Operasi Jegal Ahok karena BUMN ATM Kaum Radikal

Ahok hanya menjadi peluit. Peluit teriakan yang sanggup membuat kaum khilafah dan radikal anti Pancasila kepanasan.

Selasa, 26 November 2019 | 18:25 WIB
0
410
Operasi Jegal Ahok karena BUMN ATM Kaum Radikal
Ahok dan Erick Thohir (Foto: tempo.co)

Ahok harus dijegal. Kenapa? Karena sudah lama BUMN menjadi ATM sarang kaum radikal – dan bahkan gerakan teroris. Buktinya karyawan di Krakatau Steel ditangkap karena menjadi teroris. Kepentingan besar kaum radikal anti Pancasila begitu besar. Dia meresahkan musuh NKRI.

Betapa tidak, jika gambaran penolakan dari BUMN lewat karyawan di dunia maya begitu kuat. Bahkan Arie Gumilar menjadi ikon perlawanan. Meski akhirnya dijungkalkan Netizen.

Beberapa pertemuan yang terkuak di beberapa tempat menunjukkan perlawanan kaum radikal di BUMN. Salah satunya foto yang kita tangkap di suatu tempat seperti terlampir. Mereka tengah merancang melawan Erick Thohir dan Ahok. Salah satu caranya akan menggerakkan demo 212 sebentar lagi.

Yang tak kalah strategisnya mereka menggunakan orang seperti Dahlan Iskan untuk memberikan catatan tentang Ahok. DI yang notabene orang top di BUMN dulu, fenomenal, kini memberi pernyataan miring.

“Rencana itu sangat sangat baik. Kalau BTP memang dianggap orang yang selama ini berprestasi. Lepas siapapun ia. Apa pun pendidikannya. Di mana pun perjalanan karir sebelumnya. Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai,” kata Dahlan Iskan Senin (18/11/2019).

Tidak ada dalam sejarah. Bahwa korban radikalisme, rasisme, SARA begitu menakutkan di Indonesia. Selain Ahok. Ahok dijungkalkan lewat politik identitas. Pelintiran Buni Yani terkait Al-Maidah. Penjungkalan yang sebenarnya hendak menyasar Presiden Jokowi. Ahok menjadi martir. Kini martir politik itu menjadi singa lapar yang sanggup menelan siapa pun.

Kawan dan lawan ketakutan. Bahkan kunjungan Ahok ke BUMN saja telah membongkar seluruh kaum radikal di BUMN. Padahal pengangkatan itu hanyalah wacana. Kini muncul opsi malahan. Ada yang ketakutan langkah Erick Thohir.

"Sekarang gini, jangankan BUMN semuanya ada kok. Artinya, tugas kita lah sekarang mereduksi itu," kata Suhardi usai menggelar pertemuan dengan Menko Polhukam Mahfud Md di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2019).

Lobi tingkat tinggi kini berlangsung. Ahok hanya akan dijadikan wacana. Dia tidak akan menduduki kursi Komisaris Utama atau pun Direktur Utama BUMN. Karena dia terlalu membahayakan berbagai kepentingan di dalam dan luar. Ini sangat memprihatinkan. Ahok hanya menjadi peluit. Peluit teriakan yang sanggup membuat kaum khilafah dan radikal anti Pancasila kepanasan.

Kini tekanan itu menjadi semakin kuat. Omongan DI tentang Ahok yang suka membuah heboh. Padahal Jokowi sangat tidak suka kegaduhan. Contoh menteri gaduh seperti Rizal Ramli dipecat Jokowi. Maka kini masalah telah menjadi melebar.

Jika Jokowi dan Erick membatalkan rencana menempatkan Ahok di BUMN, tentu ini akan menghancurkan reputasi Jokowi dalam memerangi kaum radikal di BUMN – bukan hanya masalah kinerja BUMN. Ini menjadi masalah nasional. Masalah keamanan. Soal eksistensi NKRI yang dirongrong kaum kadal gurun – yang hidup di BUMN. Ini yang harus dihancurkan.

Kini semua terpulang kepada Jokowi dan Erick. Apakah operasi menolak Ahok secara sistematis ini akan meruntuhkan tekad Jokowi dan Erick membereskan BUMN – dan kaum radikal anti Pancasila, kaum radikal, dan bahkan teroris di BUMN? Kita tunggu dengan berdebar.

Ninoy Karundeng, penulis.

***