“Sungguh mati aku jadi penasaran…” demikian Rhoma Irama memulai sebuah lagunya “Penasaran” yang dirilis pada tahun 1974. Pada tahun itu sebagian besar kalian tentulah masih kecebong. Kalau sekarang ada di antara kalian yang jadi kampret maka itu tentulah karena salah pergaulan. Tapi lagu inilah yang membuat Ahmad Rizali, salah seorang konco kay pang saya, tergila-gila pada Ani (yang sebetulnya adalah nama samaran dari Enny Arrow).
Tapi saya tidak akan cerita tentang Rhoma Irama atau pun pendukungnya. Saya akan cerita betapa penasarannya umat Islam yang ada di Indonesia oleh kejadian belakangan ini, yaitu ditahannya Habibana Rizieq Shihab oleh aparat keamanan Saudi Arabia. HRS ditahan sehari semalam oleh aparat keamanan Arab Saudi gara-gara sebuah BENDERA BERWARNA HITAM, you know what.
Apa sebab…?! Rupanya ada KHILAF TINGKAT DEWA yang terjadi antara umat Islam Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi. Apa khilafnya…?! Ternyata bendera hitam tersebut yang di Indonesia disebut sebagai ‘Bendera Tauhid’ ternyata di Arab Saudi dianggap sebagai lambangnya organisasi teroris. Astagfirullah haladzim…! Aparat keamanan Saudi iki gak iso moco tah…?! Bagaimana mungkin bisa terjadi perbedaan persepsi yang begitu dalam dan curam di antara kami sesama umat Islam yang syahadatnya sama ini…?! Ada apakah gerangan…?!
Kalau soal perbedaan ada yang qunut ada yang tidak itu okelah. Ada yang mulai dengan ‘Bismillah’ waktu salat membaca Alfatekah,eh, AlFatihah dan ada yang tidak itu juga biasa. Ada yang suka qasidahan dan ada yang suka metal rock itu juga biasa. Lha wong Kuasa Hukum HRS yang bernama Kapitra Ampera yang pernah tampil di TV pakai baju kaftan, dan baru-baru ini Yusril Ihza Mahendra, sekarang ikut angka 01 saja kita biasa saja kok. Kan cuma geser satu angka.
Tapi ini adalah ‘The Mother of Khilaf’ alias khilaf di atas khilaf. Bagaimana mungkin kain hitam bertuliskan syahadat yang di Indonesia kita sebut sebagai ‘bendera tauhid’ dan bahkan kita adakan demo besar-besaran untuk membelanya justru di Arab Saudi dianggap ‘lambang teroris’…?! Anda muslim…?! Waras tah awakmu iku…?!
Kalau yang ngomong itu pemerintah Amerika Serikat, Rusia, China, Ostrali, Londo, dan bolo-bolonya yang gak paham soal kalimat syahadat ya okelah. Tapi ini kan Arab Saudi yang merupakan biangnya Islam, tanah kelahiran Nabi Muhammad, asalnya para khalifah dan para dinasti kerajaan Islam, serta tempat kita umat Islam berhaji. Mosok mereka justru tidak paham apa itu ‘bendera tauhid’ dan bahkan mengatakan bendera hitam sakral itu sebagai ‘lambang teroris’…! Ojok guyon nemen-nemen opo’o, rek…! Iki masalah akidah, rek. Serius pol…!
Oleh sebab itu saya mengusulkan agar sengketa persepsi soal bendera hitam bertuliskan kalimat syahadat tersebut diklirkan dengan pemerintah Arab Saudi. Jangan ditunda-tunda… Kita harus mengirim utusan ke Arab Saudi untuk membahas perbedaan persepsi yang terlalu jauh ini. Kita harus sampaikan pesan bahwa ‘Jangan ada khilaf di antara kita’ kepada pemerintah Arab Saudi. Ayok podo dibahas dengan serius secara seksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sakjane iki ‘bendera tauhid’ opo ‘Lambang Teroris’. Wis ngono ae…
Jika mengirimkan tim saya mengusulkan agar kita menyertakan Ustad Felix Siauw sebagai salah satu anggota. Mualaf ganteng ini jelas mumpuni menjelaskan soal ‘Ar-Raya dan Al-Liwa’ secara fasih. Beliau itu bukan hanya bagus tajwidnya, menguasai nahu dan shorof, menguasai Alquran dan Hadist, tapi juga sekaligus hapal Pancasila dan mungkin lagu Indonesia Raya yang 3 Stanza (saya aja gak hapal).
Jangan lupa bawakan hadiah untuk Raja Salman paling tidak ya kain batik lengkap dengan blangkon dan surjannya. Insya Allah kalau hatinya Raja Salman sudah kita luluhkan maka soal aparat keamanannya itu masalah kecil saja. Sing penting ojok ngirim banser. Banser itu nek sholawatan pancen kenceng suarane tapi kalau diajak bicara bahasa Arab jelas akan blangkemen.
Untuk membentuk tim ini mungkin butuh biaya. Oleh sebab itu saya akan minta urunan teman-teman khususon Mas Unggul yang selalu bergairah membahas politik di tanah air ini. Wis ojok kakehan teori awakmu, Cak. Nek nyumbang ndang nyumbang.
Beres yo, Cak…!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews