Lekas Sembuh Sang Demokrat, Panjang Umur Perjuangan.

Sam Tibrizi mengatakan, kita punya dua telinga satu mulut untuk banyak mendengar sedikit bicara. Itu membantu kita salam memproses sebuah kepemimpinan sejati.

Sabtu, 27 November 2021 | 20:15 WIB
0
220
Lekas Sembuh Sang Demokrat, Panjang Umur Perjuangan.
Pak SBY dan saya (Foto: dok. pribadi)

Lekas Sembuh The 6th.

Alhamdulillah di hari Thanks Giving tahun 2022. Setelah dua tahun di Amerika Serikat dan melewatkan dua kali Thanks Giving terkunci dalam protocol covid di rumah masing masing, warga Amerika Serikat kini bisa kembali berkumpul.

Dan saya dibawa takdir merayakannya bersama Old Soldier yang Never fade away. He just stop for taking a rest. Just take a nape and again going to the battle.

Old solodier itu adalah The One and Only Child with charming personality, name SBY. (I borrow this term from Dean FPsi UI Dr Bagus Takwin). Jika Amerika memiliki Jhon F. Kennedy maka kita memiliki Susilo Bambang Yudhoyo: Es Bi Why.

Sesekali beliau memanggil saya dengan panggilan ananda namun di lain kesempatan sesekali adinda meluncur dari bibir tipisnya. Tak terasa mata saya berair. Haru. Mimpi apa saya semalam. Bahkan, dari informasi in person, dari juru bicara resmi partai demokrat Saudara Herzaky, bahwa Bapak SBY belum mau menerima tamu partai.

Tiada pembicaraan politik pagi itu. Yang ada pembicaraan aktivisme, pengetahuan, sejarah, dan nasehat Bapak tentang kesehatan. Bapak hanya mau bicara bapak dan anak. Apa aktivitas di sini dan apa rencana ke depan. "Jika saya tidak masuk Akademi Militer di tahun 70, bisa saya pastikan saya akan menjadi aktivis seperti Ananda Miftah Sabri," katanya.

Ada beberapa point yang saya laporkan. Yayasan Non Profit seputar Inovasi Indonesia Amerika. Beasiswa Sains, Tech, Art and Music. Indonesia spice up the world dan seterusnya.

Intinya The 6th banyak mendengar. Saya banyak berbicara. Sesekali kami saling tingkah meningkah. Saya menerima nasehat untuk lebih banyak mendengar. Ternyata Bapak SBY penganut ajaran sufisma Sam Tibrizi sebagaimana saya tuliskan dalam tulisan melawat ke komya terdahulu.

Sam mengatakan kita punya dua telinga satu mulut untuk banyak mendengar sedikit bicara. Itu membantu kita salam memproses sebuah kepemimpinan sejati.

Tak terasa waktu satu jam berlalu. Saya terimgat Steve Jobs dalam commencement speech-nya di Stanford. Soal dot connector. Bahwa apa yang kita lakukan titik-titik di masa lalu akan menentukan.

***