Sadarkah kita bahwa Pemilu 2019 bukan hanya ajang untuk memilih presiden dan wakil presiden? Mengapa kita tidak memberi perhatian dengan porsi seimbang terhadap pilihan kita yang lain, yakni pemilihan wakil rakyat?
Bukankah keterpilihan pucuk pimpinan eksekutif sama pentingnya dengan keberadaan anggota parlemen baru yang berkualitas?
Saya mengajukan beberapa pertanyaan ini karena saya melihat fokus energi masyarakat tercurah penuh pada Pilpres. Termasuk saya sendiri. Topik politik yang dibahas selalu berbau Jokowi, Prabowo, Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno. Dan ini berlangsung di dunia nyata dan media maya. Perang tagar di media sosial juga ramainya tentang kekurangan dan kelebihan pasangan capres-cawapres.
Kapan saya dan Anda semua mau meluangkan waktu untuk memikirkan calon favorit untuk dipilih menjadi anggota DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota?
Apakah kita sudah punya calon pilihan terbaik di masing-masing level tersebut?
Apakah semua calon anggota wakil rakyat sudah kita kenal sebaik pengetahuan dan pemahaman kita terhadap dua pasangan capres-cawapres?
Atau, sudah tahukah kita berapa jumlah calon anggota wakil rakyat yang harus dipilih dari tingkat pusat hingga daerah?
Sekadar informasi, calon anggota wakil rakyat yang akan dipilih untuk terpilih sebanyak 20.528 orang. Rinciannya yaitu 575 orang anggota DPR RI, 136 orang anggota DPD, 2.207 orang anggota DPRD Provinsi dan 17.610 orang anggota DPRD Kabupaten/Kota. Artinya jumlah pelamar lebih banyak lagi dari itu.
Jika akhirnya kita abai terhadap hal ini, bukan tidak mungkin ke depan kita akan punya anggota perwakilan yang kurang bermutu atau sama sekali tidak tahu mau mengerjakan apa.
Betul bahwa baliho, kaos, pamflet, brosur dan sejenisnya yang memampang muka para calon anggota legislatif bertebaran di mana-mana. Tapi lihatlah, tidak ada satu pun dari jenis media tersebut yang mengurai profil lengkap, visi, misi dan program para calon. Yang ada hanya foto, asal partai, nomor urut, daerah pemilihan dan mungkin jargon. Tidak lebih dari itu. Dan pada akhirnya semua akan menyisakan sampah, meski sekarang memang sudah terlihat seperti sampah.
Belum lagi ada sebagian calon anggota legislatif yang enggan membuka profil dan latar belakangnya seperti yang syaratkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kita seperti akan membeli kucing dalam karung.
Semoga saya dan 185.732.093 orang pengguna hak pilih lainnya sadar dan tidak rela menyia-nyiakan anggaran Pemilu 2019 yang berjumlah Rp24,9 triliun ini.
Satu hal lagi, selain sayang uang terbuang, kita juga harus sayang akan persatuan kita sebagai bangsa. Jangan sampai kita berkonflik hanya gara-gara beda pilihan. Pemilu 2019 akan berakhir, tetapi status kita sebagai anak bangsa terus kekal. Kita tetap saudara senasib dan seperjuangan yang wajib optimis menatap hari depan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews