Racun Disinformasi

Melalui ulah gencar para proxy, buzzer dan kadal medsos mereka yang mungkin dibayar mahal untuk mengacaukan pikiran waras anda.

Minggu, 29 September 2019 | 21:32 WIB
0
304
Racun Disinformasi
Ambulans PMI (Foto: Republika.co.id)

Apakah anda sudah menshare soal ambulance bawa batu? Berapa banyak teman Anda yang sudah berbuat serupa? Atau sudahkah Anda menulis aneka sumpah serapah dengan segala cocokologinya.

Mulai dari ulah Gabener sampai mantunya Tutut , anda bawa-bawa mereka tanpa mengecek kebenarannya. Padahal apa yang ada share atau yang anda posting hanya berdasarkan imajinasi liar tanpa didukung data.

Atau reaksi Anda soal ambulance batu itu hanya bertumpu pada ciutan dan postingan para kadal medsos yang makin hari makin benderang kelakuannya ? Bahkan polisi nampaknya sampai terpedaya oleh ciutan yang menginformasikan ambulance Pemda DKI dan PMI membawa batu kemudian mentweet informasi sesat itu kemudian dihapus.

Di alam nyata, Polisi yang sudah termakan oleh fitnahan tersebut menyetop ambulans PMI sambil berteriak mereka bawa batu.

Untuk mengetahui aneka fakta dan kronologi bagaimana fitnahan itu tersebar sila teroka twitter bertagar #ManaBatunya yang sekarang menjadi trending topic.

Anda bisa menyaksikan video klip bagaimana polisi menganiaya petugas PMI bahkan menyeret seorang yang dirawat. Ambulance dirusak oleh mereka. Semuanya bisa dilihat dalam aneka informasi bertagar tersebut.

Dan sekarang polisi mengaku bersalah. Tidak ada ambulance yang bawa batu dan bom molotov. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, Kamis (26/9) mengatakan;

"Jadi, apa namanya, anggapan anggota Brimob diduga mobil itu digunakan oleh perusuh, tapi bukan. Tapi perusuh yang bawa batu ke mobil berlindung. Clear ya. Jadi enggak ada permasalahan apa-apa. "

Mengutip Kumparan, Argo menjelaskan, saat kejadian, anggota Brimob memang dilempari oleh massa dengan batu. Polisi pun membalas dengan menembakkan gas air mata.

Polisi menyebut perusuh yang membawa batu dan kembang api yang sudah tersudut lalu mencari perlindungan. Salah satu tempatnya yakni di ambulans yang ada di lokasi.

Mana yang benar ?

Polisi atau petugas PMI yang mengecam tindakan penganiayaan polisi atas anggotanya?

Silahkan simpulkan sendiri melalui aneka video, rekaman suara dan pengakuan para pihak yang terangkum dalam rangkuman twitter bertagar #ManaBatunya. Karena wadah ini adalah satu-satunya sumber yang valid karena menjadi meeting pot aneka informasi dari berbagai pihak serta fakta gambar dan video.

Akan tetapi diatas semua itu, nyata bahwa fitnahan ambulance itu adalah pelajaran berharga tentang pentingnya saring sebelum sharing.

Kejadian mengenaskan ini sekali lagi membuktikan betapa kita menggunakan media sosial dengan emosi serta malas mencari data dan bukti. Kita selalu dihantui sindrom ketidakkinian jika tidak menshare dan mengiyakan postingan viral dan fitnahan pada kadal medsos.

Padahal semua racun disinformasi itu adalah bagian dari grand desain yang kait mengkait untuk meloloskan agenda para oligarkis menguasai negeri ini. Antara lain menebarkan fitnahan dan postingan menguras emosional tapi bohong lewat media sosial.

Juga melalui aneka strategi di lapangan dengan mengacaukan semua pikiran kita mengenai apa yang terjadi dalam rangkaian aksi unjuk rasa belakangan ini.

Kaki tangan mereka menggiring kita untuk terpaku pada isu dan kejadian parsial saja. Mereka kasih triggernya lengkap dengan foto dan video dengan narasi sesat yang sedemikian rupa membangkitkan amarah dan kebencian Anda.

Kemudian Anda membuat posting dengan menghubung-hubungkannya sesuai imajinasi liar kita sesuai dengan kemauan mereka. Yakni memanfaatkan ketakutan kita soal radikalisme serta aneka kebencian lainnya. Dengan serta merta dan massif hingga anda kaget dan terpengaruh.

Itu semua mereka lakukan, agar kita tidak bisa berfikir jernih untuk melacak grand design semua kejadian baru baru ini.

Dari itu tidak henti-hentinya saya mengimbau agar kita semua hendaknya tidak termakan oleh racun disinformasi.

Agar jangan sampai tangan jahat menggiring Anda telah menjadi budak gratisan mereka tanpa anda sadari.

Melalui ulah gencar para proxy, buzzer dan kadal medsos mereka yang mungkin dibayar mahal untuk mengacaukan pikiran waras anda.

***
.