Bahkan dalam sistem dinasti tempo dulu, hampir tidak ada kekuasaan dari suami jatuh atau dilanjutkan oleh istrinya.
Hari Selasa Kamis Legi, 12/12/2019 kemarin, Gibran Rakabuming Raka menuju ke DPD PDIP Jateng di Semarang dengan 20 armada bus dan simpatisannya dengan pengawalan aparat mendaftarkan diri sebagai calon walikota Solo.
Mengapa Gibran mendaftarkan sebagai calon walikota Solo lewat jalur atau pintu DPD PDIP Jateng?
Karena pendaftaran dari lewat jalur atau pintu DPC PDIP Solo sudah tertutup rapat-rapat. DPC PDIP Solo yang diketuai oleh F.X Hadi Rudyatmo dan juga sebagai Walokota Solo saat ini, sudah melakukan prosedur penjaringan lewat ranting atau anak ranting partai dan menetapkan Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sebagai calon walikota dan wakil walikota. Dan kedua nama itu sudah diserahkan ke DPP PDIP di Lenteng Agung.Achmad Purnomo saat ini sebagai wakil Walikota Solo.
Mengapa Gibran Rakabuming Raka waktu itu tidak ikut penjaringan lewat DPC PDIP Solo dan mengapa baru belakangan?
Waktu itu Gibran belum tertarik politik atau bisa dikatakan apolitis dan masih ragu-ragu. Dan Gibran menjadi kader PDIP dan mendapatkan kartu anggota setelah ingin mencalonkan sebagai walikota. Sebagai bukti bahwa Gibran tidak suka politik atau apolitis dan lebih suka menekuni bisnis kuliner, dibuktikan pada pilkada 2015 walikota Solo, yang bersangkutan tidak menggunakan hak untuk memilih alias golput.
Akan tetapi sekarang keadaannya terbalik, sekarang ia rajin menyambangi masyarakat untuk memperkenalkan diri sebagai calon walikota, sekalipun DPP PDIP belum menetapkan calon walikota dan wakil walikota Solo.
Apakah pendaftaran lewat jalur atau pintu DPD PDIP Jateng akan terbuka atau equal kalau seandainya calon walikota bukan Gibran yang notabene anak seorang presiden?
Rasa-rasanya kok tidak!
Karena mekanisme penjaringan lewat DPC PDIP. Tentu sebagai anak presiden, Gibran mempunyai previllege tersendiri, pintu DPD dan DPP terbuka lebar, bahkan didampingi Sekjen PDIP menghadap Ketum Partai di Teuku Umar.Y ang lain belum tentu diperlakukan dan diberi kesempatan yang sama.
Pencalonan Gibran sebagai calon walikota akan menggusur kader yang sudah meniti karier dari bawah dan sudah berjuang lama sebagai kader partai seperti Achmad Purnomo. Tentu Achmad Purnomo sebagai orang Jawa ada rasa "pekewuh atau sungkan" karena pesaingnya adalah anak presiden dan juga mantan walikota Solo. Bahkan Achmad Purnomo pasrah.
Mungkin nanti ada anak presiden dan anak mantu presiden menghadap atau datang ke Istana bukan sebagai anak dan anak mantu, tetapi sebagai kepala daerah. Dan mungkin nanti ada kepala daerah yang mendapat pengawalan Paspampres karena ini sifatnya melekat.
Ini bukan politik dinasti, hanya seorang warga negara yang menggunakan haknya. Tentu politik dinasti tidak seperti kerajaan tempo dulu,dinasti modern lebih lucu. Karena bisa dari bapak ke anak, dari suami ke istri atau dari kaka ke adik.
Tentu mereka punya dalih dan dalil yaitu inilah demokrasi dan menggunakan hak konstitusi. Bahkan dalam sistem dinasti tempo dulu, hampir tidak ada kekuasaan dari suami jatuh atau dilanjutkan oleh istrinya.
Tapi dalam dinasti modern dengan pilkada langsung,ada bupati yang sebelumnya dijabat oleh suaminya, dan digantikan oleh istrinya. Niscaya, kalau tidak ada aturan atau undang-undang masa jabatan hanya dua periode atau sepuluh tahun, mereka akan nambah masa jabatan.
Aji mumpung atau kesempatan tidak akan datang dua kali.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews