Perjumpaan langsung itu rupanya perjumpaan pertama dan terakhir saya dengannya. Mona Lohanda berpulang pada 16 Januari 2021. Selamat jalan, Ibu Mona Lohanda.
Saya pertama kali mendapat kabar berpulangnya Mona Lohanda dari laman Facebook kawan saya Iwan Ong Santosa.
"Perjumpaan" saya dengan perempuan yang dikenal sebagai sejarawan dan arsiparis itu berlangsung ketika saya membeli buku yang ditulisnya "The Kapitan Cina of Batavia 1837-1942" di awal tahun 2000-an. Waktu itu saya sedang mengambil master sosiologi Universitas Indonesia.
Saya awalnya berencana menulis tesis tentang Betawi. Oleh karena itu, berbagai literatur terkait Betawi atau Batavia saya beli, termasuk buku "The Kapitan Cina of Batavia" itu. Tapi belakangan saya pindah ke lain tema, yakni pertarungan wacana Islam liberal dan Islam fundamental, untuk tesis saya.
Keberadaan kapitan Cina tidak terlepas dari kehendak Belanda memberi perhatian khusus kepada orang-orang Tionghoa di Batavia. Perhatian ini penting mengingat jumlah orang Tionghoa di Indonesia terbilang besar. Belanda memerlukan semacam penasehat untuk urusan-urusan Tionghoa itu, terutama di kota-kota yang jumlah orang Tionghoanya besar.
Sejak 1905, kantor penasehat urusan Tionghoa memiliki kantor di Semarang Surabaya, Tanjungpinang, Medan, dan Makassar, selain Batavia.
Saya mengutip bagian dalam buku "Kapitan Cina of Batavia" itu di buku yang saya tulis "Medan: Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan (2020). Menjadi kapitan Cina atau penasehat urusan Tionghoa bagi pemerintah kolonial Belanda saya tulis di buku "Medan: Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan" sebagai bagian mobilitas politik orang Tionghoa di masa kolonial.
Saya berjumpa langsung dengan Mona Lohanda seingat saya tahun 2010. Waktu itu Serikat Jurnalis untuk Keberagaman atau Sejuk menghelat diskusi tentang Cina di LBH Jakarta. Saya dan Mona Lohanda menjadi pembicara diskusi itu.
Saya berbicara sebagai jurnalis yang beberapa kali meliput isu Cina dan budayanya. Dari perjumpaan fisik itu saya mendapat kesan Mona Lohanda ilmuwan rendah hati dan mumpuni di bidangnya.
Perjumpaan langsung itu rupanya perjumpaan pertama dan terakhir saya dengannya. Mona Lohanda berpulang pada 16 Januari 2021. Selamat jalan, Ibu Mona Lohanda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews