Bekas Rumah Cantik Itu

Jadi kalau sekarang, akhirnya bangunan ini selesai, diapresiasi tinggi oleh sebuah majalah bergengsi di bidangnya. Lalu saya harus terus meruntukinya.

Kamis, 4 Februari 2021 | 07:52 WIB
0
231
Bekas Rumah Cantik Itu
Bekas rumah cantik itu (Foto: Dok. pribadi)

Majalah arsitektur, eh salah ding ya desain eksterior dan interior. Eh mungkin salah lagi. Pokoknya itulah.... Di lamannya, ia mendeskripsikan dirinya panjang banget sebagai: Asrinesia adalah majalah inspiratif, inovatif dan kreatif yang membahas arsitektur, interior, taman, seni, budaya, lingkungan, dan pariwisata.

Beberapa waktu yang lalu, laman-nya memposting sebuah foto rumah indah. Rumah bergaya militer, yang ide dasarnya meniru gaya arsitektur Gedung Depertemen Peperangan (Departement van Oorlog) yang terletak di di Jalan Kalimantan no 14 Bandung.

Tentu saja saya sangat mengenalnya, karena selama lebih tiga tahun saya melewatinya tiap hari, karena terletak persis di seberang jalan SMA Negeri 3 tempat saya menuntut ilmu. Bangunan karya arsitek R.L.A Schoemaker ini, merupakan satu-satunya bangunan bergaya Renaisans yang ada di Bandung.

Cirinya tidak tampak adanya penerapan unsur lokal dalam bangunan gedung ini. Atap bangunan utama yang dilengkapi dengan lucarn (bangunan kecil yang menjorok ke luar) serta tidak adanya teritisan merupakan ciri bangunan khas bergaya Eropa.

Persoalannya bukan di situ. Saat adminnya saya tanya, apakah ini bekas rumah indah di Menteng itu? Tak langsung dijawab, tapi ketika direspon, jawabannya: pemiliknya keberatan mempublikasikan informasi tentang bangunan ini. Lalu tiba-tiba postingan ini lenyap. Hilang, dihilangkan, dihapus saya pikir!

Tentu, saya dengan mudah menebak. Ini adalah bangunan yang dibangun di atas bekas Rumah Cantik yang terletak di di hoek Jalan Cik Ditiro 62-Jalan Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat. Saya lagi-lagi sangat mengenalnya, karena saat kuliah di UI tempat saya tinggal tak jauh dari situs ini di Asrama Pegangsaan Timur 17. Saya termasuk yang memaki-maki, saat bangunan cantik dengan taman bunga yang asri ini akhirnya dijual dan mangkrak selama beberapa waktu lalu.

Bangunan ini ternyata dibeli oleh keluarga SBY, tapi kemudian tak pernah jadi dibangun karena menuai protes keras dari masyarakat. Dari sahabat saya (sebut gak ya?). Sebut saja pakde Hendrawan Koesen, yang masih kerabat dekat pemilik aslinya Ibu Sari Shudiono yang banyak memberi saya informasi.

Pemiliknya yang membelinya pada awal tahun 1950-an, di masa usia uzurnya tak kuat lagi membayar PBB. Walau rumah ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, tapi ia tak pernah mendapat keringanan. Enam belas juta setahun bukan jumlah sedikit untuk perempuan sepuh yang walau seleranya sangat tinggi tapi yah....

Kemudian rumah ini dibeli salah satu anak SBY, tepatnya Ibas. Dengan cara pembayaran yang "fantastis" untuk ukuran masyarakat umum. Tanpa nawar dan uang mukanya 80%. Down payment kok 80%. Itu sih bayar lunas!

Tapi kemudian kita tahu bersama, alih-alih menepati janji ke pemilik awalnya untuk merawat dan menjaga keasliannya. Si pemilik barunya membongkarnya, dan lalu menuai protes keras dari publik. Lalu prung dianggurkan, diberakan sekian lama. Artinya, sejarah pelanggaran hukum sejatinya bukanlah hal baru bagi keluarga Cikeas. Dan seperti biasa, cepat sekali mereka cuci tangan! Jual lagi!

Sempat berpindah-pindah tangan, sampai akhirnya bangunan ini "diselamatkan" oleh Moeldoko. Kata "selamat" ini aneh! Wong bangunan aslinya sudah remuk! Selamat disini lebih bermakna, akhirnya dibangun rumah baru di atasnya....

Suatu waktu, saat ngurus visa ke Jerman. Daripada klayapan gak jelas. Pagi itu saya "napak tilas" jalan-jalan di Menteng yang tentu sangat saya kenal. Tentu, dengan perasaan gondok. Di atas bekas asrama telah berdiri bangunan hotel, yang di mata saya gak ada istimewa-istimewanya dibanding arsitektur asrama kami dulu yang saya pikir paling indah sak-Hindia Belanda. Tak ada asrama yang dibangun seindah Asrama Pegangsaan Timur. Sebelum akhirnya mampir menengok Rumah Cantik itu. Itu sekira tahun 2018.

Lagi-lagi dari sahabat saya ini, saya mendapat cerita betapa sulitnya rumah ini kembali dibangun. Sempat berpindah (eh berganti) empat kali kontraktor. Tapi selalu gagal dan menyerah. Selalu saja ada "masalah" yang membuat para pemborong itu kapok dan angkat tangan. Apalagi kalau bukan diganggu makhluk tak kasat mata. Terlalu banyak cerita mistis yang melingkupinya.

Ya iyalah, wong rumah kecil saja hantunya banyak. Apalagi rumah yang dibangun di atas lahan seluas 863 m2, dengan desain yang rumit. Apalagi dengan sejarah penelantaran yang begitu lama. Dengan merusak situs aslinya, yang konon ada "sumur keramatnya". Mosok mau damai-damai saja. Yang perbolehkan juga para hantu itu sedikit mengganggunya....

Tentu uang tak jadi masalah bagi mantan Jendral, mantan Panglima Tentara yang kini menjadi pusat komando pergerakan istana. Orang kepercayaan presiden, yang uang-nya barangkali tak berseri. Jadi kalau sekarang, akhirnya bangunan ini selesai, diapresiasi tinggi oleh sebuah majalah bergengsi di bidangnya. Lalu saya harus terus meruntukinya.
OK, saya ucapkan selamat!

BTW, by the way. Jika hari-hari ini ada ribut-ribut antara AHY yang menuduh Moeldoko melakukan kudeta terhadap dirinya sebagai pimpinan eksekutif Partai Demokrat. Saya tertawa ngakak se ngakak-ngakaknya. Mungkin, ia terobsesi dengan masa lalu keluarga ini. Beli rumah, terlantar, lalu diselamatkan oleh Moeldoko. Dan lalu, seolah itu akan terulang pada partai yang dipimpinnya saat ini. Saat terlantar, kapiran, paria dan tak berdaya. Lalu main tuduh ini itu. Hanya pilihan kata yang digunakan itu loh: kudeta! Kudeta kok ke barang bosok.

Komentar saya, keluarga ini memang taek! Bapernya itu loh....

***

NB: saya akan janjian dengan Pakde Koesen untuk bernostalgia membuat foto tentang eks- Rumah Cantik. Tapi saat ini cukuplah dengan satu foto ini dulu ya. Minimalis, dan sesungguhnya jadi "verbodeen", dilarang. Ya wis, sepurane yen salah. Maafkan.
Komentar