Kalau dalam proposal, ijin ke Kepolisian, alasan Reuni 212 tentu yang baik-baik. Untuk silaturahmi kebangsaan, memperkuat ikatan persaudaraan seluruh umat beragama. Itu biasa.
Tapi ketika acara yang konon berlevel nasional itu tak banyak dimuat media mainstream, baik cetak atau pun televisi, dalam dan luar negeri, kenapa mereka marah-marah? Itu membuat tujuan acara patut dipertanyakan. Apalagi mereka memaki-maki media sudah dibeli penguasa.
Asyiknya, pendapat ini didukung mereka yang berlatar akademik (tapi pada dasarnya tak menyukai Jokowi, dan lebih pro Prabowo. Diakui atau tidak, lihat saja fokus pembicaraan dan postingannya).
Niatannya mau menggelar acara dengan tujuan ukhuwah agamiyah? Atau mau promo besar-besaran akhir tahun kayak garage sale? Reuni 212, adalah ajang test-case bagi Prabowo. Selama ini, setelah gelontoran dana Sandiaga Uno seret, tak ada panggung besar bagi Prabowo.
Acara Reuni 212 paket hemat yang diharap berlaba jumbo. Politik dan agama bersimbiose mutualisme di sini. Jika Bawaslu, tingkat daerah maupun nasional, lebih banyak berkilah, karena antara pura-pura bodoh dan takut itu 11-12.
Orang-orang pinter, seperti Effendy Gazali, dengan sinisme khasnya, akan bertanya-tanya tentang teori komunikasi seperti magnitude, prominence, controversy, human interest, significance, actuality, dst, dsb; Apakah nggak layak berita? Belum pula para ahli komunikasi, akan ngomong tentang profesionalisme, pelacuran, pengkhianatan, dan sebagainya.
Tapi, yang mereka lupakan adalah kebijaksanaan. Klaim-klaim panitia dan pendukung Reuni 212 menunjukkan itu. Jumlah peserta dikatakan 3 juta, 8 juta, bahkan TV One menyebut 11 juta. Sementara teori Herbert Jacobs, dengan aplikasi mapdevelopers.com, menghitung peserta aksi demo Reuni 212 jika dipadatkan, hanya mencapai 700-an ribu orang. Ini pasti bikin ngamuk mereka, terutama panitia yang harus mempertanggungjawabkan pada sponsor.
Pentingkah itu? Yang bicara kuantitas, sering abai dengan kualitas. Peristiwa itu sendiri, menimbulkan kontroversi. Bahkan di kalangan ulama sendiri. Ada yang merasa perlu dan tidak. Ada capres yang diundang ada yang tidak.
Yang tak diundang, menurut Bamukmin, berbeda agendanya. Artinya? Memang ada tendensi politik, apalagi panitia acara bagian dari capres itu. Pernyataan Fadli Zon dan Fahri Hamzah, menunjukkan target acara ini. Orasi duo habib Rizieq dan Smith, memperjelas arahnya.
Secara imparsial, dengan kaidah jurnalistik atau teori komunikasi, ada dampak yang harus dilihat sebetapa significan bagi publik secara luas. Apalagi senyatanya, yang dianggap penting satu kelompok ternyata tidak bagi lainnya.
Ini perdebatan dua kelompok secara diametral. Reuni 212 hanyalah acara kampanye politik biasa. Tak istimewa. Tak ada kaitan dengan ghirah atau persatuan bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews