Benarkah Gibran Manfaatkan "Aji Mumpung", Mumpung Bapak Masih Presiden?

Bahkan dalam sistem dinasti tempo dulu, hampir tidak ada kekuasaan dari suami jatuh atau dilanjutkan oleh istrinya.

Jumat, 13 Desember 2019 | 19:21 WIB
0
497
Benarkah Gibran Manfaatkan "Aji Mumpung", Mumpung Bapak Masih Presiden?
Gibran Rakabuming Raka (Foto: CNN Indonesia)

Hari Selasa Kamis Legi, 12/12/2019 kemarin, Gibran Rakabuming Raka menuju ke DPD PDIP Jateng di Semarang dengan 20 armada bus dan simpatisannya dengan pengawalan aparat mendaftarkan diri sebagai calon walikota Solo.

Mengapa Gibran mendaftarkan sebagai calon walikota Solo lewat jalur atau pintu DPD PDIP Jateng?

Karena pendaftaran dari lewat jalur atau pintu DPC PDIP Solo sudah tertutup rapat-rapat. DPC PDIP Solo yang diketuai oleh F.X Hadi Rudyatmo dan juga sebagai Walokota Solo saat ini, sudah melakukan prosedur penjaringan lewat ranting atau anak ranting partai dan menetapkan Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sebagai calon walikota dan wakil walikota. Dan kedua nama itu sudah diserahkan ke DPP PDIP di Lenteng Agung.Achmad Purnomo saat ini sebagai wakil Walikota Solo.

Mengapa Gibran Rakabuming Raka waktu itu tidak ikut penjaringan lewat DPC PDIP Solo dan mengapa baru belakangan?

Waktu itu Gibran belum tertarik politik atau bisa dikatakan apolitis dan masih ragu-ragu. Dan Gibran menjadi kader PDIP dan mendapatkan kartu anggota setelah ingin mencalonkan sebagai walikota. Sebagai bukti bahwa Gibran tidak suka politik atau apolitis dan lebih suka menekuni bisnis kuliner, dibuktikan pada pilkada 2015 walikota Solo, yang bersangkutan tidak menggunakan hak untuk memilih alias golput.

Akan tetapi sekarang keadaannya terbalik, sekarang ia rajin menyambangi masyarakat untuk memperkenalkan diri sebagai calon walikota, sekalipun DPP PDIP belum menetapkan calon walikota dan wakil walikota Solo.

Apakah pendaftaran lewat jalur atau pintu DPD PDIP Jateng akan terbuka atau equal kalau seandainya calon walikota bukan Gibran yang notabene anak seorang presiden?

Rasa-rasanya kok tidak!

Karena mekanisme penjaringan lewat DPC PDIP. Tentu sebagai anak presiden, Gibran mempunyai previllege tersendiri, pintu DPD dan DPP terbuka lebar, bahkan didampingi Sekjen PDIP menghadap Ketum Partai di Teuku Umar.Y ang lain belum tentu diperlakukan dan diberi kesempatan yang sama.

Pencalonan Gibran sebagai calon walikota akan menggusur kader yang sudah meniti karier dari bawah dan sudah berjuang lama sebagai kader partai seperti Achmad Purnomo. Tentu Achmad Purnomo sebagai orang Jawa ada rasa "pekewuh atau sungkan" karena pesaingnya adalah anak presiden dan juga mantan walikota Solo. Bahkan Achmad Purnomo pasrah.

Mungkin nanti ada anak presiden dan anak mantu presiden menghadap atau datang ke Istana bukan sebagai anak dan anak mantu, tetapi sebagai kepala daerah. Dan mungkin nanti ada kepala daerah yang mendapat pengawalan Paspampres karena ini sifatnya melekat.

Ini bukan politik dinasti, hanya seorang warga negara yang menggunakan haknya. Tentu politik dinasti tidak seperti kerajaan tempo dulu,dinasti modern lebih lucu. Karena bisa dari bapak ke anak, dari suami ke istri atau dari kaka ke adik.

Tentu mereka punya dalih dan dalil yaitu inilah demokrasi dan menggunakan hak konstitusi. Bahkan dalam sistem dinasti tempo dulu, hampir tidak ada kekuasaan dari suami jatuh atau dilanjutkan oleh istrinya.

Tapi dalam dinasti modern dengan pilkada langsung,ada bupati yang sebelumnya dijabat oleh suaminya, dan digantikan oleh istrinya. Niscaya, kalau tidak ada aturan  atau undang-undang masa jabatan hanya dua periode atau sepuluh tahun, mereka akan nambah masa jabatan.

Aji mumpung atau kesempatan tidak akan datang dua kali.

***