Mari Berkaca, Pak JK!

Namun di ujung waktu tugas Bapak saat itu kami masih berharap jadilah negarawan penuh ketauladanan.

Minggu, 27 Oktober 2019 | 08:05 WIB
0
381
Mari Berkaca, Pak JK!
Jusuf Kalla (Foto: Detik.com)

Statement Pak JK dalam konpres dan ditulis sebagai berita oleh detikcom saat selesai membezuk Pak Wiranto beberapa waktu lalu, bak menepuk air didulang, terpercik muka sendiri.

Pak JK kan saat itu wapres yang masih aktif, masih ingat saat Anies Baswedan kampanye sebagai cagub DKI, Anies adalah cagub yang didukung Pak JK, kami rakyat ini tau kok pak siapa-siapa orang Bapak, rakyat ini ya gak tolol amatlah melihat permainan elit, apalagi kalian kan orang orba yang masih terus ada walau tak sadar sudah tua.

Saat Anies kampanye ratusan masjid di Jakarta jadi seperti kantor, ada spanduk berbunyi pendukung Ahok kalau mati tak di shalatkan, sampai Djarot shalat jumat diusir, posisi Bapak kan saat itu Ketua Dewan Masjid, kenapa Bapak mendiamkan prilaku orang seperti setan, agama cinta damai, kerap berujar rahmatan lil alamin namun prilakunya dibiarkan beringas seperti ada mazhab baru dengan nabi baru.

Bersamaan dengan panasnya kampanye gubernur berjalan, Bapak malah menerima ulama radikal India yang diusir oleh 13 negara, bukan itu saja, Bapak terima Zakir Naik di Istana.

Ada dua istana yang harusnya berwibawa yaitu Istana presiden dan wakil presiden, dan Istana adalah representatif Indonesia, maka secara tak langsung di sanalah rakyat mengamanahkan sebuah harapan bahwa isi Pancasila bisa dijalankan, bukan malah Istana jadi tempat kepentingan dagang politik bertopeng munafik.

Setelah Zakir Naik, Bapak malah menerima pentolan Taliban, apa Bapak lupa bahwa mereka adalah representatif pemberontak di negerinya, apa yang Bapak mau pelajari dari mereka, apa karena sama-sama Islamnya, agama boleh sama pak, tapi kalau aksinya memberontak apa yang mau Bapak contoh dan ambil dari mereka. Rasul mengatakan, kalau mau tau seseorang itu siapa, lihat saja kawannya, jadi hati-hati berkawan pak.

Apa saat melakukan hal itu Bapak salah langkah atau gegabah sudah susah kami telaah. Namun di ujung waktu tugas Bapak saat itu kami masih berharap jadilah negarawan penuh ketauladanan. Meninggallah dalam keadaan khusnul khatimah, jangan malah membuat Indonesia terbelah dan berpotensi punah.

***