Sikap Adian sangat terpuji, di tengah banyaknya aktivis pendukung Jokowi yang ngambek ketika tidak diberikan kekuasaan, awalnya menjadi pendukung, selanjutnya berbalik menjadi pembenci.
Boleh dikatakan langka seorang aktivis menolak menerima jabatan Menteri, dan Adian Napitupulu, adalah sosok yang langka tersebut. Mengaku mendukung Jokowi bukan untuk sekedar mengejar jabatan, tapi lebih karena ingin Indonesia lebih baik.
Kadang memang konsistensi sikap seseorang akan diuji ketika diberikan Kekuasaan. Banyak yang tidak konsisten dengan sikap dan Perjuangannya ketika diberikan Kekuasaan.
"Hampir semua pria memang mampu bertahan menghadapi kesulitan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan." [Abraham Lincoln]
Apa yang dikatakan Mantan Presiden Amerika, Abraham Lincoln, sangatlah benar. Banyak orang berubah karakternya setelah diberikan Kekuasaan, yang tadinya terlihat baik, tiba-tiba berubah menjadi tidak baik secara mental maupun moral.
Tapi seseorang yang benar-benar amanah dan patut dipercaya, dia tidak Akan berubah karakternya, meskipun diberikan jabatan dan kekuasaan. Ada juga yang memahami kelemahan diri sendiri, sehingga menolak untuk menerima sebuah jabatan.
Adian Napitupulu sangat tahu kelemahan dirinya, sehingga dia menolak tawaran Jokowi untuk membantunya di Kabinet. Asian menolak karena merasa tidak punya bakat dan talenta seorang birokrat, seperti yang dilansir Kompas.com,
Politisi PDIP Adian Napitupulu mengaku sempat ditawari oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi) menjadi menteri pada kabinet mendatang.
Tawaran tersebut saat Adian dipanggil Jokowi pada 13 Agustus 2019 lalu. Namun, Adian mengaku menolak tawaran Jokowi. Adian merasa dia tidak memliki bakat menduduki posisi menteri.
"Sudah (bertemu Jokowi), diminta jadi menteri. Saya empat kali bilang, 'ampun Pak Presiden saya tidak punya talenta jadi birokrat, saya tidak punya talenta jadi menteri'," kata Adian saat ditemui di Denpasar, Bali, Sabtu (21/9/3019).
Apa yang dilakukan Adian tersebut adalah sikap terpuji, di tengah banyaknya aktivis pendukung Jokowi yang ngambek ketika tidak diberikan kekuasaan, awalnya menjadi pendukung, selanjutnya berbalik menjadi pembenci, hanya tidak mendapatkan kekuasaan.
Sikap Adian Napitupulu ini sangat bertolak belakang dengan Mantan Kuasa Hukum Habib Riziek Shihab, Kapitra Ampera, yang terang-terangan menagih jabatan kepada Jokowi, padahal baru saja bergabung dengan PDI-P, dan menjadi pendukung Jokowi-Ma'ruf.
Di tengah masa hitung-hitungan hasil pemilu beberapa bulan yang lalu, secara terbuka Kapitra menyampaikan harapan dapat dipilih menjadi Jaksa Agung.
"Saya kan sudah jungkir balik, berdarah-darah. Saya berharap kepada Pak Jokowi untuk bisa diberi kesempatan. Kalau sesuai dengan bidang saya itu, ya, Jaksa Agung," ujar Kapitra kepada wartawan, Selasa (30/4/2019). Sumber
Merasa sangat berjasa meskipun menjadi politisi PDIP baru seumur jagung, sementara Adian yang memang sudah berdarah-darah dalam membela Jokowi di Parlemen, tidak menganggap sudah paling berjasa, bahkan menolak ketika ditawarkan jabatan Menteri.
Alasan lain Kapitra pantas mendapatkan jatah menteri karena selama ini membela Jokowi. Ia rela meninggalkan tokoh Front Pembela Islam Rizieq Shihab dan memilih menjadi Caleg PDIP untuk daerah pemilihan Riau 2. Ia tidak mempermasalahkan posisi menteri apa saja diberikan Jokowi nantinya.
"Tergantung Pak Jokowi -ah mau letakkan di mana," kata Kapitra, Selasa, 30 April 2019, sebagimana diberitakan Kumparan.
Perlu mempersiapkan mental ketika ingin menjadi pendukung seorang Tokoh Publik, apa lagi seorang Calon pemimpin negara atau juga pemimpin daerah, kalau ingin mendukung, dukunglah karena memang tokoh tersebut layak didukung karena integritas dan kapasitasnya, bukan karena ada niat lain.
Loyal kepada seseorang itu memang dikarenakan dia patut untuk terus didukung atas dasar kekaguman pada keteguhan sikap dan kejujurannya. Bukan karena ada keingan lain untuk mendapatkan sesuatu, apalagi sesuatu itu adalah jabatan, karena akhirnya akan kecewa kalau apa yang diterima tidak sesuai harapan.
Adian mengaku, dalam pertemuannya dengan Jokowi, belum sampai membicarakan untuk mengisi jabatan Menteri di bidang tertentu, karena dia sudah menolak sejak awal ditawarkan.
"Belum bicara posisi (menteri). Saya berjuang habis-habisan buat Jokowi tidak untuk jabatan, tapi untuk Indonesia lebih baik, itu saja. Jadi saya tidak mengejar jabatan," katanya.
Saat kontestasi Pilpres 2019, Adian mendukung penuh Jokowi kembali menjadi presiden.
Aktivis 98 ini bahkan bersama kelompoknya sempat mendeklarasikan diri mendukung Jokowi untuk periode kedua. Deklarasi digelar di Kemayoran, Jakarta, Sabtu (7/7/2018). Acara ini juga dihadiri Jokowi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews