Kontradiksi "Pedang Allah"Gubernur Anies dengan Zaman Rasul

Ditanya bagaimana cara menangani banjir yang sudah beberapa kali terjadi, Sekda DKI Jakarta ini menjawabnya agar kondisi banjir di Jakarta tersebut dinikmati saja. Pastaskah ucapan itu?

Minggu, 1 Maret 2020 | 06:51 WIB
0
471
Kontradiksi "Pedang Allah"Gubernur Anies dengan Zaman Rasul
Saefullah, Sekda DKI Jakarta/Kompas.com

Ketika belakangan ini media membincang nama Saefullah, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta, yang pertama kali terlintas dalam ingatan saya adalah sosok Khalid bin Walid. yakni salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. yang pertama kali didengar dari kisah yang diceritakan guru ngaji saya di kampung sekian puluh tahun lalu, saat usia saya masih belia.

Selain dikenal sebagai sahabat Rasul Allah, Khalid bin Walid, atawa nama lengkapnya Abu Sulaiman Khalid ibnu al-Walid ibnu al-Mughirah al Makhzumi, beliau pun dikenal sebagai salah seorang panglima perang yang tak terkalahkan karena memiliki  dan keberanian yang tinggi dan kecakapan yang mumpuni dalam hal taktik dan strategi  perang

Konon pada saat menjadi panglima perang, Khalid bin Walid, seluruh jazirah Arab dapat disatukan di bawah panji Islam. Sehingga karena itu pula Rasul Allah SAW menganugerahkan gelar kepada Khalid bin Walid sebagai  Saif Allah al Maslul, atawa "Si Pedang Allah yang Senantiasa Terhunus".

Tidak hanya pada zamannya saja nama Khalid bin Walid dielu-elukan, dan tercatat dalam sejarah keemasan Islam - sebagaimana diceritakan guru ngaji saya sewaktu saya masih bocah ingusan, melainkan hingga sekarang pun banyak disebut-sebut para ustaz dan dai dalam berbagai kesempatan.

Maka ketika sekarang ini nama Sekda DKI Jakarta yang bernama Saefullah banyak diperbincangkan, jangan menyalahkan saya kalau saya awalnya membayangkan yang bersangkutan identik dengan sosok panglima perang di zaman Rasul Allah SAW.  Di samping memiliki nyali dan kecerdasan mumpuni,  paling tidak Sekda yang satu ini tampil sebagai pembantu terdekat Anies Baswedan dalam memimpin Jakarta agar lebih maju dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Akan tetapi bayangan itu sirna seketika, manakala media menyampaikan berbagai berita tentang Sekda DKI Jakarta tersebut yang bertolak belakang dengan fakta yang setiap hari  terbaca.

Betapa tidak, manakala belakangan ini kota Jakarta dilanda bencana banjir yang membawa kesengsaraan bagi banyak warganya, Saefullah yang satu ini bukannya bekerja sungguh-sungguh dalam menangani banjir agar segera surut misalnya, akan tetapi justru malah dianggap cuma banyak cakap saja, dan kontroversial lagi.

Tepatnya saat ditanya awak media bagaimana cara menangani banjir yang sudah beberapa kali terjadi, Sekda DKI Jakarta ini menjawabnya agar kondisi banjir di Jakarta tersebut dinikmati saja!

"Pulau Jawa, dari Banten ada Tangerang-nya, Bogor (di) Jawa Barat di berbagai kotanya, Jawa Tengah di berbagai kotanya, Jawa Timur di berbagai kotanya juga banjir itu. Jadi dinimkati saja. Itu kan soal manajemen air," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu(26/2/2020) lalu.

Ya, , bukan hanya sesuatu yang sangat menyakitkan bagi warga Ibu Kota yang sedang menderita karena bencana tersebut saja ungkapan "agar dinikmati" yang terlontar dari mulut seorang petinggi di dalam pemerintahan Provinsi DKI Jakarta tersebut, melainkan khalayak banyak di Indonesia pun ikut merasa prihatin juga. Atawa paling tidak keheranan, dan bertanya-tanya kenapa Sekda DKI Jakarta semudah itu melontarkan kata-kata yang sejatinya tidak patut dan tidak layak disampaikan.

Padahal berdasarkan catatan, Bang Ipul (nama panggilan Saefullah) ini selain memiliki gelar akademis yang mentereng tinggi, DR. H. Saefullah, M.Pd, juga dipandang sudah malang-melintang berkiprah dalam birokrasi di DKI Jakarta ini. Sejak 2014 lho menjabat Sekretaris Daerah, dan sebelumnya dari tahun 2008 - 2014 menjabat Wali kota Jakarta Pusat. Tapi kok 'gitu ya?

Ya, tidak sekali ini saja Saefullah melontarkan kata-kata yang dianggap kontroversial. Sebelumnya pun tercatat yang bersangkutan mengatakan "Salah tik" dalam polemik surat balasan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kepada Mensesneg, Pratikno, ihwal ijin penyelenggaraan balapan Formula E di Monas.

Sehingga sepak-terjang Sekda DKI Jakarta yang satu ini bukannya dielu-elukan karena prestasi kerjanya, melainkan terkesan laiknya "herder" yang selalu berusaha melindungi banyak serangan yang ditujukan kepada majikannya belaka. Terlepas baik dan buruknya sikap majikannya itu, sang penjaga tetap selalu stia tanpa reserve lagi memang.

Oleh karena itu sepertinya memang benar kata Shakespeare juga, apalah artinya sebuah nama, tak bakal menjadi suatu jaminan akan sesuai dengan kepribadian orang yang menyandangnya memang. Terlebih lagi di jaman sekarang. Nama dan gelar kebanyakan hanyalah sebagai suatu pajangan agar membuat silau banyak orang, sementara kenyataannya sungguh bertolak belakang.

Sungguh terlalu memang.

***