Harian DI’s Way, Bukan Koran Dahlan Iskan!

Saham mayoritas dimiliki oleh karyawan Harian DI's Way! Sampai 98%. Baru sisanya, yang 2%, “Saya miliki – sebagai penggagas dan penyedia dana. Kok saham saya kecil banget?”

Senin, 6 Juli 2020 | 13:06 WIB
0
475
Harian DI’s Way, Bukan Koran Dahlan Iskan!
Harian DI's Way terbitan perdana, Sabtu, 4 Juli 2020. (Foto: DI's Way)

Dahlan Iskan, Sunday, 14 Zulqaidah 1441 / 05 July 2020:

Badan boleh dikurung – selama pandemi Covid-19. Tapi pikiran tidak bisa dibatasi. Ide tidak bisa dikekang. Terbitan Harian DI's Way ini adalah hasil lock down selama pandemi.

Inilah media yang diterbitkan tidak untuk tujuan bisnis. Inilah media yang tidak boleh disebut koran. Sebut saja media ini "harian", Harian DI's Way.

Menerbitkan Harian DI's Way ini adalah cara saya berterima kasih kepada jurnalistik. Saya harus mempertahankan jurnalistik. Meski tidak lagi mudah.

Jurnalistik tidak boleh mati. Ia harus tetap hidup --dengan cara harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Yang serba mudah dan elektronik itu.

Bukan Dahlan Iskan (DI) namanya jika tidak pernah muncul ide kreatif. Meski Harian Jawa Pos sudah beralih ke Goenawan Muhammad, Bos Majalah TEMPO, namun DI masih bisa membangun Harian Baru, yaitu Harian DI's Way.

“Bukan Koran! Ini adalah Harian DI's Way”. Begitu tagline harian yang terbit dalam bentuk cetak ini. Pada Sabtu, 4 Juli 2020, untuk pertama kalinya harian ini terbit bersamaan dengan launching-nya yang dihadiri Presiden Komisaris PT Avia Avian Hermanto Tanoko.

Ya, untuk menerbitkan DI’s Way, DI telah menggandeng Crazy Rich Surabaya itu yang kini punya kerajaan bisnis yang merajalela. Sebagai Raja Media yang sukses membangun Harian Jawa Pos dan jaringan bisnis media lainnya, tentu saja tidak sulit bagi DI untuk mengembangkan DI’s Way.

Apalagi, peluang iklan sudah di depan mata. Dapat dipastikan, semua perusahaan yang ada di bawah naungan dan kendali Hermanto Tanoko akan pasang iklan di DI’s Way. Begitu halnya bagi Hermanto Tanoko. DI’s Way akan dijadikan marcom dan PR­-nya.

Hermanto Tanoko adalah Presiden Direktur Group Avian. Ia pemilik hotel bintang lima yang dibangun seharga Rp 1,8 triliun. Hotel mewah itu ada di bawah naungan perusahaan bernama Tanly Hospitality.

Selain Hotel Vasa, perusahaan ini juga menaungi Cleo Business Hotel, dan Hotel Solaris. Hermanto Tanoko adalah putra dari pendiri cat Avian, Soetikno Tanoko (Tan Tek Swie) yang membuka toko cat di Malang, Jawa Timur, pada 1962.

Melansir Wartaekonomi.co.id, Sabtu (24 Aug 2019 17:01 WIB), toko kecil itu merupakan cikal bakal dari PT Avia Avian yang memproduksi cat tembok, besi, kayu, hingga otomotif.

Hermanto sendiri sudah bekerja di perusahaan milik ayahnya selama 32 tahun, hingga saat ini. Jabatan pertamanya pada saat itu adalah Managing Director of Operations, dan saat ini dia menjabat sebagai Presiden Komisaris.

Saat Hermanto memegang kendali perusahaan ini, cat Avian juga mencatatkan kinerja positif. Pada 2018, pertumbuhan perusahaan ini mencapai 20 persen. Pada 2019 mereka membuka kantor pemasaran di Jayapura. Lalu, di Sorong, Ternate, Payakumbuh, dan Sintang.

Selain sibuk di bisnis cat, Hermanto Tanoko juga merupakan Presiden Komisaris Tanobel Food (PT Sariguna Primatirta) yang menaungi beberapa produk consumer goods. Seperti air mineral Cleo, Herbal & Healthy, Roller, dan Mmmilk Crack It.

Lulusan IBMT School of Management, Surabaya, ini juga berhasil membawa brand Cleo laris di pasaran. Bayangkan saja sejak Januari hingga September 2017, omzet penjualan air minum ini naik jadi Rp 440 miliar.

Nama perusahaan ini diambil dari nama keluarga pendirinya. Tan dari Tanoko, sementara itu Nobel artinya adalah produk berkualitas tinggi.

Selain cat dan consumer goods, Hermanto Tanoko memiliki bisnis di sektor properti yang moncer. Perusahaan properti yang dikelola olehnya adalah Tanrise Property alias PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk.

Pada 2019, perusahaan ini menargetkan proyek pembangunan apartemen The 100 Residence di kawasan Gubeng Surabaya. Kabarnya, mereka pun berinvestasi di proyek ini dengan nilai Rp 400 miliar.

Sama seperti Hotel Vasa, apartemen ini juga merupakan apartemen bintang lima. Tentu saja konsumennya adalah warga kelas menengah ke atas.

The 100 Residence memiliki konsep privasi dan prestige dengan jumlah unit yang terbatas, yakni 166 unit serta ditunjang dengan fasilitas privat lift. Proyek ini memiliki 3 tipe unit: 2 bedroom, 3 bedroom dengan luas mulai 122 m2 hingga 164 m2, serta tipe penthouse.

Selain memiliki banyak perusahaan, Hermanto Tanoko juga menjabat sebagai Komisaris Depo Bangunan. Depo Bangunan adalah marketplace bahan bagunan yang sering mendapat penghargaan bisnis dan kepuasan konsumen di Indonesia.

Langkah Hermanto Tanoko masuk di bisnis media bersama DI menarik sekali untuk dikaji. Apakah Hermanto ingin mengikuti jejak Bos MNC Hari Tanoesoedibyo yang sukses juga dalam bisnis media cetak dan televisi?

Begitu pula Bos Bakrie Group Aburizal Bakrie dan Bos Trans Corps Chairul Tanjung yang juga pula bisnis media. Mereka ini berangkat dari seorang pengusaha. Ical, penggilan akrab Aburizal Bakrie, sebelum masuk ke media, adalah seorang politisi juga.

Dalam puncak karier politiknya, Ical sempat menjadi Ketum Partai Golkar. Lain halnya Hari Tanoesoedibyo yang pernah menjadi Cawapres bersama Capres Wiranto dari Partai Hanura, kini HT juga mendirikan partai sendiri bernama Partai Perindo.

Apakah Hermanto Tanoko nantinya juga akan menjadi seorang politisi? Tentunya peluang itu sangatlah terbuka! Di tangan DI dipastikan DI’s Way dengan mudah terbang melesat seperti burung Avian.

“Kami Launching... Bersama Sang Pendiri Dahlan Iskan dan Presiden Direktur Group Avian Hermanto Tanoko... Harian Disway semoga terbang seperti Avian,” begitu komentar Taufik Lamade, wartawan senior.

Dalam catatan DI, saham mayoritas dimiliki oleh karyawan Harian DI's Way! Sampai 98%. Baru sisanya, yang 2%, “Saya miliki – sebagai penggagas dan penyedia dana. Kok saham saya kecil banget?”

Itu memang sekedar tanda mata. Untuk kenang-kenangan saja. Kenapa begitu? Kok mirip struktur kepemilikan saham di Huawei? Begitulah. “Saya ini sudah tua. Tahun depan sudah 70 tahun,” tulisnya.

“Saya sudah mencoba menghitung keperluan makan saya selama 20 tahun ke depan: rasanya masih bisa makan. Untuk apa lagi menumpuk saham? Saya akan lebih bahagia kalau bisa melihat dunia jurnalistik bisa terhindar dari proses penuaan – apalagi kematian,” ujarnya.

Ia memang sudah lama mengamati perkembangan di Huawei. Banyak yang mengira Huawei itu BUMN Tiongkok. Atau, ada yang mengira Huawei itu milik pendirinya, Ren Zhengfei. Ayah dari Meng Wenzhao yang kini ditahan di Kanada atas permintaan Amerika Serikat itu.

Bukan. Huawei itu bukan BUMN. Bukan pula milik pendirinya. Huawei itu milik karyawan Huawei. Di Huawei, Ren Zhengfei memang segala-galanya. Tapi, sahamnya hanya 2 persen. “Saya pun tidak menyangka Ren begitu hebatnya,” kata DI.

Begitu kecil sahamnya di perusahaan itu. Tapi itulah salah satu kunci sukses Huawei. Sejak mengetahui itu, “Saya meneguhkan niat dalam hati: suatu saat akan mendirikan perusahaan dengan saham terbesar milik karyawan,” lanjut DI.

Tak disangka DI mendapat berkah: tidak di Jawa Pos lagi. DI juga tak menyangka: tiba-tiba ada Covid-19.  “Saya tiba-tiba tidak berkutik. Hanya bisa tiduran di rumah. Sepanjang hari. Sepanjang minggu,” ungkap DI.

Menurut DI, ia memang terkurung. Tapi pikiran saya melayang ke mana-mana. Termasuk ke Huawei. Juga ke Ren Zhengfei. Inilah saatnya melaksanakan niat lama: mengikuti jejak Huawei. Setidaknya dalam hal persahamannya.

***