Dunia selalu dihiasi oleh kematian yang indah. Bagi saya, Bir telah menjalani kehidupan yang indah. Ia kukuh berdiri di atas keyakinannya.
Buka FB, saya dikagetkan dengan sebuah berita: Birgaldo Sinaga pergi mendahului.
Dua minggu ini dia memang mengabarkan terserang Covid19. Terakhir kami masih bertukar kabar via WA sebelum ia berangkat ke RS.
Lima atau empat bulan lalu, Birgaldo ke Jakarta. Sayangnya, kami gak sempat bertemu. Padahal sudah nyusun janji. Kesibukan masing-masing membuat kita susah cari waktu.
Perjumpaan pertama dengan Birgaldo, saya ingat di sebuah kafe di pusat perbelanjaan sekitar 2016. Kami merasa sudah saling kenal meski belum pernah bertemu. Saya penikmat tulisannya di FB. Begitupun sebaliknya.
Di situ juga saya pertama bertemu dengan Denny Siregar. "Lu kalau nulis gak langsung nembak. Cuma nyentil," komentar Denny waktu itu atas tulisan-tukisanku di FB. Gue cuma nyengir.
Selanjutnya momen ketika kami (Saya, Denny, Bir, Permadi dan Mbok Niluh) sempat bertemu langsung. Keempat orang di sekeliling saya ini punya karakter yang sama-sama kuat. Saya menikmati momen itu. Saya seperti terdongkrak oleh kuatnya karakter mereka.
Yang bisa saya lakukan hanyalah mengisinya dengan guyonan. Sekadar mencairkan suasana.
Kami punya keresahan yang sama tentang Indonesia. Ketika paham intoleran merajalela merusak kehidupan. Kami melawannya. Dengan segala resikonya.
Melalui tulisan-tulisan di FB perlawanan itu kami lakukan. Sebisa-bisanya. Sehormat-hormatnya.
Momen Pilkada Jakarta makin mengukuhkan sikap kami. Indonesia telah dirusak oleh gerombolan pengasong agama.
Saya ingat, saat Bir menggelar demonstrasi di Ragunan tempat persidangan Ahok. Ia kontak saya. Minta saya mengisi panggung orasi saat itu. Denny juga ikut berorasi. Suasana panas. Sebab saat bersamaan gerombolan berjubah putih juga menggelar demonstrasi.
Untung saja aparat membatasi dua kelompok masa dengan pagar berduri.
Bir memang pejuang yang ulet. Ia berjuang bukan hanya via tulisan dan opini. Ia juga turun ke jalan. Mengorganisir masa. Melakukan advokasi langsung. Sesuatu yang belum tentu bisa saya lakukan.
Ia punya perhatian besar pada anak-anak korban terorisme. Ia sering menceritakannya di halaman Facebook tentang perjalanan Triniti, anak perempuan yang harus mengalami trauma panjang karena terkena bom. Bir mendampingi Trinity sampai ke China ketika bocah kecil itu harus melakukan operasi penting.
Terakhir Bir memposting Trinity yang sedang memakai gaun balet. Bir mendampingi Trinity seperti ia mendampingi anaknya sendiri.
Kamu sadar apa yang kami lakukan juga beresiko buat orang-orang di sekitar kami. Ancaman dan persekusi selalu menghantui kami. Karena itu, di antara kami seperti ada kesepakatan tidak tertulis. Kami jarang menginformasikan kehidupan pribadi di halaman FB. Melindungi keluarga dari resiko aktifitas kami.
Karena itu, saya gak banyak tahu kehidupan pribadi masing-masing. Sampai sekarang. Yan saya tahu, Bir berbasis di Batam. Denny di Surabaya. Niluh di Bali. Saya dan Permadi di Jakarta. Itu saja.
Pagi ini saya tercekat. Berita kepergian Birgaldo menghiasi medsos. Sejak pagi saya gak sanggup memposting tulisan. Saya hanya membuka-buka halaman FB Birgaldo. Mengenang perjalanan bersamanya.
Dunia selalu dihiasi oleh kematian yang indah. Bagi saya, Bir telah menjalani kehidupan yang indah. Ia kukuh berdiri di atas keyakinannya. Sebuah kehidupan yang terus menerjang badai. Bir adalah salah satu inspirasi saya untuk terus bersuara.
Bir kini telah pergi. Jauh di Batam, seperti menitipkan salam buat kita semua. Bagaimana cara mencintai Indonesia dengan hati yang penuh.
Broh, terimakasih telah mengisi semangat buat kami. Pergilah dengan damai. Tunggu kami. Suatu saat kita akan berjumpa lagi. Dengan candaan yang gak pernah kering.
Do'akan kami yang masih harus bergumul dengan persoalan-peraoalan kecil disini. Hari ini. Sementara lu, betapa egoisnya. Sudah berangkat lebih dulu menikmati keindahan di alam yang lain. Meninggalkan kami yang masih ngungun di sini.
Seperti yang selalu kita bicarakan broh. Agama lu sama gue beda. Tapi kita selalu sepakat, kita akan kembali pada Tuhan yang satu. Tuhan yang kita tidak pernah tahu apa agamanya.
Salam hormat broh. Salam. Jika gue kangen ngobrol sama lu. Gue akan buka halaman FB lu. Kita masih bisa becanda lagi disana.
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews