Beberapa pekan yang lalu, Presiden RI Joko Widodo menerima kunjungan 61 Tokoh Papua dan Papua Barat di Istana negara, kedatangan tokoh Papua ke Istana adalah untuk memenuhi undangan Presiden.
Kedatangan mereka juga membawa 9 aspirasi yang disampaikan langsung kepada Jokowi dalam pertemuan tersebut, satu diantara permintaan tersebut adalah meminta Presiden Jokowi membangun istana Kepresidenan di Tanah Papua, tepatnya di Jayapura, permintaan tersebut disampaikan oleh Ketua DPRD Papua.
Selain mengajukan pembangunan istana negara di Papua, pihaknya juga menyatakan kepada Jokowi secara langsung bahwa ia akan menyerahkan tanah miliknya seluas 10 hektar untuk keperluan pembangunan Istana Presiden.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menyanggupi bahwa pembangunan istana kepresidenan di Jayapura Papua akan dibangun tahun depan.
Pembangunan Istana Presiden di Papua dinilai sebagai hal yang wajar, saat ini ada 6 istana Presiden, 2 di Jakarta yaitu Istana Merdeka dan Wisma Negara yang letaknya berdekatan, kemudian Istana Bogor, Istana Cipanas, Gedung Agung Yogyakarta dan Istana Tampal Siring di Bali, dari ke – 6 istana tersebut hanya istana Tampak Siringlah yang dibangun setelah proklamasi kemerdekaan.
Istana Tampak Siring merupakan bangunan atas buah pemikiran Bung Karno yang menginginkan adanya Istana Presiden di Bali yang merupakan Pulau Wisata, selebihnya Istana dibangun/Warisan Pemerintah Kolonial Belanda.
Jika kita menengok negara – negara maju Istana Presiden/Kepala negara ada di beberapa tempat, di Inggris terdapat beberapa kastil dari Wales sampai Skotlandia. Rusia juga mempunyai Istana Presiden di beberapa tempat, yakni Kremlin di Moskow, Saint Petersburg di Wladivostok, dan di Kota Sochi.
Oleh karena itu apabila Jokowi akan membangun Istana di Jayapura Papua, hal tersebut tentu wajar, apalagi sejak Bung Karno membangun Istana Tampak Siring pada tahun 1957, belum ada lagi presiden baru yang membangun istana kepresidenan.
Jika ditinjau dari segi ekonomis dan praktis, tentu memang menjadi sesuatu yang ideal apabila terdapat Istana di Papua. Perlu kita ketahui bahwa waktu penerbangan dari Jakarta ke Papua adalah 5 jam, dalam sejarahnya ketika Presiden berkunjung ke Papua selalu menginap, sedangkan di Papua sampai saat ini belum ada tempat yang representatif untuk tempat menginap Presiden. Hal tersebut tentu akan menjadi dasar atas perlunya membangun Istana Presiden di Bumi Cenderawasih.
Jika nanti di Jayapura sudah dibangun Istana Kepresidenan, maka ketika presiden berkunjung ke Indonesia Timur seperti maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, Presiden bisa menginap di Istana kepresidenan tanpa khawatir perasaan terburu – buru segera kembali ke Jakarta, apalagi dengan adanya tanah yang sudah disiapkan oleh anggota DPRD Papua.
Demikian pula ketika Presiden melakukan kunjungan ke negara pasifik termasuk di Pantai Barat Amerika maupun ke Australia, Presiden bisa singgah dan menginap di Istana Negara yang ada di Jayapura Papua.
Makna yang tidak kalah penting adalah, Presiden dapat lebih dekat dengan masyarakat Papua, sehingga Papua bisa menjadi Rumah bagi Presiden.
Tentu bisa saja sidang kabinet dilaksanakan di Istana Jayapura, Presiden juga dapat menjamu / menerima tamu negara di Papua, sehingga bukan tidak mungkin tanah Papua akan semakin mendunia, karena sering dikunjungi oleh tamu – tamu penting Mancanegara.
Dengan adanya Istana Negara di Jayapura, diharapkan pembangunan akan semakin meningkat dan merata, termasuk pembangunan SDM masyarakat Papua juga. Nantinya masyarakat Papua akan lebih sering berasimilasi dengan adanya pendatang yang akan semakin banyak mengunjungi bumi cenderawasih.
Sementara itu, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua mengatakan, Istana Kepresidenan di Papua diharapkan juga berfungsi untuk menyimpan koleksi karya seni para maestro Papua. Halaman Istana Kepresidenan di Papua juga sudah semestinya ditanami pohon – pohon endemik yang menjadi bagian dalam budaya Papua.
Pembangunan Istana Kepresidenan di Papua juga menjadi cermin kebhinekaan bangsa Indonesia, meski bangsa Indonesia terdiri dari berbagai Sukur, Ras dan Agama, adanya Istana Kepresidenan tersebut diharapkan juga akan menjadikan masyarakat Papua memiliki rasa nasionalisme kepada Merah Putih dan NKRI.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews