Ayun Langkah Politik "From Hero To Zero"

Selasa, 15 Januari 2019 | 08:12 WIB
0
394
Ayun Langkah Politik "From Hero To Zero"
Ilustrasi (Foto: barden.ie)

Siapa yang tak kenal Amien Rais, khususnya yang mengalami Tragedi 1998?

Sosoknya yang vokal tanpa tedeng aling aling tak pernah disukai oleh Orde Barunya Suharto. Amien memiliki semangat menggelora  yang semangatnya 1000 kali semangat anak muda yang baru lulus SMA seperti saya kala itu. 

Amien mengambil momen yang pas dalam mempelajari pergerakan politik kampus ,daerah hingga nasional  dan menjadikannya sebagai seorang tokoh reformis yang bernyali besar. 

Kegemaran  anak anak muda beradrenalin tinggi yang terus berdemo menyuarakan keadilan dan kebenaran meski nyawa taruhannya akibat kebijakan refreaif saat itu. Sayapun  sedikit banyak paham mengenai apa itu agitasi dan propaganda dalam  rangkaian sebuah aksi demo, karena seringnya ikut dalam demo saat itu.

Amien Rais dan Masa Reformasi

Pahlawan Reformasi? Itu dulu, kenangan manis anak bangsa yang berhasil melengserkan Suharto. Perjuangan panjang berdarah darahpun akhirnya selesai dengan target utama Suharto lengser keprabon. Namun tidak untuk seorang Amien Rais. Ada ambisi pribadinya yang tidak diketahui banyak orang  saat itu.

Sadar partainya tak sebesar PDIP ataupun Golkar yang memenangkan kontestasi politik pemilu legislatif diapun bermanuver dan mencetak sejarah sebagai seorang penjegal 3 presiden. Menjadi Ketua MPR bukan pilihan strategis bagi dirinya kala itu.

Manuver berbagai cara dilakukan, namun Tuhan memang tak menggariskan gatis tangannya menjadi orang nomor satu negeri ini. Dalam berbagai literasi,  penjegalan kepada Mbak Mega untuk menjadi presiden menjadikan Gus Dur yang mendapat durian runtuhnya.

Terpilih menjadi Presiden RI ke-4 Gus Dur kerap bertentangan dengan Parlemen , hingga akhirnya Tokoh Utama NU ini harus lengser lalu digantikan oleh Mbak Mega yang pernah dijegalnya. 

Pemilu demi pemilu, ambisi singa podium yang mulai menua ini belum habis. Setelah Pemilu 2004 dimana SBY terpilih jadi Presiden ke-6 Amien Rais tetap mencoba memperlihatkan taringnya yang mulai merapuh. Menjadi oposisi yang terus menerus menyuarakan keberatan berupa kritik kebijakan. Selama 1 periode SBY segala kebijakannya selalu dianggap sebelah mata. Tak ada benarnya. 

Tak Pernah Konsisten Sebagai Oposisi

Amien Rais tak pernah konsisten menjadi oposisi, diperiode kedua SBY Amin terlihat mesra dengan pemerintah saat itu. Amien sepertinya terlelap oleh enaknya koalisi. Hal ini karena SBY berkompromi dengan Amien Rais dengan slogannya zero enemy

Ketika Jokowi berkuasa, Amien Rais kembali bangun dari tidurnya. Menjadi oposisi yang kelihatannya galak namun setelahnya diam ketika kadernya masuk dalam kabinet kerja meski di akhir mengundurkan diri karena faktor etika politik. PAN bersebrangan memilih 02 sebagai patron clientnya. 

Amien Rais akan terus bermanuver tiada henti. Jargonnya Partai Allah dan Partai Setan, Revolusi Moral, Hijrah dan lain lainnya tak pernah menyurutkan Jokowi untuk menerima ajakan Amien Rais untuk sowan ke rumahnya. Amien Rais tak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai. Oleh karena itu ada desakan untuknua untuk mundur dari arena politik begitu kuat bahkan dari pendiri partainya sendiri. 

Amien adalah salah satu tokoh yang tak pernah diundang Suharto di setiap acara yang diadakan Smiling General. Haram mengundang Amien begitu alasan sederhananya. Jokowi pun sepertinya sama tak akan pernah mau menjumpai Amien hingga kini. Begitulah analis politik mengatakan. 

Amin Mengepung Solo, Bukti Tak bisa Berdamai 

Strategi Desa Mengepung Kota diterapkannya. Badan Pemenangan Nasional 02 didirikan di Solo, basis pendukung Jokowi yang dikenal militan. Jawa Tengah, menurut Priyo Budi Santoso akan dibuat minimal sama perolehan suara Pilpres nanti. 

Pernyataannya kemudian dibantah oleh Gandjar Pranowo yang merupakan Gubernur seklaigus kader PDIPI pun dianggap sedang mengasah taji unuk menerima tantangan pihak 02. 

Indikasi Solo jadi Role Model Strategi Amien

Dengan ujaran provokatif, sedikit literasi dari buku yang ditulisnya dan dilaksanakannya beragam agenda yang mengumpulkan banyak masa adalah indikasi Solo akan dibuat "chaos".

Rekam jejak politiknya harus diwaspadai, ketika ada 3 Presiden yang ditumbangkannya, Amin  menjadi punya cap “Penjegal Presiden”, termasuk usahanya menjegal Presiden Jokowi yang tampaknya belum berhasil hingga kini.

Amien Tak Bisa Mendamaikan Bangsa

Solo adalah jantungnya. Filosopi Sepak Bola menyerang ala Belanda pun dilakukannya. Ini dilakukan demi memuaskan bencinya terhadap Jokowi .

Kemesraannya terhadap 02 yang dulu dikritiknya habis habisan sebagai seorang penculik dan setali tiga uang,  02 pun sama terhadap Amien yaitu sebagai target untuk dienyahkan dari Republik ini.Bukankah pada saat Reformasi 1999 Amien justru menjadi incaran Prabowo untuk ditangkap.

Mengapa sekarang dia sangat mendukung Prabowo sekaligus membenci Jokowi?

Ini adalah ketidak konsistenan seorang Amien hingga kini. Amien berani mengajak seterunya dulu dari keluarga cendana untuk bergabung dibarisannya, keluarga diktator yang dibencinya itupun menjadi kendaraan politiknya demi sebuah kekuasaan. Amien adalah dia yang berdiri diatas kepentingannya sendiri. Perilaku politiknya serupa dengan anaknya Hanum Rais seperti kejadian hoaks Ratna Sarumpaet. 

Solo adalah kota damai dan berbudaya tinggi. Adab sopan santun, ramah dan menjunjung tinggi nilai luhur martabat bangsa kini berstatus siaga. Tablig akbar 212, reuni berbau keagaamaan dan lain sebagainya hanyalah kedok untuk membuat Solo bergejolak.

Sekali saja para penegak hukum kita salah bertindak maka hujatan berbau kriminalisasi ulama, tidak mendukung islam, yang intinya akan dibawa untuk  pelemahan pemerintah saat ini akan tercapai. 

***