Hal yang tampak sangat sepele, tapi menjadi pelajaran bagi saya pribadi agar selalu mengedepankan kerendahan hati. Bukan menunjukkan kelebihan diri.
Ikut Mengharumkan Nama Bangsa dan Negara Indonesia
Ikut berperan serta secara aktif dalam mengharumkan nama dan bangsa Indonesia di dunia internasional. Tidak harus dengan menjadi juara dalam pertandingan dan juga tidak harus dengan memanggul senjata.
Seperti kata peribahasa yang mungkin terkesan kuno, tapi tetap relevan dijadikan analogi adalah : "Tidak satu jalan menuju ke Roma".
Sesungguhnya setiap orang Indonesia yang jalan jalan ataupun menetap di luar negeri pada keningnya sudah ada stempel "made in Indonesia" yang tidak terlihat secara kasat mata. Sekalipun sudah menjadi penduduk di luar negeri, stempel: "Orang Indonesia"tak akan pernah luntur.
Karena itu apapun yang dilakukannya, buruk atau baik akan ikut merembet nama Indonesia. Misalnya, ketika ada yang tertangkap karena melakukan tindak kejahatan di negeri orang, walaupun sesungguhnya paspor nya sudah bukan lagi paspor berwarna hijau tetap saja disebut dalam berita: "Seorang Pria asal Indonesia, tertangkap melakukan tindakan kriminal" Karena itu, seharusetiap orang Indonesia,memahami hal ini.
Dengan Cara Sangat Sederhana Ikut Mengharumkan Nama Indonesia
Kita tidak perlu membahas tindakan orang Indonesia yang telah ikut mencemarkan nama Indonesia, tapi mengulas tentang sosok seorang pria asal NTT yang telah ikut mengharumkan nama negeri tercinta.
Yakni Pastor Samson Kono yang berasal dari Kupang yang merupakan Pastor favorit umat di gereja Monastery. Gaya berbicara lemah lembut dan tidak pernah berkhotbah berapi api.
Pastor Samson ini ikut mengharumkan nama bangsa dan negara, hanya dengan sebaris kata :" Kita salut pada negara Indonesia. Walaupun mayoritas Muslim,tapi memiliki toleransi yang tinggi, buktinya Ascension Day dijadikan Public Holiday"
Pastor Sam Kono ini sudah 4 tahun disini dan bahkan kalau dibaca pada buletin gereja Redemptoris Monastery ini, mendapatkan posisi terhormat. Rev Fr Sam Kono CSsR. Superior.
Namun sikap dan tutur katanya masih seratus persen gaya dan cara orang Indonesia tulen. Tidak ke barat baratan dan sama sekali tidak menunjukan dirinya sebagai orang yang perlu dihormati.
Hal ini, semakin menambah rasa hormat kami terhadap Pastor Sam asal Kupang ini. Karena kendati menempati posisi puncak di dalam komunitas Gereja Katolik di North Perth ini.
Sehabis Misa Menunggu Umat Didepan Pintu Keluar
Setiap habis Misa Pastor Sam berdiri didepan pintu keluar gereja dan menyalami umat satu persatu. Bukan hanya sekedar salam basa basi, tapi benar benar salaman yang keluar dari lubuk hati. Walaupun belum lama kenal tapi Pastor Sam sudah hafal nama kami berdua.
"Selamat pagi bapak Effendi dan bu Roselina. Senang bisa bertemu lagi disini. Terima kasih sudah berkunjung. Bagaimana kalau kita minum teh di dalam?"
Tutur kata yang sangat sederhana tapi sungguh patut menjadi contoh teladan bagi para Pastor di Indonesia. Kami sudah mengunjungi puluhan gereja di tanah air, tapi biasanya sehabis Misa Pastor langsung masuk dan tidak keluar lagi. Antara umat dan Pastor hanya sebatas menjalankan tugas formal saja.
Tapi Pastor yang satu ini, sungguh patut menjadi contoh teladan. "Halo Selamat pagi juga Bapak dan Ibu" katanya dengan wajah ceria. Senang sekali bisa bertemu. Maaf, boleh saya minta nomor Ponsel Bapak? " Katanya dengan rendah hati, sambil memasukkan nomor ponsel saya ke Ponselnya.
Ia menempatkan kami sebagai orang tua, walaupun sesungguhnya dalam hal status sebagai "Romo" Paroki, posisi kami berdua adalah salah satu umat yang bukan siapa siapa. Padahal lazimnya umat yang minta nomor ponsel Romo tapi kali ini justru Romo yang minta nomor ponsel kami.
Hal yang tampak sangat sepele, tapi menjadi pelajaran bagi saya pribadi agar selalu mengedepankan kerendahan hati. Bukan menunjukkan kelebihan diri.
Sungguh sangat terasa bahwa :"Satu Contoh Teladan Lebih Berarti Daripada Seribu Khotbah Berapi api"
Tjiptadinata Effendi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews