Ditertawakan

Dengan asumsi bahwa tidak ada niat Pak Jokowi untuk ambil alih Demokrat, tidak usah heran jika keputusannya nanti justru menguntungkan Demokrat.

Sabtu, 13 Maret 2021 | 23:25 WIB
0
147
Ditertawakan
Vaksin Nusantara (Foto: Media Indonesia)

Komentar cepat Pak Jokowi soal vaksin Nusantara harus mengikuti kaidah keilmuan sungguh tepat.

Untuk memadamkan polemik yang muncul dan berpotensi menjadi liar seperti urusan ganti pacar anak bungsunya.

Yang melebar kemana-mana sampai urusan celana dalampun menjadi gunjingan lengkap dengan aneka pameran ketololan dan kenorakan para budak cinta.

Yang mendewa-dewakan junjungannya sampai ke pantat-pantat. Padahal mereka cuma orang luar tapi lagaknya melebihi Paspampres bahkan keluarga besar pak Jokowi.

Mental tetangga jenderal yang sok akrab dan sok dekat padahal sang jenderal gak kenal menjadi pemicu mengapa ketololan terus berlangsung sampai saat ini mengenai isu recehan yang gak penting itu.

Celana dalam dan urusan cinta gombal, mereka gunakan sebagai bendera membela NKRI dan Jokowi...

Tolol banget kan.

Mengenai vaksin Nusantara yang mulai digoreng, Pak Jokowi tidak ingin BPOM yang menjadi ujung tombak perang melawan Covid 19 digoyang wibawanya. Karena badan ini yang akan memberikan persetujuan bagi ketersediaan hampir 200 juta ampul vaksin.

BPOM adalah objek vital bagi pemulihan ekonomi yang HARUS terjadi di tahun ini.

Dan kesigapan ini juga dikarenakan ruang lingkup masalahnya kecil dan terbatas. Vaksin Nusantara cuma dokter Terawan dan kawan-kawan saja.

Jadi mereka harus patuh dan tunduk sepenuhnya pada apapun yang dikatakan BPOM.

Jangan neko-neko. Ini juga berlaku untuk bucin Terawan. Jangan sok-sokan jadi saintis dan main dokter-dokteran hanya untuk menyebarkan imajinasi liar.

Yang nanti sama tololnya dengan bucin yang ributin cinta gombal Sang Pisang.

Dan sang mantan menteri kesehatan konon kabarnya di dubeskan ke Spanyol.

Kita lihat apakah Terawan bersedia. Jika tidak jadi maka dia lebih suka dengan profesinya sebagai dokter dan peneliti.

Jadi kasus vaksin Nusantara ini lebih gampang ketimbang mendepak Moeldoko dari istana.

Moeldoko tidak penting. Vaksin yang penting.

Lagipula diamnya Pak Jokowi menanggapi aksi pembegalan Demokrat oleh orang kepercayaannya, adalah karena ruang lingkupnya yang luas dan kompleks.

Moeldoko mengatur hampir seluruh urat nadi dan nafas bahkan langkah presiden. Jadi jikapun diganti, harus orang yang setara dengan Teten Masduki dan Opung Luhut yang pernah menduduki posisi itu.

Nampak Presiden belum atau tengah mencari pengganti Moeldoko sebagai persiapan jika pembegalan Demokrat merusak peforma kerja istana dan menurunkan wibawa pemerintahan.

Pak Jokowi ingin melihat sejauh mana Moeldoko tahan menghadapi gebukan pihak yang dibegalnya. Pak Jokowi juga akan memantau bagaimana reaksi dia menghadapi sorotan dingin dan jijik pemimpin partai lain yang berusaha menjauh jika Moeldoko mendekati mereka.

Jika gagal dan merugikan maka Moeldoko akan di Terawankan.

Pada akhirnya..

Dengan asumsi bahwa tidak ada niat sedikitpun dari Pak Jokowi untuk ambil alih Demokrat. Jadi tidak usah heran jika keputusannya nanti justru menguntungkan Demokrat. Dan itu dilakukan tanpa pamrih.

Dia adalah negarawan yang bermartabat. Yang selalu memelihara keseimbangan kosmis istana.

Yang keseimbangan itu tengah digoyang oleh aksi individualis yang ingin curi start untuk cari posisi selamat di dua ribu dua empat.

***
.

.