Reuni... Sebagian warga masyarakat kita sering mengadakan "reuni" waktu mudik Lebaran. Biasanya reuni dilaksanakan habis lebaran pertama dan kedua. Dipilihnya waktu lebaran karena biasanya pada "mudik" dan ngumpul semua.
Reuni juga sebagai salah satu bentuk silaturohmi antar teman-teman masa sekolah, kuliah atau mondok.Dan bisa bercerita masa-masa sewaktu sekolah atau dalam menempuh pendidikan.
Orang yang mengadakan "reuni" tentu jelas nama lembaga pendidikannya dan alamatnya. Bahkan tercatat di Dinas Pendidikan setempat atau daerah masing-masing. Bahkan mereka bisa menyebutkan: siapa dulu kepala sekolahnya, siapa rektornya,siapa pimpinan lembaga pendidikannya. Mereka juga bisa mengenang guru-guru yang mengajarnya,terutama wali kelasnya.
Tetapi, di negeri tercinta Indonesia ini ada orang-orang yang mau mengadakan "reuni" bukan karena sama-sama karena pernah menempuh pendidikan atau sekolah yang sama atau satu angkatan,tetapi hanya karena seringnya mereka "demo".
Karena "demo" yang dilakukan keseringan atau hampir tiap seminggu sekali, jadilah dengan sebutan: "demo berjillid-jilid."
Masih mending menerbitkan buku sampai berjilid-jilid tandanya orang berpendidikan,lha ini hanya karena sering demo,bisa melahirkan nama:demo jilid I dan demo jilid II.
Dan mereka juga ingin mengadakan "reuni" dalam rangka untuk memperingati demo yang berjilid-jilid tersebut. Mereka bukan lulusan atau alumni MONASH UNIVERSITY Australia tapi mereka pernah berdemo dan berkumpul dalam satu tempat, namaya MONAS atau Monumen Nasional.
MONAS sendiri sebenernya simbul Lingga dan Yoni atau alat kelamin pria dan wanita, makanya menjulang tinggi simbul keperkasaan.
Karena MONAS atau Monumen Nasional bukan tempat lembaga pendidikan tentu tidak ada kepala sekolahnya atau rektornya.Tapi anehnya,mereka menyebut dirinya alumni MONAS, bahkan mau mengadakan "reuni" di MONAS. Entah mereka waktu itu mendapat ijazah atau selembar sertifikat atau tidak.
Bahkan ulumi MONAS ini konon menurut berita mencapai jutaan, tentu ini sungguh luar biasa dan fantastis, bisa menjadi alumni tanpa menempuh pendidikan, yang biasanya perlu waktu tahunan untuk sekedar bisa menjadi alumni. Ini hanya terjadi di negeri tercinta Indonesia.
Mudah-mudahan kita semua dikasih umur panjang, sehingga bisa menyambut hari lebaran tahun depan dan reunian bersama teman-teman sebagai ajang silaturohmi. Bukan reunian yang sifatnya mengumpulkan massa untuk tujuan politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews