Mudahnya Anies Mengatasi Banjir

Jadi melihat Anies dalam mengatasi banjir, gunakanlah kacamata dan logika yang dipakai Anies, jangan menggunakan sentimen negatif, karena akan menyiksa diri sendiri pada akhirnya.

Minggu, 9 Februari 2020 | 08:58 WIB
0
391
Mudahnya Anies Mengatasi Banjir
Foto: indopolitika.com

Jakarta Banjir Lagi, begitulah kira-kira Headline pemberitaan media kemarin (8/01/220), sehingga nama Anies Baswedan kembali menjadi trending topic, di linimasa media sosial.

Sejak penanganan banjir sudah diambil alih pemerintah pusat, penanganan banjir Jakarta tidak lagi menjadi beban Anies, namun Anies tetap mensiagakan aparatnya untuk menangani banjir.

Makanya perlu belajar dari Anies untuk menangani banjir, dengan cukup memantau permukaan air laut, dan menunggu air laut surut, sambil memantau setiap pintu air yang ada di Jakarta lewat CCTV di command centre, dan mengerahkan semua petugas kesetiap daerah yang terdampak.

Sangat sederhana sekali, cara yang digunakan Anies dalam mengatasi banjir. Permukaan air laut yang semula ketinggian puncaknya mencapai 9 meter 40 centimeter, dengan terus dipantau sampai akhirnya volume airnya surut menjadi 880 cm.

Seperti dilansir Suara.com, Dijelaskan Anies, pagi tadi ketinggian air mencapai puncaknya, yakni 9 meter 40 centimeter. Anies menyebut pihaknya kini menunggu volume air menurun.

"Sekarang sudah turun menjadi 880 cm. Nah yang sekarang yang sedang kami pantau adalah permukaan air laut, menurut prediksi permukaan air laut akan mulai surut sekitar jam setengah 10 pagi ini," ujar Anies di lokasi.

"Jadi kita sedang menunggu air untuk makin surut," ungkapnya.

Secara tekhnis penanganan untuk mengatasi banjir sudah menjadi Kementrian PUPR, tugas Pemprov DKI Jakarta hanya tinggal mengawasi dan membantu Pemerintah, khususnya Kementrian PUPR untuk menanggulangi banjir dan dampak dari banjir.

Pada daerah yang terdampak banjir, Anies mengerahkan petugas dan menyedot air dengan pompa dan mobil pemadam kebakaran. Ikhtiarnya Pemprov DKI Jakarta yaitu, agar banjir bisa cepat surut.

Jadi apa yang terjadi hari ini, diatasi hari ini, soal urusan kedepannya terjadi lagi banjir atau tidak, itu sudah menjadi urusan Pemerintah pusat. Kira-kira seperti itulah logika berpikir yang digunakan Anies.

Mau normalisai atau naturalisasi itu sudah bukan masalah lagi, silang pendapat antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah pusat tentang soal ini, sudah bukan lagi persoalan, dengan diambil alihnya persoalan penangan banjir oleh Pemerintah pusat, maka kewajiban dan tanggung Jawab Anies jelas sudah berkurang.

Tapi memang, kalau berbicara berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat DKI Jakarta, tidak akan bisa dilepaskan dari Pemprov DKI Jakarta, dan itu artinya tidak terlepas dari tanggung jawab Gubernur sebagai kepala pemerintahannya. Sehingga Anies Baswedan tetaplah menjadi sorotan publik.

Tidak semua masyarakat tahu, mana yang menjadi tanggung jawab Pemerintah pusat, dan mana yang menjadi tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta.

Makanya ketika banjir lagi, tetap saja masyarakat akan menuding kepada Gubernurnya. Sebetulnya itu hal yang biasa saja, kadang seorang pemimpin harus diuji dengan berbagai cercaan, meskipun banyak dipuji.

Kalau masyarakat sempat melihat Anies, 'turba' bersama masyarakat berjibaku dalam membantu masyarakat terdampak banjir, itu salah satu cara Anies memosisikan diri dihadapan masyarakatnya, itu bukan 'pencitraan' tapi bagian dari kepedulian, meskipun hal itu terkesan tidak pantas dilakukan oleh seorang Gubernur.

Karena memang porsinya bukanlah disitu, tapi lebih kepada penanganan untuk jangka panjang, yang sifatnya permanen. Tapi apa pun itu, tetaplah harus diapresiasi sebagai sebuah usaha, dalam bentuk keterlibatan aktif, bahwa gubernurnya hadir ditengah masyarakat.

Jadi melihat Anies dalam mengatasi banjir, gunakanlah kacamata dan logika yang dipakai Anies, jangan menggunakan sentimen negatif, karena akan menyiksa diri sendiri pada akhirnya. Dengan cukup memantau ketinggian air laut, dan menunggu sampai surut, maka banjir mudah untuk diatasi.

***