Saya melihat ada praktek rekayasa Branding yang terasa mendadak. Kini bilbord jumbo Puan Maharani tampak muncul ekstensif di mana-mana. Pertanyaannya, Nurturing-nya mana?
Branding dan Nurturing bukanlah dua kontras yang harus dipertentangkan. Keduanya adalah prinsip yang menarik untuk dimainkan secara hibrid. Oleh siapapun dan untuk tendens apapun.
Prinsip Branding sifatnya sintetik via merekayasa diri. Dari luar ke dalam (out-in). Sementara, prinsip Nurturing sifatnya organik via mengkultivasi diri. Dari dalam ke luar (in-out).
Prinsip Branding dan Nurturing keren banget maslahatnya jika dimainkan dalam praktek bisnis dan dunia politik. Cuma hingga kini masih banyak yang mengaplikasikannya secara parsial, sehingga ujung-ujungnya mudarat lah yang datang.
Industri kesehatan di negeri jiran kita, Malaysia adalah contoh negara yang sukses mengkombo keduanya. Mereka jeli banget mengadon Branding dan Nurturing demi membangun citra industri kesehatan negaranya.
Lewat organisasi Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), kini negara ini berhasil memikat pasar regional dalam bisnis pelayanan kesehatan. Investasi pendidikan dan pelatihan bagi SDM (dokter, perawat dan administrator) nya sungguh luar biasa. Begitupun pemutahiran peralatan dan teknologi kesehatannya.
Itulah Nurturing yang menjadi kultivasi "inner" nya. Lalu Brandingnya, direkayasa "outer" nya dengan gencar. Yaitu lewat aktivitas publikatif dan promotif secara global. Kini industri medis Malaysia banjir pasien dan devisa dari mancanegara. Itu bukanlah hasil yang mendadak, alias ujug-ujug.
Kontras dengan stori di atas, dari ngebolang ke Bali, Jawa Timur dan Jawa Tengah, saya melihat ada praktek rekayasa Branding yang terasa mendadak. Kini bilbord jumbo Puan Maharani tampak muncul ekstensif di mana-mana.Pertanyaannya, Nurturing-nya mana?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews