awal dekade 90-an.

Mafia Berkeley satu ideologi dengan kelompok Neoliberalisme bentukan Milton Friedman yang anti dengan sistem sosialisme kerakyatan dan mengenalkan sistem Neoliberalisme dimana semua persoalan persoalan ekonomi diserahkan pada pasar bebas. Lalu Presiden terpilih Allende digulingkan oleh Jenderal Pinochet lewat kudeta yang dibeking Amerika Serikat dan mengubah Chile menjadi budak modal asing Amerika Serikat. Orang orang Allende ditangkapi dan banyak pendukungnya diculik.

Pinochet menamakan gerakan hantam Allende dengan nama "Operation Djakarta", meniru gerakan Suharto yang berhasil menyingkirkan Bung Karno di tahun 1966.

Baik Mafia Berkeley ataupun Chicago Boys, tutup mata dengan korupsi besar besaran yang terjadi dalam pembangunan dengan todongan bayonet, mereka tak pernah mengganggu penguasa. Adanya "Ekonomi Malam" juga bagian dari kebijakan Neoliberalisme untuk mengamankan agenda agendanya.

Baca Juga: Orang-orang Songong dari Senayan

Namun Emil Salim tidak seperti rekan rekannya yang menguasai lembaga lembaga keuangan, di tahun 80-an bisa dikatakan jaringan Radius-Ali Wardhana menguasai dunia keuangan Indonesia mulai perbankan sampai Pasar Modal.

Nasib Emil malah diserahi ngurusi rumpon rumpon di Teluk Jakarta karena Pak Harto kesal mau mancing jarang dapat ikan, setelah rumpon rumpon becak yang ditenggelamkan berhasil menjadi rumah bagi ikan, maka banyak ikan kembali bermunculan di Teluk Jakarta, Pak Harto senang. Bagi Suharto memancing adalah cara dia berpikir soal strategi politik, dan tempat paling disukainya di Teluk Jakarta.

Emil Salim, adalah politisi penurut dia seperti Radius Prawiro yang kalau bicara ke Pak Harto selalu didahului ucapan "Nyuwun Duko", mungkin inilah tipikal Teknokrat di jaman itu, logika logika keras soal pemberantasan korupsi jelas bukan bagian dari alam pikiran para mafia berkeley ini...

Beda dengan Jenderal LB Moerdani, yang pernah tegur pada Pak Harto soal anak anaknya ketika Pak Harto dan Benny maen Billyard bareng. Benny ingatkan Pak Harto soal kelakuan anak anak Cendana, Pak Harto nggak suka lalu meletakkan stik billyar dan berbalik masuk ke ruang dalam. Sejak itu hubungan Benny dan Pak Harto menjadi dingin, puncak kerenggangannya ada di "Interupsi Ibrahim Saleh" soal Sudharmono.

Emil Salim amat penurut di depan Pak Harto, beda dengan tokoh yang lebih muda Sarwono Kusumahatmadja yang bicara soal "cabut gigi" di SCTV dan langsung diblokir oleh Pak Harto.

Dalam sejarahnya Emil Salim adalah "pak turut' dalam jaman Orde Baru, entah kenapa sekarang dia dijadikan ikon oleh para strategi komunikator kelompok pro Novel Baswedan dalam soal KPK saat ini.

Waktu yang akan menjawab semua permainan politik ini...

Anton DH Nugrahanto

***