Seandainya Gibran bukan anak presiden yang melekat mendapat pengawalan Paspampres, ia tidak akan berani melakukan tindakan menyerobot atau melepas masker Paspampres.
Beranikah Gibran Rakabuming Raka mencopot masker Paspampres dengan kasar saat konferensi pers yang diliput media massa kalau dia bukan seorang anak Presiden?
"Ngono yo ngono,ning ojo ngono".
Anggota Paspampres di kota Solo melakukan pemukulan kepada seorang sopir truk.
Karena pemukulan itu viral, maka Gibran sebagai walikota akan mencarinya. Dan akhirnya dimediasi atau permintaan maaf anggota Paspampres tersebut.
Namun, tengah-tengah ingin membacakan permohonan maaf, sontak dari arah belakang Gibran sebagai walikota menyerobot masker anggota Paspampres tersebut dengan kasar.
Wajah Paspampres begitu culun dan seolah hilang wibawa sebagai Paspampres.
Pemukulan terhadap sopir truk tentu juga tidak dibenarkan dan salah. Tapi memperlakukan seorang anggota Paspampres seperti itu tentu juga tidak dibenarkan sebagai walikota. Memediasi atau mendamaikan tentu langkah yang baik dan diapresiasi.
Tapi menyerobot masker anggota Paspampres seperti itu tindakan tidak bijak.
Gibran sebagai walikota atau kepala daerah dan Gibran sebagai anak presiden.
Seandainya Gibran bukan anak presiden yang melekat mendapat pengawalan Paspampres, ia tidak akan berani melakukan tindakan menyerobot atau melepas masker Paspampres.
Seandainya tindakan yang sama dan dilakukan oleh kepala daerah yang lain, yakin seyakin-yakinnya tindakan tersebut akan jadi masalah dan bisa menyinggung lembaga pengawal presiden tersebut. Bisa-bisa malah digeruduk anggota Paspampres.
Harusnya kalau Gibran sebagai anak presiden dan tidak suka, yang bersangkutan bisa minta anggota Paspampres yang melakukan pemukulan untuk ditarik ke Paspampres Pusat atau tidak melakukan pengawalan atas dirinya atau keluarganya. Atau melaporkan kepada Danpaspampres.
Sekalipun ia melakukan tindakan itu untuk membela warganya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews