Puan Baperan

Jadi Puan harus belajar banyak tentang realita bukan belajar dari bisikan yang menjerumuskan.

Selasa, 15 Februari 2022 | 21:43 WIB
0
150
Puan Baperan
Puan Maharani (Foto: pikiran-rakyat.com)

Episode ketidakharmonisan internal partai PDIP antara Puan dan Ganjar makin gak nalar.

Bermula saat rapat konsolidasi yag lalu, Ganjar sebagai gubernur tak diundang, kemudian sindiran lanjutan justru datang dari kubu Puan, karena menghadapi putri mahkota yang mau dikarbitkan, maaf diorbitkan maksudnya, Ganjar malah santai dan jelas lebih dewasa.

Giliran barusan ada peresmian pasar Solo yang dilakukan Puan, Ganjar diundang dadakan bersamaan dengan undangan Presiden ke Jakarta urusan covid, ya pastilah Ganjar lebih memilih undangan Presiden sebagai atasannya di pemerintahan, lagian ini urusan yang lebih urgent menghadapi pandemi gelombang kedua, di banding cuma meresmikan pasar toh di sana ada walikotanya.

Andai Puan bisa sedikit dewasa dia bisa mengatrol dirinya atas ketidakhadiran Ganjar dengan menyampaikan bahwa Ganjar menghadiri rapat dengan Presiden yang lebih urgent kepentingan rakyat. Dengan itu Puan bisa mengambil simpati dan menghilangkan stigma bahwa dia bermusuhan dengan Ganjar.

Hubungan anak ketum dan kader yang tidak harmonis bisa merugikan image partai seperti kerajaan kecil, terus apa bedanya PDIP dengan Demokrat yang mengelola partai seperti peternakan ayam.

Kalau ambisi mau menduduki RI 1 jangan maksa karena yang menilai rakyat 276 juta, atau tahun 2024 pemilih 206 juta orang yang semakin cerdas dimentori medsos.

Dari survey saja Ganjar angkanya, 14 dan Puan hanya 3.

Ganjar sudah masuk kandidat calon pemimpin nasional yang sejajar dengan PS, Anies dan RK saja masih di bawahnya, lha kalau Puan memaksakan diri apa mau bunuh diri denhan prilaku tak tau dirinya.

Survey lektabilitas itu paling tidak bisa jadi dasar walau kevalidannya belum tentu 100%, kecuali survey Demokrat untuk AHY atau survey di Petamburan buat Anies.

Jadi Puan harus belajar banyak tentang realita bukan belajar dari bisikan yang menjerumuskan. Kan anak bekas presiden atau keturunan proklamator harus juga jadi presiden. Jadilah sesuai kapasitasnya, bukan maksa bisa nanti binasa.

Atau kalau mau ngerasai ada nama presidennya ya bisa jadi wapres saja, pasangan dengan Ganjar insyaallah bisa. Tapi kalau tetap mau jadi presiden juga Ganjar bisa dicomot PSI misalnya.

Ini opini, mbak Puan. Silakan lanjut milih jalan sesuai naluri. Ingat ini urusan presiden bukan preseden.

***