Di situs dan platform tanya jawab pengetahuan dan pengalaman Selasar, saya sering mendapatkan pertanyaan yang aneh-aneh, mulai dari pertanyaan yang ga penting seperti "Apakah di surga ada wi-fi" sampai pertanyaan berat mengenai falsafah kehidupan. Sejujurnya, saya malah suka menjawab pertanyaan yang aneh dan remeh-temeh itu seperti kucing peliharaan, cita-cita masa kecil, atau apakah saya menyesal dengan keputusan penting yang saya ambil.
Pernah suatu waktu ada pertanyaan seperti ini; "Dari mana asal-usul istilah Jin Tomang?"
Nah!
Tetapi karena saya suka menjawab pertanyaan apa saja -karena menantang isi pikiran untuk saya peres dan keluarkan- saya jawab saja sesuai pengetahuan dan pengalaman yang saya punya, tanpa harus membuka kamus atau Wikipedia. Di luar dugaan, jawaban sepele dan cenderung "ngasal" itu malah disukai pembaca di Selasar, sampai ribuan segala hahaha.
Jadi begini....
Saya peminat bahasa Betawi. Penulis produktif dengan latar belakang budaya dan bahasa Betawi ternama adalah Firman Muntaco. Saya membaca karya-karyanya saat saya SD atau SMP di Majalah Aktuil yang dibeli paman saya di Jakarta. Firman punya rubrik tetap di majalah itu, namanya "Gambang Jakarta".
Saya pertama kali mendengar atau tepatnya membaca "Jin Tomang" itu dari salah satu tulisan Firman Muntaco itu. Di TVRI dalam sebuah episode cerita/drama dan lenong Betawi digambarkan sosok "Jin Tomang" sebagai pria gendut, botak, pendek, dengan wajah menyeramkan tentu saja.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews