Dengan nalar logis matematis, masalah bukan dicari solusinya dengan pendekatan dogmatis atau agamis. Dengan begitu kita jadi melek. Jika sudah melek, kita tahu ke mana kita hendak menuju.
Hari-hari ini, ramai dibahas rendahnya kemampuan membaca dan menalar anak-anak Indonesia berdasarkan skor PISA. Dan di republik namdua, yang begini sudah pasti memicu debat dan pro kontra, sembari menuding siapa salah atau merutuki diri.
Menteri Nadiem sudah mengakui rendahnya skor ini, dan memilih mengajak mencari jalan keluar biar kita nggak kayak pasukan komando baris-berbaris, jalan di tempat, grak!
Makanya, pendidikan dan pengajaran yg mau dituju Mas Menteri diprioritaskan menguatkan logika, matematika, dan bahasa. Itu jadi kuncinya. Dari sana, anak-anak akan belajar memecahkan masalah secara logis. Pakai nalar dan akal, bukan dalil atau dogma.
Presiden Joko Widodo juga memilih anak-anak muda sebagai teman diskusinya. Stafsus milenial itu, sebagian besar, semuanya malah, sudah membangun platform digital di berbagai bidang. Keuangan, pendidikan, sosial.
Saya melihat sebaliknya. Presidenlah yang sedang magang, belajar tentang dunia digital dari anak-anak ini. Ingin menyerap banyak bagaimana masalah dipecahkan secara digital, karena itulah satu-satunya jalan untuk menjadi bangsa yang maju.
Kenyataan yang ditulis dalam artikel ini menjelaskan, bangsa Bangladesh pun sedang berubah menjadi Bangladesh baru lewat jalan digital.
Di mana posisi republik namdua? Belum juga tampak hilalnya, sedang Bangladesh sudah purnama. Tapi itu mestinya bisa kita llihat sebagai peluang besar. Kayak Arya Sinulingga melihatnya demikian. Bahkan Kenya atau Nigeria pun sudah ada dalam daftar. Filipina malah sudah lebih di atas.
Bangladesh, lewat cara ini, membuka 500-600 ribu lapangan kerja baru utk anak-anak muda. Nilai ekonominya bisa mencapai 100 juta.Kecil amat? Itu dalam dolar, bukan rupiah, Mase.
Banyak bangsa belajar dan dari sana pelan-pelan berubah. Bertransformasi. Dari yang analog ke digital. Dari yang lambat ke yang cepat. Dari mistis ke logis.
Diskusi dengan anak-anak ini, akan membuat pemimpin punya alat dan cara baru. Jika kamu hanya punya palu, semua masalah akan terlihat sebagai paku belaka. Yang harus digebuk, dipukul. Dengan alat yang baru, paku bisa saja dicabut, diukir, atau dihias.
Dengan nalar yang logis matematis, masalah bukan dicari solusinya dengan pendekatan dogmatis atau agamis. Dengan begitu kita jadi melek. Tercerahkan. Jika sudah melek, kita tahu ke mana kita hendak menuju.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews